Kisah Sang Alim dan Hadiah bagi Orangtua di Alam Kubur

Muslimahdaily - Suatu ketika ada seorang alim yang sedang tidur. Dalam tidurnya ia bermimpi bertemu dengan para ahli kubur. Mereka terlihat tengah berebut dan memungut sesuatu yang berserakan.

Di antara keramaian itu, sang alim melihat ada satu orang yang sedang duduk. Orang tersebut terlihat acuh dan tidak tergiur untuk mengambil sesuatu yang diperebutkan.

Sang alim dibuat bingung. Ia pun betanya, “Mengapa engkau diam saja, tidak seperti mereka mengambil barang-barang itu?”

Orang tadi menjawab sebenernya mereka yang berebut itu tengah mengambil hadiah berupa bacaan Al Qur’an, sedekah, dan doa. Hadiah tersebut dikirimkan dari umat Islam yang berada di dunia.

Orang tersebut menambahkan bahwa dirinya bahwasanya ia tidak lagi membutuhkan hadiah tersebut.

Dengan mantap ia berkata, “Saya sendiri tidak butuh hadiah itu sebab saya sudah punya semuanya.”

Sang alim semakin penasaran, ia pun kembali bertanya. “Dari mana engkau bisa mendapat hadiah-hadiah tersebut?”

Orang tadi kembali menajwab, “Saya punya anak yang berjualan kue di pasar ini. Setiap hari dia selalu mengirim bacaan Al Qur’an dan doa kepadaku.”

Setelah percakapan tersebut, sang alim terbangun. Karena rasa penasarannya belum tuntas, ia pun memutuskan untuk pergi ke pasar yang disebutkan oleh orang dalam mimpinya untuk mencari penjual kue.

Setelah sampai di pasar tersebut, sang alim telah melihat seorang penjual kue. Dari jauh ia melihat, mulut penjual kue itu tak hentinya bergerak, layaknya orang yang membaca sesuatu.

Sang alim kemudian mendatangi penjual kue dan bertanya, “Saya melihat mulut engkau dari tadi tidak berhenti bergerak, kalau boleh tau apa yang sedang engkau baca?”

Penjual kue pun menjawab dengan sopan, “Oh saya sedang membaca Al Qur’an untuk dikirimkan khusus untuk orangtuaku yang sudah meninggal.”

Jawaban penjual kue akhirnya membuat sang alim merasa puas. Bahwa apa yang dikatakan orang di dalam mimpinya benar adanya.

Tak selama berselang, sang alim kembali bermimpi. Dalam mimpinya kali ini ia melihat lagi orang yang dahulu hanya duduk manis kini ikut berebut hadiah bersama orang lain. Sang alim enggan bertanya lantaran orang tersebut terlihat sangat sibuk. Ia pun kemudian terbangun.

Untuk menjawab rasa peansarannya kali ini, ia berangkat lagi ke pasar untuk menemui penjual kue. Menurutnya, penjual kue bisa saja menjawab rasa ingin tahunya.

Namun, sesampainya di pasar, sang alim tidak mendapati penjual kue. Menurut informasi yang didapatinya, penjual kue tersebut sudah meninggal sehingga tidak lagi dapat mengirimi bacaan Al Qur’an dan doa untuk orangtua.

Dari kisah ini kita dapat belajar bahwa seorang anak masih dapat berbakti walaupun orangtua telah meninggal dunia. Wujud bakti tersebut dapat berupa doa, bacaan Al Qur’an, sedekah, hingga silaturahmi.

Sungguh Allah Maha Pengasih lagi Penyayang, diberikan bagi mereka kesempatan berbakti hingga ajal menjemput.

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau doa anak yang shalih." (HR. Muslim).

Wallahu ‘alam.

Sumber: NU Online

Add comment

Submit