Muslimahdaily - Masih ingat dengan viralnya chatting yang terjadi antara anak SD yang mulai pacaran? Walau tampak masih polos dan imut, di usia muda anak mulai mengenal lawan jenis dan menganggapnya lebih dari teman. Belum lagi pengaruh lingkungan seperti media sosial dan hiburan yang memamerkan hubungan pacaran.

Orangtua mana pun mungkin akan was-was mendengar sang anak yang baru beranjak remaja menceritakan pacar atau gebetannya. Nah, saat menangkap gelagat pacaran, orangtua wajib hati-hati dalam memberikan respon yang tepat.

Jangan sampai mereka malah membangkan dan melawan semua aturan yang sudah diberikan. Yuk, simak respon seperti apa yang tepat bagi anak yang mulai pacaran.

Jangan Tunjukkan Emosi berlebihan

Siapa yang tidak terkejut saat tahu anak mulai membicarakan hal-hal berbau cinta, apalagi sampai memutuskan untuk pacaran. Ketimbang menanggapinya dengan berlebihan seperti marah-marah dan langsung mencecarnya dengan berbagai pertanyaan, sebaiknya tanggapi dengan biasa saja.

Tanyakan saat momen santai dan dengan nada yang bercanda supaya ia mau bercerita. Jangan lupa untuk memperhatikan suasana hatinya, agar ia mau membuka diri.

Hindari Menyepelekan Perasaannya

Walau terdengar sepele, ada baiknya agar orangtua tidak menyepelekan perasaannya. Hal ini akan berpengaruh pada komunikasi dua arah yang penting untuk menjali kedekatan bersama anak. awali dengan menanyakan mengapa anak ingin pacaran. Di usianya, ketertarikan secara fisik pada lawan jenisnya memang merupakan naluri alamiah yang tidak bisa dihindari.

Tapi jika alasannya hanya ikut-ikutan dengan teman-teman lainnya, ajak anak untuk berdiskusi. Ingatkan jika dia tidak harus mengikuti apa yang terjadi di sekelilingnya. Jelaskan tentang bagaimana ia harus menghargai dirinya sendiri, memahami hubungan perempuan dan laki-laki, berani mengatakan “tidak”, dan mengerti konsekuensi yang dapat terjadi.

Bicara dengan Sudut Pandangnya

Bisa saja bercerita tentang bagaimana orangtua berpacaran hingga akhirnya menikah dan membentuk keluarga. Tapi tekankan hal-hal positif seperti memprioritaskan kuliah, pekerjaan, bertemu di usia yang cukup, dan tetap mandiri.

Namun, jangan berlebihan saat menceritakannya hingga terkesan menguliahi. Masukkan juga sudut pandang yang penting baginya. Misalnya keinginannya untuk melanjutkan kuliah di universitas ternama atau ingin mencapai cita-cita dapat terwujud tanpa terganggu pacaran, yang tentunya dapat menyita waktu, tenaga, biaya, maupun pikiran.

Bekali dengan Pengetahuan Agama dan Pendidikan Seks Usia Dini

Banyak anak usia sekolah yang mengalami kehamilan dini karena kurangnya pemahaman akan seks. Orangtua mana pun tentu juga akan mengkhawatirkan masa depan anak saat ia mulai mengenal dan menyukai lawan jenis. Agar ia tidak risih membicarakan tentang seks, posisikan diri sebagai teman sehingga bisa membangun diskusi dari hati ke hati.

Tunjukkan dari sudut pandangnya, misalnya keinginannya untuk mengejar cita-citanya akan terbagi dua saat hadirnya seorang bayi. Selain itu, yang paling penting adalah membekalinya dengan pengetahuan agama yang kuat, sehingga dapat membentenginya dari pengaruh yang buruk.

Pantau Media Sosialnya

Perkembangan teknologi dan komunikasi saat ini bagaikan dua mata pisau. Selain banyak pengaruh buruk yang bisa diterima oleh anak-anak, tidak sedikit kasus yang melibatkan media sosial yang tentunya membuat orangtua mana pun kahwatir.

Untuk saat ini, lindungi anak dari sisi negatifnya dengan meminta izin memantau media sosialnya. Jika tidak ada yang disembunyikan, tentunya sah-sah saja menerima permintaan menajdi teman atau mengikuti akun media sosial yang Anda buat. Dengan cara ini, Anda bisa mencoba mengenal teman-teman, terutama lawan jenisnya, dan bagaimana anak mengisi media sosialnya.

Detty Risetya

Add comment

Submit