Dimakamkan Langsung oleh Rasul, Syahidnya Dzul Bijadain Bikin Iri Para Sahabat

Musimahdaily - Dzul Bijadain bernama lengkap Abdullah bin Abdu Nahm bin ‘Afif bin Sahim bin ‘Adwybin Tsa’labah bin Sa’ad al-Muzany. Sebelum masuk Islam Ia disandang dengan nama Abdul ‘Uzza. Kemudian Rasullullah mengganti Namanya dengan Abdullah. Gelar Dzul Bijadain memiliki kisah tersendiri.

Dari Ibn Ishaq dari Muhammad bin Ibrahim at-Taimy berkata: ”Abdullah (Dzul Bijadain) berasal dari Muzainah. Ia tinggal di rumah pamannya. Selama tinggal di sana, Dzul Bijadain sangat patuh dan baik kepada Pamannya. Hingga suatu hari pamannya mendengar bahwa Dzul Bijadain telah memeluk Islam.

Maka pamannya marah sehingga semua barang yang diberikan kepada Dzul Bijadain untuk dikembalikan. Bahkan pakaian yang menutupi badannya disuruh dilepaskan. Lantas Dzul Bijadain pun pulang menemui ibunya. Melihat anaknya tidak memakai pakaian, ibunya mengoyak kain penutup tebal miliknya menjadi dua,".

Sejak itulah ia dipanggil Dzul Bijadain dengan arti “ yang memilki dua helai pakaian”. Ia dibesarkan di kabilahnya, Muzainah. Kabilah ini berada di dekat gunung Warqon, dekat Madinah. Orang tua Dzul Bijadain sangatlah miskin. Hingga menginjak dewasa, ia belum mendengar tentang ajaran Islam. Maka setelah hijrahnya Rasulullah ke Madinah, Dzul Bijadain mulai mengenal Islam.

Sering kali ia berdiam diri sepanjang hari di tengah jalan menuju Madinah agar ia dapat bertanya kepada orang yang menuju kesana atau kepada orang yang baru saja dari sana tentang agama baru dan para pengikutnya. Ia pun sering menanyakan tentang Nabi Shalallahu alaihi wassalam dan informasi tentang diri Rasul, sehingga akhirnya Allah Subhanahu wa ta'ala berkenan melapangkan dadanya yang suci untuk menerima Islam dan membuka hatinya untuk menyerap cahaya iman.

Maka bersaksilah pemuda ini bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Hal itu terjadi, sebelum matanya melihat langsung dengan Rasulullah atau telinganya mendengarkan sabda-sabda Beliau. Ia menjadi orang pertama yang masuk Islam dari kaumnya yang berada di gunung Warqan.

Dunia dulu pernah memanggil-manggilnya, namun ia telah menulikan telinganya untuk mendengarkan suara dunia. Dia malah menuju akhirat yang ia cari lewat jalan apa saja: Ia mencari akhirat dengan do’a yang selalu ia panjatkan dengan rasa takut dan khusyuk. Sehingga para sahabat menamakannya sebagai Al Awwah (Orang yang sering merintih saat do’a karena takut kepada Allah). Ia mencari akhirat dengan Al Qur’an. Sehingga ia tidak pernah berhenti menebarkan aroma semerbak ayat-ayat Al Qur’an di seluruh penjuru masjid Rasulullah. Ia juga mencari akhirat dengan cara berjihad. Dan ia tidak pernah terlewat dari satu pun peperangan yang pernah dilakukan oleh Rasulullah.

Dalam perang Tabuk, Dzul Bijadain meminta Rasulullah agar berdo’a untuknya agar ia diberikan syahadah (mati sebagai syahid). Namun Rasul mendo’akan agar darah Dzul Bijadain terjaga dari pedang pasukan kafir.

Maka ia berkata kepada Rasul: “Demi ibu dan bapakku, ya Rasulullah. Bukan ini yang aku inginkan.” Maka bersabdalah Rasulullah : “Jika engkau berangkat berjuang di jalan Allah, kemudian engkau sakit dan mati, maka engkau akan dicatat sebagai seorang syahid. Jika hewan kendaraanmu mengamuk dan engkau pun jatuh darinya sehingga engkau mati, maka engkau pun syahid karenanya.”

Tidak berselang satu hari dan satu malam sejak pembicaraan ini sehingga pemuda Al Muzani tadi terserang penyakit demam yang menyebabkannya tewas. Sunguh ia meninggal dalam kondisi berhijrah karena Allah. Berjihad di jalannya. Jauh dari keluarga dan kerabat. Terasing dari kampung halaman. Dan Allah akan membalas semua itu dengan kebaikan yang terbaik.

Para sahabat yang mulia telah mengantarkan jasadnya ke kubur dengan kaki-kaki mereka yang suci. Rasul pun turun ke lubang untuk menguburkannya, lalu menempatkannya di dalam tanah dengan kedua tangan Beliau yang mulia. Yang membawa jasadnya dari luar dan mengantarkannya kepada Rasul yang menunggu di bawah kubur adalah Abu Bakar dan Umar, sehingga Rasul berkata kepada keduanya: “Dekatkan kepadaku saudara kalian ini!” Maka keduanya melepaskan tubuh Al Muzani ini hingga sampai ke tangan Rasul. Dan Abdullah bin Mas’ud berdiri memperhatikan pemandangan semua ini. Ia berkata: “Andai saja aku yang menjadi penghuni lubang kubur ini. Demi Allah, aku ingin sekali seperti dia, padahal aku telah masuk Islam 15 tahun lebih dulu darinya.”

Dari kisah tersebut menggambarkan betapa kuat keimanan Dzul Bijadain, semoga setelah membaca kisah ini kita semua semakin terinspirasi, semakin semangat dan ikhlas dalam beribadah. Aamiin ya rabbal alamin

Add comment

Submit