Rabiah Al-Adawiyah, Sang Ibunda Tasawuf Pencinta Allah

Muslimahdaily - The first Islamic Saint, The Mother of the Grand Master, merupakan julukan yang disematkan pada Rabiah binti Ismail Al Adawiyah Al Bahriyah. Ia merupakan pelopor tasawuf dari kalangan wanita yang tak hanya terkenal di Timur Tengah namun juga diakui di dunia Barat.

Tak banyak yang menekuni tasawuf dari kalangan wanita. Namun Rabiah yang juga dikenal dengan Al – Qaysyah ini menjadi pakar di bidang ilmu tersebut. Jika bicara siapa sufi di kalangan wanita, maka namanya lah yang paling terkenal dan populer.

Kemasyhuran Rabiah disebabkan banyak pemikirannya yang mempengaruhi para sufi dan cendekiawan muslim ternama. Sebut saja Rabah bin Amr Al Qaysi, Abu Thalib Al Makki, As Suhrawandi, Al Ghazali hingga Jalaluddin Rumi. Bahkan Malik bin Dinar, Sufyan As Sauri dan Syaqiq Al Balkhi pernah berguru langsung kepada Rabiah.

Cinta kepada Allah dengan semurni-murni cinta menjadi ajaran tasawuf Rabiah yang sangat terkenal. Para sufi sebelumnya memahami cinta kepada Allah berdasarkan rasa takut sekaligus rasa harap kepada-Nya. Namun Rabiah menyalahinya. 

Di dalam kesendiriannya, ia berpikir bahwa rasa cinta kepada Allah haruslah murni tanpa rasa takut akan neraka dan tanpa harapan mendapat surga. Itulah cinta yang dimaknai oleh sang ibunda tasawuf.

Atas pemikirannya tersebut, Rabiah pun hidup menyendiri di sebuah tempat di padang pasir Basrah, Irak. Ia dikenal sebagai sosok yang sangat zuhud, ia menolak harta dunia dan enggan meminta pertolongan pada orang lain. Ia pula tak banyak beraktifitas di siang hari karena malam-malamnya selalu dipenuhi munajat cintanya kepada ilahi.

Satu hal lagi pilihan hidupnya yang sangat terkenal dan menuai perdebatan di kalangan cendekiawan muslim, yakni Rabiah enggan menikah karena ingin mencintai Allah semata. Sebetulnya banyak pria yang datang dan melamarnya. Mereka bahkan dari kalangan teolog ternama, saudagar kaya hingga gubernuh Basrah. Namun Rabiah menolaknya.

Segala sikap dan sifat Rabiah tersebut tak lepas dari latar belakang kehidupannya yang menyedihkan. Ia merupakan satu dari empat bersaudara di keluarga yang sederhana. 

Sejak belia, ia menjadi yatim piatu karena kedua orang tuanya meninggal dunia. Bersama ketiga saudara yang semuanya perempuan, Rabiah mengarungi kerasnya kehidupan. Ia menjadi tulang punggung dengan memanfaatkan sebuah perahu yang menjadi satu-satunya warisan kedua orang tuanya.

Jalan kehidupannya makin suram ketika ia diculik seorang pedagang kemudian dijual sebagai budak. Segala kekerasan fisik diterima Rabiah dari sang majikan. Hingga di puncak kepasrahannya, Rabiah bernadzar, jika ia dapat bebas dari perbudakan, maka sisa hidupnya akan diperuntukkan untuk ibadah semata.

Keinginanya terijabah. Majikannya melihat suatu hal berbeda dari Rabiah hingga membebaskannya. Rabiah pun tak lagi berstatus budak dan tibalah saat memenuhi nadzar. Ia meninggalkan segala hal duniawi kemudian menemukan sebuah tempat untuk beribadah. Disanalah Rabiah menghabiskan hidup, bermunajat, memusatkan hati pada ilahi dan melantunkan syair-syair cinta kepada Allah.

Itulah kehidupan sang master tasawuf. Terlepas segala kontroversi tentangnya, ia menjadi sosok populer perihal cinta atau mahabbah kepada Allah. Begitu banyak syairnya tentang cinta yang disukai kaum muda hingga kini. Salah satu syair Rabiah yang sangat terkenal yakni:

"Ya Illahi! Jika sekiranya aku beribadah kepada Engkau karena takut akan siksa neraka, maka bakarlah aku dengan neraka-Mu. Dan jika aku beribadah kepada Engkau karena harap akan masuk surga, maka haramkanlah aku daripadanya! Tetapi jika aku beribadah kepada Engkau hanya karena semata-mata karena kecintaanku kepada-Mu, maka janganlah, Ya Illahi, Engkau haramkan aku melihat keindahanmu yang azali."

Syairnya yang lain, "Aku cinta padamu dua macam cinta Cinta rindu dan cinta karena engkau berhak menerima cintaku" dan "Ku jadikan Engkau teman bercakap dalam hidupku. Tubuh kasarku biarlah bercakap dengan yang duduk. Asmaku biarlah bercengkrama dengan kerabatku. Namun isi hatiku hanyalah tetap engkau sendiri."

Add comment

Submit