Muslimahdaily - Abu Al Ash bin Al Rabi adalah seorang dari suku Al Absyami yang berafiliasi ke suku Quraisy. Ia adalah seorang pemuda yang tampan rupawan, hingga membuat terkagum orang yang melihatnya.
Bibinya yang bernama Khadijah binti Khuwailid istri Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam menjadikan ia seperti anak sendiri. Khadijah menempatkan Abul Ash di hati dan rumahnya sebuah tempat yang terhormat yang dipenuhi dengan rasa cinta dan penerimaan. Kecintaan Nabi Muhammad kepada Abul Ash pun tidak kalah dari kecintaan Khadijah kepadanya.
Anak putri tertua Khadijah dan Nabi Muhammad yang bernama Zainab sudah beranjak remaja. Ia mekar bak sekuntum bunga yang harum semerbak. Maka banyak sekali para putra pembesar Mekkah yang hendak meminangnya. Akan tetapi, mereka terhalang oleh sepupu Zainab sendiri yang bernama Abul Ash bin Al Rabi yang juga seorang pemuda Mekkah!
Beberapa tahun setelah Zainab dinikahkan dengan Abul Ash, terbitlah cahaya Ilahi yang begitu mulia di dataran Mekkah. Allah Subhanahu wa ta’ala mengutus Nabi Muhammad untuk membawa agama petunjuk dan kebenaran. Allah memerintahkan Beliau untuk memberikan peringatan kepada keluarganya yang terdekat. Maka mereka yang pertama kali beriman kepada Beliau adalah istrinya Khadijah binti Khuwailid, para putrinya yang bernama Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum dan Fathimah, meskipun pada saat itu Fathimah masih berusia belia. Akan tetapi menantu Beliau Abul Ash enggan untuk meninggalkan agama leluhurnya dan menolak untuk masuk Islam sebagaimana yang dilakukan oleh istrinya, meskipun Abul Ash amat mencintai istrinya dan memberikan seluruh hatinya untuk Zainab.
Pertentangan antara kaum Quraisy dan Nabi Muhammad mulai sengit, kaum Quraisy menyuruh Abul Ash menceraikan Zainab seperti kedua putri Rasul yang bernama Ruqayyah dan Ummu Kultsum yang telah diceraikan dan dikembalikan ke pangkuan Rasul. Namun Abul Ash menolak: “Demi Allah, aku tidak akan menceraikan istriku. Aku tidak mau menikahi semua wanita di dunia ini selain dia.”
Begitu Rasulullah berhijrah ke Madinah, pihak Quraisy berangkat untuk membunuh Rasul di Badr. Abul Ash pun turut serta dengan kondisi terpaksa. Sebab ia sendiri tidak ingin memerangi kaum muslimin, apalagi mengalahkan mereka. Akan tetapi posisinya di masyarakat yang membuatnya harus turut serta dalam keberangkatan ini.
Kekalahan Quraisy pada perang tersebut membuat Abul Ash menjadi tawanan. Ternyata Zainab menebus nya dengan kalung yang dihadiahkan Khadijah saat Zainab melangsungkan pernikahan. Setelah Abul Ash dilepaskan, Rasul meminta Abul Ash mengirimkan Zainab segera tanpa ditunda-tunda.
Begitu Abul Ash tiba di Mekkah, maka ia langsung menepati janjinya.
Suatu hari Abul Ash pergi ke Syam dalam sebuah ekspedisi perdagangan. Ia membawa 100 unta dan hampir 170 orang pembantunya, mereka terhadang oleh sebuah pasukan Rasul yang berada di dekat Madinah. Maka pasukan tadi mengambil barang-barang dagangan dan menawan para pembantunya. Akan tetapi, Abul Ash berhasil melarikan diri dan tidak ditangkap.
Abul Ash berlindung dengan kegelapan malam. Ia memasuki Madinah dengan sembunyi-sembunyi dan penuh rasa takut. Ia terus berjalan hingga menemui Zainab. Ia meminta perlindungan kepada Zainab, dan Zainab pun melindunginya.
Begitu Rasulullah melakukan shalat Fajar terdengarlah teriakan Zainab yang berkata: “Wahai manusia, saya adalah Zainab binti Muhammad. Aku telah memberi perlindungan kepada Abul Ash, maka kalian harus memberikan perlindungan baginya!”. Setelah Rasulullah selesai melakukan shalat. Rasul kembali ke rumah dan mengatakan pada Zainab: “Berikanlah tempat terhormat kepada Abul Ash, dan ketahuilah bahwa kamu tidak halal lagi bagi dirinya.”
Kemudian Rasul memanggil para pasukan yang telah mengambil barang-barang dan menawan para pembantu Abul Ash. Rasul bersabda kepada mereka: “Orang ini adalah anggota keluarga kami sebagaimana kalian telah ketahui. Kalian telah mengambil hartanya. Jika kalian berbaik hati dan mengembalikan harta yang ia miliki, maka itulah cara yang kami suka. Jika kalian menolak, maka harta tersebut adalah fay’ yang telah diberikan Allah kepada kalian. Dan kalian berhak atas harta tersebut.”
Mereka menjawab: “Kami akan mengembalikan harta tersebut kepadanya, ya Rasulullah.”
Begitu Abul Ash datang untuk mengambil kembali hartanya, para pasukan berkata kepadanya: “Ya Abul Ash, engkau memiliki kedudukan yang mulia dalam suku Quraisy. Engkau adalah sepupu Rasulullah sekaligus menantunya. Apakah engkau tidak mau masuk ke dalam Islam? Kami akan memberikan semua harta ini kepadamu sehingga engkau akan merasa nikmat seperti engkau telah memilikinya saat di Mekkah, dan engkau dapat tinggal bersama kami di Madinah?”
Abul Ash menjawab: “Alangkah buruknya ajakan kalian agar aku memulai agamaku yang baru dengan sebuah pengkhianatan.”
Kemudian berangkatlah Abul Ash membawa hartanya ke Mekkah. Sesampainya di sana, ia membagikan hasil keuntungan kepada setiap orang yang ikut serta dalam permodalan. Lalu ia berkata: “Wahai bangsa Quraisy, apakah masih ada orang yang belum mengambil hartanya dariku?”
Mereka menjawab: “Tidak, semoga Allah membalas kebaikanmu kepada kami. Kami mengenalmu sebagai orang yang menepati janji dan pemurah.”
Lalu Abul Ash berkata: “Karena aku sudah memenuhi hak-hak kalian, maka aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah. Demi Allah, tidak ada yang menghalangiku untuk masuk Islam saat bersama Muhammad di Madinah kecuali karena aku khawatir bahwa kalian akan mengira bahwa aku akan memakan semua harta kalian. Begitu Allah sudah mengembalikan harta tersebut kepada kalian, dan aku pun sudah terbebas dari harta tersebut, maka aku akan masuk Islam!”
Kemudian ia berangkat sehingga ia menemui Rasulullah , dan Rasul pun menyambutnya dengan hangat. Rasul juga mengembalikan Zainab kepadanya.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang dirinya: “Dia telah berbicara denganku lalu ia mempercayaiku. Ia telah berjanji kepadaku, dan kini ia telah menepatinya untukku.”