Muslimahdaily - Suatu ketika, jazirah Arab tengah dilanda musim paceklik yang mana kemarau panjang membuat tanah mengering sehingga tanaman tidak dapat tumbuh. Sore itu, di salah satu gubuh warga, kakak beradik menangis kelaparan meminta makan dikarenakan belum makan sedari pagi.

Sementara sang ibu yang kebingungan lantaran kesulitan secara ekonomi, terpaksa mencemplungkan batu ke dalam didihan air untuk menenangkan rengekan kedua anaknya. Saking lelahnya menangis dan menahan lapar, keduanya lantas tertidur pulas.

Kebetulan Umar bin Khattab yang menjabat sebagai Khalifah saat itu sengaja berkeliling untuk mengetahui kondisi rakyatnya secara langsung. Tibalah Umar di depan rumah ibu janda tadi. Umar mendengar ringkih tangisan kedua anak dari si ibu. Ia pun mengetuk pintu rumah sang ibu agar diizinkan untuk masuk.

Ibu menuturkan bahwa ia tidak bisa menjamu Umar dan pengawalnya dikarenakan sibuk di dapur. Umar pun berkata, “Apa yang engkau masak wahai ibu?”,”Lihatlah sendiri,” jawab ibu dengan ketus.

Umar tercengang saat melihat isi panci terdapat beberapa batu yang direbus dengan air. Derasan air mata terus bercucuran dari mata Umar. Dengan entengnya, ibu memaki-maki Umar sebagai pemimpin yang tidak bertanggungjawab dan tidak pernah memperhatikan rakyatnya yang miskin. Sementara itu, si ibu tidak mengetahui bahwa di hadapannya saat itu ialah seorang Amirul Mukminin.

Hati Umar pun bergetar, ia sangat khawatir dengan kejadian tersebut. Sebagai Khalifah, Umar merasa dirinya akan dimasukkan ke dalam neraka lantaran membiarkan rakyatnya dalam keadaan sengsara. Umar terus menitikkan air mata. Lalu, ia pun bergegas pamit dan pulang ke Madinah. Malam itu, ia memanggul gandum dan beberapa makanan dengan pundaknya sendiri meskipun menempun perjalanan yang cukup jauh.

Sesampainya di rumah ibu tadi, ia langsung memasakkan bahan makanan yang dibawanya. Sang ibu pun membangunkan kedua anaknya. Mereka makan sajian Umar dengan lahap. Sebelum Umar hendak pamit, ia memberikan uang kepada sang ibu untuk memenuhi kebutuhan harian mereka.

Itulah sekilas kisah yang dapat menyadarkan pemimpin untuk bertanggungjawab dan senantiasa berperilaku adil terhadap rakyatnya terutama yang kesulitan secara ekonomi. Tak hanya itu, kisah tadi juga menyiratkan untuk saling tolong menolong antarsesama Muslim. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Barang siapa melapangkan seorang mukmin dari satu kesusahan dunia, Allah akan melapangkannya dari salah satu kesusahan di hari kiamat. Barang siapa meringankan penderitaan seseorang, Allah akan meringankan penderitaannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba selama hamba itu mau menolong saudaranya." (HR. Muslim).

Wallahu 'alam.