Muslimahdaily - Indonesia tampaknya masih harus berjuang keras melawan persebaran virus COVID-19. Selama satu bulan terakhir, penambahan kasus positif konsisten di angka ribuan. Masyarakat diimbau untuk beraktivitas di rumah dan segera mengisolasi diri jika memiliki gejala COVID-19.

Peristiwa yang membuat geger masyarakat selama beberapa minggu terakhir adalah tiga pasien di Banyumas yang tiba-tiba meninggal, padahal pasien tidak menunjukkan gejala seperti batuk, pilek, atau panas. Setelah diteliti, ternyata ketiga pasien tersebut mengalami happy hypoxia.

Apa itu Happy Hypoxia?

Dilansir dari Science Daily, happy hypoxia adalah kondisi ketika seseorang memiliki kadar oksigen yang sangat rendah dalam jaringan tubuh, tetapi tidak menunjukkan gejala dyspnea (kesulitan bernapas). Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus, maka organ vital dalam tubuh seperti otak, jantung, dan ginjal dapat terganggu fungsinya dan berakibat kematian.

Normalnya, saat seseorang memiliki kadar oksigen yang rendah dalam darah, orang tersebut akan mengalami dyspnea atau hilang kesadaran. Tetapi penderita happy hypoxia tidak, bahkan cenderung beraktivitas seperti orang biasa. Itulah mengapa happy hypoxia disebut silent hypoxemia.

Hypoxia vs Hypoxemia

Banyak orang yang sering tertukar antara hypoxia dan hypoxemia. Hypoxia adalah kondisi ketika kadar oksigen sangat rendah di jaringan tubuh. Sedangkan hypoxemia adalah kondisi ketika kadar oksigen sangat rendah di dalam darah.

Biasanya, seseorang yang mengalami hypoxemia akan berkelanjutan mengalami hypoxia. Hal ini dikarenakan ketika kadar oksigen dalam darah rendah, lambat laun kadar oksigen di jaringan tubuh akan ikut menurun juga. Studi menunjukkan bahwa penderita happy hypoxia memiliki kadar oksigen 50% dalam darah, sedangkan orang sehat berkisar 95%-100%.

Gejala Happy Hypoxia pada Pasien COVID-19 Tak Terlihat

Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto, dilansir dari Kompas, mengatakan ada sekitar 18,7 persen pasien COVID-19 tidak mengeluh sesak napas. Namun ternyata saat diperiksa, dalam darahnya sudah terjadi hypoxemia.

“Orang-orang yang kelihatannya tidak bergejala pada COVID-19, tetapi bisa juga ternyata oksigen di dalam darahnya rendah atau mengalami hipoksemia,” ujar Agus.

Agus menjelaskan pasien COVID-19 memiliki gejala yang bervariasi mulai dari ringan, sedang-berat, hingga kritis. Di kategori ringa, pasien biasanya hanya mengalami gejala batuk dan pilek. Di kategori sedang-berat pasien mengalami pneuomia dan hypoxemia. Di kategori kritis, pasien mengalami gejala oksigenasi yang terganggu berat hingga sulit bernapas.

"Jadi kalau sudah terjadi pneumonia, atau terjadi pneumonia dan hipoxemia sampai gagal napas, itu umum ya di dalam darahnya terjadi yang namanya hypoxemia,"  tutur Agus.

Itulah penjelasan mengenai happy hypoxia. Gejala ini seringkali terabaikan karena tidak terlihat. Karena itu tetap beraktivitas di rumah selagi bisa dan terapkan social distancing saat di luar rumah. Semoga bermanfaat.

Winanti Utaminingsih

Add comment

Submit