Muslimahdaily - Rencana presiden Amerika Serikat, Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel mendapat penolakan dari dunia islam dan negera - negara Arab.
Mentri Luar Negeri Retno Mursadi mengatakan bahwa rencana Donald Trump tersebut sangat berbahaya bagi perdamaian.
"Kita sangat mengkhawatirkan pengumuman tersebut karena pengakuan Yerusalem sebagai ibukota israel akan sangat membahayakan proses perdamaian dan akan membahayakan perdamaian itu sendiri," Ujar Retno yang dilansir dari laman Kompas.com(06/12).
Dilansir dari Tempo.co (6/12), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan keputusan Trump juga dapat menyebabkan Turki memutuskan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat.
Arab Saudi juga mengeluarkan pernyataan mengecam rencana Donald Trump tersebut.
"Pemerintah Amerika Serikat harus bertanggung jawab atas dampak negatif dari langkah semacam itu dan harapan Kerajaan (Saudi) untuk tidak mengambil langkah semacam itu karena ini akan mempengaruhi kemampuan AS melanjutkan upayanya mewujudkan solusi adil bagi isu Palestina," Seperti dilansir dari laman Detik.com(5/12).
Pada Oktober 1995, Kongres Amerika Serikat mengesahkan sebuah undang - undang Kedutaan Besar di Yerusalem, sebagai dasar untuk pemindahan kantor kedubes Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem. Hingga masa Obama belum ada satupun Presiden Amerika Serikat yang menjalankan undang - undang tersebut.
Walau banyak penolakan, Donald Trump pada kamis(7/12) resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
"Selama lebih dari 20 tahun, setiap Presiden Amerika sebelumnya telah memberlakukan hukum waiver, menolak untuk memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem atau untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Presiden-presiden menerbitkan waiver ini dengan keyakinan bahwa menunda pengakuan Yerusalem akan memajukan isu perdamaian. Beberapa pihak menyebut mereka kurang berani tapi mereka memberikan penilaian terbaik mereka berdasarkan fakta-fakta yang mereka pahami saat itu. Namun demikian, semuanya tercatat.
Setelah lebih dari dua dekade menerbitkan waiver, kita tidak juga lebih dekat pada kesepakatan perdamaian abadi antara Israel dan Palestina. Akan menjadi kebodohan untuk beranggapan bahwa mengulang formula yang sama persis sekarang akan menghasilkan hasil yang berbeda atau lebih baik.
Oleh karena itu, saya telah menentukan bahwa ini saatnya untuk mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibu kota Israel," dilansir dari laman Detik.com(7/12) yang mengutip pidato Donald Trump dari situs resmi gedung putih.