Muslimahdaily - Ibnu Sina adalah ilmuwan muslim asal Iran yang sumbangsihnya sangat besar di dunia kedokteran. Ia dikenal sebagai “Bapak Kedokteran Modern” karena ia menemukan dasar-dasar ilmu kedokteran yang dipakai hingga saat ini. Sebut saja beberapa di antaranya yakni sebagai penemu teori penularan virus TBC, penemu manfaat Etanol, dan bukunya yang bertajuk The Canon of Medicine (Kitab Al Qanun fii Thibb) menjadi referensi medis selama berabad-abad.

Untuk menghargai jasa-jasanya, dibangunlah Museum Ibnu Sina di kota kelahirannya yaitu di Hamedan, Iran. Lokasi tepatnya adalah di rumah Abu Saeed Dakhok, teman dekat Ibnu Sina semasa hidup. Rencana pembangunan museum ini tercetus sejak tahun 1939 oleh Mohammad Reza Pahlevi, pemerintah yang berkuasa di Iran saat itu, dan akhirnya museum Ibnu Sina resmi dibuka pada 1952.

Museum ini memiliki gaya arsitektur yang unik, yang mana merupakan campuran dari arsitektur kuno Iran dan arsitektur zaman Iran setelah kedatangan Islam. Pembangunannya sendiri menggunakan teknik tradisional dan modern yang terinspirasi dari Gonbad-e Qabus, sebuah monumen terkenal di Iran.

Bisa dikatakan, pusat perhatian dari museum ini terletak di menara pasak yang memiliki tinggi 28,5 meter dengan 12 tiang. Ada pula yang mengatakan bahwa menara ini terinspirasi dari arsitektur menara Mongol.

Area bawah menara pasak seringkali disebut sebagai menara makam Ibnu Sina. Hal itu benar apa adanya, karena di area bawah menara terdapat makam Ibnu Sina.

Dilansir dari Liputan Islam, makam tersebut dihiasi batu marmer yang ditulisi kaligrafi. Di samping makam Ibnu Sina ada makam salah satu teman dekatnya yang bernama Abu Saeed. Tidak hanya makam, di menara pasak pengunjung bisa melihat tanaman obat-obatan kering yang khasiatnya bersumber dari buku The Canon of Medicine.

Pengunjung juga dapat melihat pigura tanaman obat-obatan yang sudah dikeringkan beserta khasiatnya di sepanjang dinding bangunan. Sedangkan di sudut ruangan terdapat toples yang berisi biji-bijian, rempah-rempah, atau buah yang dikeringkan bersama dengan khasiatnya. Contohnya buah Viper Bugloss (Echium amoenum) berkhasiat menguatkan jantung dan syaraf, meredakan flu, dan menjaga sistem kekebalan tubuh. Di salah satu ruangan, pengunjung bisa menemukan alat-alat medis zaman dahulu seperti pisau, jarum, atau pundi tempat menyimpan obat.

Ibnu Sina memang terkenal sebagai sosok yang menguasai banyak ilmu. Hal itu terbukti dari koleksi buku, manuskrip, dan dokumentasi tentang Ibnu Sina di museum ini. Tidak hanya memuat pemikiran Ibnu Sina saja, museum ini juga menyimpan karya tokoh lain yang mengulas tentang pemikiran Ibnu Sina seperti buku Syahr-al Asbab Tib karya Samarqandi atau Syahr al-Qanun karya Ibnu Nafis.

Selain menara pasak, pengunjung akan menemukan taman yang terinspirasi dari gaya taman Iran, sebuah air mancur dari sumber mata air tradisional dan patung Ibnu Sina yang sedang memegang buku. Museum Ibnu Sina memiliki dua aula, yaitu aula utara dan aula selatan. Aula utara adalah perpustakaan dengan koleksi ilmuwan dari Iran dan mancanegara yang koleksinya mencapai 8000 buku. Sedangkan aula selatan adalah tempat makam Ibnu Sina berada dan koleksi dari abad dahulu.

Ibnu Sina memang sudah tiada. Tetapi pemikiran dan pengetahuannya tidak akan terlupakan sepanjang peradaban manusia. Dan Museum Ibnu Sina adalah tempat untuk mengenang jasa Ibnu Sina.