Muslimahdaily - Terkadang, mimpi mengandung firasat yang akan terjadi. Di lain hari, mimpi menjadi nasihat dan peringatan untuk diri. Sebenarnya, bolehkah menafsirkan apa yang dilihat dalam mimpi? Lalu bagaimana cara menafsirkannya?
Setiap manusia mengalami mimpi yang beragam. Terdapat mimpi baik, ada pula yang buruk. Ada yang datang dari Allah, ada pula yang berupa gangguan syaithan. Beberapa mimpi memiliki makna, ada pula mimpi yang sesuai keinginan hati, namun ada pula yang sekedar mimpi kosong. Untuk menafsirkannya, tentu perlu pengetahuan yang datang dari nabi.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Mimpi itu ada tiga macam: bisikan hati, ditakuti setan, dan kabar gembira dari Allah.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).
Mimpi bisikan hati terjadi ketika seseorang memikirkan suatu perkara dengan sangat serius sampai-sampai terbawa mimpinya. Adapun mimpi dari setan datang dalam bentuk mimpi buruk ataupun mimpi yang menakutkan. Sebaliknya, mimpi dari Allah merupakan mimpi indah yang berisi suatu kabar gembira ataupun perkara baik untuk si pemimpi. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang tiga macam mimpi.
1.Mimpi dari Allah
Mimpi yang datang dari Allah banyak dialami para nabi dan shahabat Rasulullah. Bahkan ada seorang nabi yang diberi anugerah oleh Allah untuk dapat menafsirkan mimpi-mimpi. Ia adalah Nabi Yusuf ‘alaihissalam.
Allah berfirman, “Dan demikianlah Rabb-mu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebagian dari tabir mimpi-mimpi...” (QS. Yusuf : 6 ).
Rasulullah juga mengalami mimpi yang datang dari Allah. Salah satunya tentang fathul Makkah. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya.
(Yaitu) Bahwa sesungguhnya kau pasti akan memasuki Masjidil Haram, Insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat.” (QS. Al Fath: 27).
Mimpi dari Allah juga pernah dialami para shahabat nabi. Dari Abu Abdurrahman As Sulami, ia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah mempersaudarakan antara Salman dan Abu Bakar. Tiba-tiba Salman menjauhi Abu Bakar lalu Abu Bakar bertanya kepadanya,
“Wahai saudaraku, mengapa engkau berpaling dan menjauhku?” Salman menjawab, “Aku telah bermimpi seakan-akan kedua tanganmu terikat ke lehermu.” Abu Bakar berkata, “Allahu Akbar! Kedua tanganku terjaga dari keburukan hingga hari kiamat.”
Abu Bakar kemudian mengabarkan hal itu kepada nabi, lantas beliau berkata, “Kedua tanganmu terhindar dari keburukan hingga hari kiamat .”
Umar bin Khaththab juga pernah bermimpi yang mana di kemudian hari benar-benar terjadi. Umar berkata, “Aku bermimpi seakan-akan melihat seekor ayam jago mematukku sekali atau dua kali, maka saya takwilkan bahwa seorang ‘ajam (non arab) akan datang membunuhku.” Sebagaimana diketahui, sang khalifah kedua memang meninggal dunia karena ditikam seorang dari luar Arab.
Namun semua mimpi itu dialami para nabi yang mulia dan shahabat yang dijamin kesalehannya. Adapun manusia biasa, tak dapat dipastikan bahwa ia mendapat mimpi dari Allah. Perlu diingat bahwasanya tidak semua mimpi datang dari Allah. Karena itulah mimpi tidak semuanya benar.
Meski demikian, hal ini tidaklah menyangkal bahwasanya terkadang mimpi manusia biasa pun dapat datang dari Allah. Terkadang berupa kabar gembira bagi hamba-Nya yang beriman, atau agar seseorang meninggalkan maksiat dan kembali pada taqwa. Bagaimana cara menafsirkan mimpi demikian? Jika itu berupa mimpi yang membawa kabar gembira dan tidak bertentangan dengan syariat, bisa jadi itu adalah petunjuk dari Allah.
Ibnul Qayyim menjelaskan bahwasanya terdapat malaikat yang ditugaskan Allah untuk mengurus persoalan mimpi. Malaikat tersebut ditugaskan agar orang yang bermimpi mendapat petunjuk dari persoalan yang dihadapinya.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah, “Apabila salah seorang di antara kalian bermimpi melihat sesuatu yang ia sukai, ketahuilah bahwa yang demikian itu datangnya dari Allah, maka hendaklah ia memuji Allah atasnya dan hendaklah dia menceritakan mimpi tersebut.
Dan apabila ia bermimpi melihat sesuatu yang tidak ia sukai, ketahuilah bahwa yang demikian itu datangnya dari setan, maka hendaklah ia meminta perlindungan dari kejahatan mimpi tersebut dan ia tidak boleh menceritakannya kepada orang lain, karena hal itu tidak membahayakannya.” (HR. Al Bukhari).
2.Mimpi dari Setan
Setan gemar menakut-nakuti manusia melalui mimpi. Mereka memberikan mimpi-mimpi seram kepada bani Adam. Jika mendapati mimpi menyeramkan dari setan, maka tak perlu dipikirkan apalagi mencari tafsirnya. Lupakan saja mimpi tersebut dan jangan ceritakan kepada orang lain.
Sebagaimana hadits dari Rasulullah. Dari Jabir, ia berkata, “Ada seorang Arab badui datang menemui Nabi kemudian bertanya, “Ya rasulullah, aku bermimpi kepalaku dipenggal lalu menggelinding kemudian aku berlari kencang mengejarnya,”
Rasulullah lalu bersabda kepada orang tersebut, “Jangan kau ceritakan kepada orang lain ulah setan yang mempermainkan dirimu di alam mimpi.” Setelah kejadian itu, aku mendengar Nabi menyampaikan dalam salah satu khutbahnya, “Janganlah kalian menceritakan ulah setan yang mempermainkan diri kalian di dalam alam mimpi.” (HR. Muslim).
Menjelaskan hadits di atas, Imam An Nawawi memaparkan bahwa terdapat hikmah dibalik perintah nabi agar tak menceritakan mimpi buruk kepada orang lain. Menurut beliau, mimpi yang dialami seseorang ibarat sesuatu yang melayang terbang. Jika mimpi itu memiliki dua kemungkinan makna, lalu ditafsirkan kepada salah satunya, maka akan terjadi sesuai yang mendekati sifat tersebut.
“Terkadang ada orang menafsirkan mimpi itu dengan tafsir yang buruk sebagaimana yang digambarkan dalam mimpi itu, meskipun masih ada banyak kemungkinan tafsir lainnya. Kemudian tafsir buruk itu terjadi dengan taqdir Allah ta’ala,” jelas Imam An Nawawi.
Karena itulah perlu ekstra hati-hati dalam menafsirkan mimpi. Jangan mudah percaya pada keyakinan masyarakat ataupun seseorang yang berkedok ahli tafsir mimpi. Saat mengalami mimpi buruk, alangkah baiknya jika dilupakan saja, kemudian berdoa, dan ikuti perintah nabi agar tidak menceritakannya kepada siapa pun.
3.Mimpi dari Bisikan Hati
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa mimpi bisikan hati terjadi ketika seseorang memikirkan suatu perkara dengan sangat serius sampai-sampai terbawa mimpinya. Hal ini sering terjadi jika kita memiliki masalah yang pelik, keinginan yang sangat diinginkan, kenangan yang tak terlupakan, atau bahkan perkara sepele seperti peristiwa keseharian.
Jenis mimpi ini hanyalah bisikan hati. Tak perlu bersikeras untuk mencari cara menafsirkan mimpi tersebut. Pada dasarnya, semua jenis mimpi pun demikian. Bertanya-tanya tentang tafsir mimpi tidaklah berguna kecuali jika mengandung kebaikan.
Sebagai contoh, dari sebuah mimpi seseorang menjadi sadar akan dosanya dan segera bertaubat. Contoh lain, dari mimpi, seseorang mendapati keimanannya bertambah. Dari sebuah mimpi, ada tanda kebaikan agar seseorang istiqomah di jalan-Nya. Mimpi yang memiliki hikmah seperti ini, semoga Allah selalu memberikannya kepada kita.