Muslimahdaily - Saat melihat wanita muslimah yang menutup auratnya dengan rapat, mulai dari kepala hingga kakinya, wanita non muslim mungkin akan merasa bingung dan berpikir bagaimana muslimah itu bisa bertahan dengan pakaian yang tertutup. Tidakkah ia merasa panas dan terkekang, bagaimana muslimah itu bisa tetap beraktifitas dengan bajunya.
Hal itulah yang menjadi pertanyaan seorang wanita asal Jerman ini. Ia adalah dokter spesialis wanita dan kandungan yang sangat tertarik dan memberikan perhatian khusus pada penyakit kelamin yang dialami banyak wanita. Terutama di negaranya saat itu, banyak wanita yang telah melakukan seks bebas dan terkena penyakit kelamin.
Seiring berjalannya waktu, Adalia tertarik untuk melakukan penelitian pada para pasien yang berkunjung ke kliniknya dan mengeluhkan penyakit kelamin. Melihat hal tersebut, salah seorang dokter pesialis menyarankan padanya untuk pergi ke negara lain untuk menyempurnakan penelitiannya. Agar mendapatkan hasil yang beragam dengan lingkungan yang berbeda.
Adalia akhirnya memutuskan untuk pergi ke Norwegia, namun setelah menetap disana selama tiga bulan, ia tak mendapati sesuatu yang berbeda dari apa yang telah ia lihat sebelumnya di Jerman. Untuk mencari pengalaman yang lain, ia kemudian pindah dan bekerja di Arab Saudi selama kurang lebih satu tahun.
Saat Adalia memutuskan Arab Saudi sebagai tempat kerjanya, tentu ia mengadakan riset dulu sebelumnya. Seperti membaca tentang budaya, sejarah dan kehidupan disana. Dokter ini menemukan sesuatu yang baru dan berbeda. Ia justru merasa adanya pelecehan yang sangat besar terhadap wanita di Arab Saudi.
Sebab wanita disana semuanya memakai hijab dan pakaian yang tertutup. Menurutnya itu adalah sebuah pengekangan.
"Aku sangat heran mengapa mereka rela dengan kehinaan hijab dan pengekangannya, dan bagaimana bisa mereka bersabar sementara mereka dihinakan dengan kehinaan seperti ini," ujarnya.
Sesampainya Adalia di Arab Saudi, ia baru mengetahui bahwa dirinya diwajibkan untuk mengenakan Abaya, yaitu gamis hitam panjang yang menutup seluruh tubuhnya. Ia merasa semakin tak nyaman.
"Aku merasa kesempitan yang luar biasa pada saat itu, seakan-akan aku mengenakan tali besi yang membelengguku dan melumpuhkan kebebasan dan juga kehormatanku," kata Adalia.
Tetapi karena itu adalah sebuah keharusan, ia tetap bertahan dan memakainya. Ia juga berharap bisa segera menyempurnakan penelitiannya di Arab Saudi.
Waktu kemudian terus berjalan, Adalia menetap di sebuah klinik selama empat bulan. Ia sangat terheran, karena dalam kurun waktu tersebut sudah banyak wanita yang datang ke klinik, tetapi tak ada satupun yang memiliki penyakit kelamin. Hal itu membuatnya bosan dan cemas.
Hari terus berlalu, tujuh bulan sudah Adalia berada di klinik itu dan menyelesaikan masa kerjanya, tetap dengan hasil yang nihil. Hingga suatu hari ia pergi keluar klinik dalam keadaan marah dan tegang. Kemudian seorang perawat muslimah menghampirinya dan bertanya apa penyebab kemarahannya.
"Akupun mengabarkan kekecewaanku karena tidak mendapati penyakit kelamin yang kucari," ungkapnya.
Namun, perawat muslimah itu hanya tersenyum diam dan berkata lirih dalam bahasa Arab. Adalia pun bertanya kembali, apa yang perawat itu katakan. Ternyata ia mengatakan sesuatu yang telah mengguncangkan hati dan jiwa Adalia.
"Itu adalah buah kesucian, dan konsekuensi dari firman Allah, 'laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,' (QS. al-Ahzab: 35)" ujar perawat itu pada Adalia.
Ayat tersebut menjadi gerbang awal Adalia mulai mengenal Islam dengan benar. Sejak saat itu, ia pun memutuskan untuk membaca Al-Quran dan Hadist hingga Allah melapangkan dadanya untuk memeluk Islam.
Sejak saat itu pula ia meyakini bahwa hijab adalah salah satu bentuk kemuliaan dan kehormatan Islam terhadap wanita, untuk selalu menjaga kesuciannya.
Masya Allah....
Sumber: Kisah Para Muallaf yang Menakjubkan - Syaikh Mamduh Farham al-Buhairi
note: Adalia nama samaran.