Muslimahdaily - Seorang mahasiswi di Kota Yogyakarta, Yudith, mengisahkan perjalanan hijrahnya menuju Islam. Dengan deraian air mata, ia mengisahkan perjalanan beratnya demi hidayah. Kisahnya begitu mengharu biru ketika Yudith mengungkit tentang keluarganya.

Wanita yang segera berhijab setelah berislam ini merupakan anak yatim piatu. Ibunya meninggal sejak Yudith masih berusia 4 tahun. Adapun ayahnya meninggal ketika ia duduk di bangku SD.

“Mama meninggal umurku 4 tahun, ayah (meninggal saat) umurku 9 tahun. Selama ini diasuh oma, bapak (paman). Mereka menganggap aku tak beda dengan anak mereka,” kisah Yudith dalam wawancaranya dengan mualaf Centre Jogja, via channel Youtube vertizone.

Yudith berislam setelah melalui pencarian panjang akan Tuhan. Ia mengaku sering kali menonton ulama-ulama perbandingan agama melalui Youtube. Sebut saja dr. Zakir Naik dan Ahmad Deedat. “Karena dalam Islam cuma mengenal ada satu Tuhan yang patut disembah dan dipuji. Jadi saya tertarik cari tahu,” ujar wanita yang dulu beragama Kristen ini.

Yudith mencari tahu tentang Islam dengan caranya sendiri, tanpa keluarganya tahu. Selama kuliah, ia memang tinggal di sebuah kos meski mayoritas teman kostnya beragama Kristen pula. Singkat cerita, Yudith akhirnya memutuskan untuk menghubungi mualaf centre yang ada di kota gudeg.

“Saya tidak dipaksa (memeluk Islam). Saya yang menghubungi Mualaf Center sendiri,” ujarnya.

Setelah memeluk Islam, Yudith merasakan cinta. Dia jatuh cinta pada risalah yang di bawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. “Alhamdulillah rasanya makin hari makin jatuh cinta, makin kepo apa sih Islam itu. Makin hari makin jatuh cinta.”

Pun ketika ditanya tentang ibadah yang nampaknya memberatkan, Yudith justru merasa sangat bersemangat. “Awal puasa kan baru pertama kali jadi rasanya beda, kadang lapar, kadang ingin cepat-cepat. (Tapi) sekarang udah biasa. Shalat, saya senang sekali. Walaupun belum adzan saya tunggui, kapan sih adzannya. Saat adzan baru berkumandang, saya buru-buru untuk wudhu. Jadi senang, ingin cepat-cepat (datang waktu) shalat,” ujarnya dengan senyum merekah.

Kedamaian dan cinta yang dirasakan Yudith ini kemudian menguatkan dirinya ketika menghadapi kerabat yang semuanya non muslim. Hal yang sangat memberatkannya ialah penolakan dari keluarga yang mengasuhnya. Mereka lah yang sangat berjasa membesarkan Yudith, sejak ia menjadi yatim piatu. Menghadapi ujian ini, Yudith berkata, “Ini resiko yang harus saya ambil.”

Penolakan Keluarga

Ujian keluarga yang pertama kali diterima Yudith ialah kakaknya sendiri. Ketika sang kakak mengetahui adiknya telah berpindah agama, ia begitu marah. Kepada Yudith, sang kakak berkata, “Kamu bukan adik aku. Nggak usah datang lagi!”

Pagi-pagi buta, sang kakak menelpon. Ia meminta semua harta yang pernah diberikan keluarga untuk Yudith. Ia meminta handphone, biaya kuliah, uang kos, bahkan peralatan seperti dispenser dan kipas angin pun disita.
Yudith kini tak memiliki apapun, kecuali keimanannya pada Allah. Ia tak memiliki harta sepeser pun, kecuali kecintaannya pada Islam. Ia nyaris menjadi gelandangan jika tak mendapat bantuan dari seseorang tanpa nama melalui Mualaf Center Jogja.

“Pagi bangun tidur, tiba-tiba kakakku panggil (menelpon minta Yudith datang). Saya ke sana. Belum sempat duduk, dia minta semuanya. Alhamdulillah ada orang yang berdonasi, saya tidak tahu siapa, saya cuma bisa mendoakannya,” kisah Yudith dengan mata sembab.

Tak hanya kakak, seluruh keluarganya pun bersikap sama. Mereka menolak keputusan Yudith untuk berislam. Yudith berusaha mengambil hati mereka dengan meminta maaf. Namun usahanya belum membuahkan hasil. “Kemarin saya minta maaf kepada keluarga, yang penting pakde dan oma yang biayai saya, (mereka) yang saya utamakan. Pakde yang rawat aku dari kecil, dia masih kecewa sama aku. Tapi aku berdoa saja supaya dia dikasih hidayah juga.”

Air mata Yudith pun berderaian ketika ditanya apakah ia merindukan keluarganya. Rasa rindunya begitu mendalam. Ujian yang diterimanya begitu berat. Ia kehilangan seluruh keluarganya begitu mengikrarkan syahadat.

“Kangen dengan semua. Biasanya pagi-pagi telepon. Tiba-tiba nggak telepon lagi. Rasanya beda. Sakit juga. Cuma ya biarlah, aku berdoa saja supaya mereka mengerti bahwa ini keputusanku dan bukan berarti aku durhaka kepada mereka. Mereka tetap orang tuaku dan aku adalah anak mereka, kepercayaan saja yang berbeda,” kata Yudith sesenggukan.

Meski ditolak dan diusir, Yudith merasa sangat bersyukur dapat menjadi bagian dari keluarganya. Ia sangat berterima kasih karena telah diasuh sejak kehilangan kedua orang tua. “Saya bersyukur sudah diasuh dari kecil sampai besar.

Tanpa kalian saya bukan siapa-siapa. Tanpa kalian saya tak tahu Islam seperti ini. Rasa terima kasihku itu tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Saya berdoa semoga mereka bisa menerima apa yang jadi keputusan saya.”

Begitu besar harapan Yudith agar keluarganya dapat menerimanya kembali. Ia begitu merindukan keluarga yang membesarkannya, Oma dan Bapak, juga kakaknya. Kepada mereka, Yudith menyampaikan pesan. Ia menyampaikan pesan itu dengan linangan air mata yang membuat siapa saja yang melihatnya turut merasakan duka dan keharuan yang menyayat hati.

“Buat oma, Yudith minta maaf sekali lagi. Oma orang yang luar biasa bagi Yudith. Kesalahan yang Yudith buat, oma tetap sayang sama Yudith. Yudith mau bilang, oma tolong beri Yudith kesempatan untuk menjelaskan bahwa Islam itu benar. Yudith tunggu oma, walaupun sekarang Yudith nggak punya apa-apa.

Kalau pakde, Yudith berterima kasih. Karena walaupun bapak (pakde) sakit, tapi pada saat Yudith minta apa, bapak cari solusi. Kakak, Yudith ingin kakak mengerti. Kita lahir besar sama-sama dari kecil. Nggak mungkin Yudith ambil keputusan yang buat kalian marah. Yudith minta dukungan sebenarnya sebagai kakak. Yudith berterima kasih dilahirkan di keluarga yang menyayangi Yudith. Tidak merasa Yudith bukan anak kandung. Yudith bersyukur sekali,” pungkasnya.

Semoga Allah memberikan keistiqamahan kepada Yudith dan memberinya jalan keluar untuk setiap masalah yang dihadapi. Kebahagiaan yang pernah dirasakan Yudith, semoga terus dilipatgandakan Allah, baik di dunia, maupun di akhirat kelak.

https://www.youtube.com/watch?v=wPr-uIeABVs&t=24s

Afriza Hanifa

Add comment

Submit