Muslimahdaily - Alkisah di era kenabian Musa ‘alaihissalam, hidup seorang pemuda tampan yang tinggal di sebuah desa tak terlalu jauh dari Bukit Tursina. Ia merupakan pemuda shalih yang mengikuti ajaran nabiyullah Musa.
Suatu hari, nabi Musa mendapatkan wahyu perihal kabar surga kelak. Beliau mendapat kalam bahwa ada seorang pemuda yang akan menjadi tetangga Nabi Musa di surga kelak. Allah pun kemudian menunjuk pada pemuda shalih tersebut.
Nabi Musa pun penasaran, seperti apa amalan sang pemuda hingga diberikan rahmat Allah berupa surga-Nya. Bahkan tak hanya surga, si pemuda juga dijanjikan akan tinggal berdampingan dengan utusan Allah. Tentu hal itu sebuah keutamaan yang tak diberikan pada setiap orang meski shalih sekalipun.
Sang utusan Allah pun memulai perjalanan demi mencari si pemuda itu. Beliau mencarinya dari desa satu ke desa yang lain, bertanya kepada para penduduk mengenai tempat tinggalnya. Hingga akhirnya bertemulah Nabi Musa dengan si pemuda.
Mengucap salam, kedatangan Nabi Musa membuat si pemuda kaget tak terkira. Ia tak pernah menyangka sang nabi mendatangi rumahnya seorang diri. Namun pemuda itu juga dilanda kegalauan karena Nabi Musa datang di saat ia harus melakukan sebuah hajat.
Sang pemuda itu pun kemudian meminta maaf kepada nabiyullah karena tak dapat menjamunya. Ia pun izin keluar untuk melakukan aktivitas rutinnya. Nabi Musa memaklumi dan meminta agar diizinkan bertandang selama beberapa waktu. Maka sang nabi Allah pun mengamati aktivitas si pemuda demi menjawab pertanyaan, amalan apa yang telah dilakukannya hingga mendapat kemuliaan menjadi tetangga nabi di surga.
Lalu Nabi Musa dibuat terperanjat ketika melihat si pemuda menggendong seekor babi besar yang ia simpan di rumahnya. Si pemuda itu bahkan memandikan babi itu dengan penuh belai kasih sayang. Usai dimandikan, babi itu dikeringkan, kemudian dipeluk dan diciumi oleh si pemuda. Hampir saja Nabi Musa menegur kelakuan si pemuda itu.
Namun belum usai sampai disitu, usai merawat babi pertama, sang pemuda kembali mengeluarkan babi lain dari rumahnya. Hal yang sama pun dilakukannya pada babi kedua tersebut, memandikan, mengeringkan, memeluk dan menciuminya. Hingga kemudian dirawatlah kedua babi di dalam rumahnya.
Usai melakukan aksi aneh dan menjijikan tersebut, sang pemuda kembali menemui Nabi Musa. Maka Nabi Musa pun bertanya heran, “Wahai saudaraku, apakah agamamu?”
“Saya beragama tauhid,” ujar si pemuda yang memang merupakan hamba Allah dan umat Nabi Musa.
“Lalu mengapa kau memelihara babi?” tanya Nabi Musa lagi.
Jawaban sang pemuda pun mengagetkan, ia berkata bahwa dua babi tersebut adalah kedua orang tuanya. Maka dikisahkanlah oleh pemuda bagaimana babi-babi itu menjadi orang tuanya.
Di suatu masa, ia melihat petir menyambar kedua orang tuanya. Sang pemuda sempat berpikir kedua orang tuanya tewas. Namun ternyata, ia mendapati dua ekor babi yang kemudian dibawanya pulang dan dirawat dengan baik.
“Ayah dan ibuku telah melakukan dosa besar hingga Allah mengganti wajah mereka dengan rupa babi,” ujarnya.
Meski ia tahu orang tuanya telah bermaksiat kepada Allah hingga mendapat azab-Nya, sang pemuda tetap bersedia merawat keduanya. Bahkan meski rupa ayah ibunya telah berubah menjadi babi. Ia merasa tetap berkewajiban sebagai anak untuk berbakti kepada kedua orang tua.
“Setiap hari aku berdoa kepada Allah agar mengampuni mereka dan mengembalikan wujud mereka seperti sedia kala. Namun Allah belum mengabulkan doaku,” tutur si pemuda, pilu.
Setelah mendengar rangkaian kisah si pemuda, maka tahulah Nabi Musa mengapa si pemuda mendapat keutamaan luar biasa saat di akhirat kelak. Keutamaan itu memang pantas didapatkan seorang anak yang sangat berbakti pada ibu bapaknya.
Sumber rujukan: Birrul Walidain; 40 Kisah Berbakti kepada Orang Tua (Al Kautsar Kids).