Muslimahdaily - Seorang penggembala tengah menggiring ternak di bawah terik mentari. Sebut saja namanya Fulan. Ia bekerja sangat keras karena harus menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, istri tercinta, serta kedua orang tuanya yang telah sepuh. Saat sore hari tiba, si penggembala akan memerah susu untuk diberikan kepada keluarganya.

Setiba di rumah, Fulan memberikan susu itu kepada orangtuanya terlebih dahulu. Jika keduanya telah merasa kenyang, barulah si penggembala memberikan susu kepada anak-anak dan istrinya. Jika mereka telah kenyang, barulah ia meminum sisanya.

Demikian rutinitas Fulan setiap hari. Tak pernah sekalipun ia melewatkan pemberian susu kepada orangtuanya meski istri dan anak-anaknya telah menunggu. Tak pernah ia meminum susu meski seteguk sebelum orangtuanya merasa kenyang. Kendati si penggembala harus merasa lelah, lapar dan haus sekalipun. Ia selalu mengutamakan keduanya dibanding dirinya sendiri dan keluarganya.

Namun suatu hari, ternak Fulan berlari jauh dari desa. Ia pun mengejarnya hingga sore. Alhasil Fulan terlambat memerah susu dan baru beranjak pulang saat hari telah petang.

Setiba di rumah, ia pun buru-buru menemui orangtuanya sambil membawa bejana yang terisi penuh susu. "Pasti ibu dan bapak sudah lapar," pikirnya. Sang penggembala begitu merasa bersalah.

Saat menemui orangtuanya, ternyata keduanya telah tidur. Namun Fulan enggan membangunkan mereka karena khawatir mengganggu. Bukannya pergi, si penggembala saleh justru menunggu di kamar ibu bapaknya. Ia berdiri di sana karena khawatir keduanya bangun tengah malam karena lapar. Maka jika itu terjadi, ia dapat segera menyuguhkan susu yang ada di genggamannya.

Sementara itu anak-anak si penggembala juga menangis kelaparan. Namun Fulan enggan memberikan susu kepada anaknya sebelum memberikannya kepada ibu bapaknya. Namun ternyata kedua orangtuanya tak terbangun hingga terbit fajar. Saat pagi tiba, Fulan masih berdiri di dekat pembaringan orangtuanya sambil menggenggam bejana berisi susu.

Begitu baktinya Fulan si pengembala kepada kedua orang tuanya. Ia tak melupakan keduanya yang telah sepuh meski Fulan sibuk mengurus rumah tangganya sendiri. Kisah Fulan ini sebetulnya merupakan kutipan dari kisah terkenal riwayat Al Bukhari Muslim mengenai tiga orang yang terjebak di dalam gua. Fulan adalah salah satunya. Di dalam gua tersebut, Fulan mendapati keajaiban dari Allah atas budi baktinya kepada orang tua.

Dikisahkan oleh Rasulullah, dari Abdullah bin Umar, Ada tiga orang tengah melakukan perjalanan. Tiba-tiba hujan turun. Ketiganya kemudian berteduh ke dalam gua di sebuah gunung. Lalu saat ketiganya berada di dalam gua, sebuah batu besar menggelinding dari gunung, menuju pintu gua dan menutupnya.

Salah satu dari mereka berkata, "Lihatlah amal saleh yang telah kamu kerjakan karena Allah, lalu berdoalah kepada Allah dengannya. Semoga Allah memberi kemudahan".

Maka berdoalah salah seorang yang lain, "Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua orangtua yang telah berusia lanjut, istri dan beberapa anak yang masih kecil. Aku menggembala untuk mereka. Jika aku pulang di sore hari, aku memerah susu, lalu memberi minum kedua orang tuaku terlebih dahulu sebelum anak-anakku. Suatu hari aku menggembala cukup jauh dari desa. Aku tidak pulang kecuali hari telah petang, dan aku mendapati kedua orang tuaku telah tidur.

Aku memerah susu seperti biasa. Aku membawa bejana susu kepada keduanya dan berdiri menunggu di atas kepala mereka berdua. Aku tidak ingin membangunkan keduanya dari tidur dan aku tidak ingin memberi minum anak-anakku sebelum keduanya minum.

Sementara anak-anak menangis kelaparan di bawah kakiku. Aku tetap melakukan apa yang aku lakukan dan anak-anak juga demikian sampai terbit fajar. Jika engkau mengetahui bahwa aku melakukan itu hanya demi mencari wajah-Mu, maka bukalah pintu gua ini sedikit sehingga kami bisa melihat langit," ujarnya. Lalu Allah membuka sebagian pintu gua dan mereka pun dapat melihat langit.

Dua orang lain pun melakukan hal sama seperti Fulan dengan amalan yang berbeda. Keduanya berdoa dan bertawassul atas amal saleh yang pernah mereka lakukan. Hingga doa ketiga, maka terbukalah seluruh penghalang pintu gua. Batu besar itu bergeser penuh hingga ketiga orang saleh, termasuk Fulan, pun dapat keluar dengan selamat. Tanpa bertawassul kepada Allah dengan amal saleh, maka ketiganya pasti akan mati busuk di dalam gua.

Pun demikian dengan Fulan. Berkat baktinya kepada orang tua, ia melakukan sebuah kesalehan luar biasa yang mampu menghadirkan keajaiban Allah dalam kehidupannya, serta bantuan Allah dalam kesulitannya. Kisah Fulan tentu patut diteladani setiap muslimin.

Afriza Hanifa

Add comment

Submit