Muslimahdaily - Pada awal penaklukkan Spanyol oleh kaum muslimin pada sekitar abad ke-8. Tanah Andalusia mencapai masa keemasannya. Rakyat pribumi yang beragama non – muslim dijamin keamanannya hidup berdampingan dengan warga muslim.
Semenanjung Iberia mencapai populasi penduduk muslim hingga 5 juta jiwa. Sementara itu, kota – kota pusat pemerintahan seperti Cordoba mendapatkan sentuhan kemajuan berupa infrastruktur dan fasilitas umum. Jalan - jalan, pasar, perpustakaan, rumah sakit dan sebagainya.
Semuanya berubah setelah pada 4 November 1491, Sultan Muhammad yang memimpin Granada dipaksa menandatangani surat pengambil alihan kekuasaan oleh Raja Ferdinand dan Ratu Isabella pada abad ke-16.
Pada awalnya, Raja Ferdinand dan Ratu Isabella memberikan janji manis akan menjamin warga muslim di Granada tetap diperbolehkan memeluk agama Islam.
Namun, semua itu hanya tipu muslihat agar Granada bisa jatuh dengan mudah ke tangan mereka. Setelah Sultan Muhammad menandatangani surat tersebut, selang beberapa bulan kemudian rakyat muslim di Granada di usir dari rumah dan tempat tinggal mereka. Bahkan, ribuan lagi dibunuh serta sebagian lagi mengungsi ke Afrika utara.
Dekrit Ratu Isabella Melarang Toleransi Antar Beragama
Di tengah perdamaian dunia yang terus digaungkan, justru pada abad ke-16, Ratu Isabella mengeluarkan dekrit agar melarang semua bentuk agama Islam. Rakyat hanya diberi dua pilihan, pindah agama Kristen atau mati.
Banyak warga yang memilih untuk lari ke Afrika utara, namun tak sedikit juga yang bertempur dan mati syahid. Sebagian lagi, memilih untuk pindah agama, namun menjalankan syariat Islam secara diam – diam. Mereka inilah yang disebut dengan kaum Morisco.
Pengusiran Morisco
Menjalankan ibadah lima waktu secara sembunyi – sembunyi ini terus berlangsung hingga 100 tahun lamanya. Pasukan tentara Kristen senantiasa mengawasi dengan ketat aktivitas warga Morisco. Mereka diminta membuka pintu pada Kamis malam dan Jumat pagi agar tidak ada warga yang bisa melaksanakan ibadah seperti sholat wajib atau sholat Jumat berjamaah.
Dengan segala upaya, rupanya pada abad ke-17, Raja Philip tak sabar lagi untuk mengusir rakyat Morisco. Dekrit dikeluarkan untuk mengusir Morisco dari Spanyol menuju Afrika utara atau Turki.
Selama 3 hari waktu yang diberikan untuk berkemas dan diberangkatkan menuju kapal, banyak warga Morisco yang tercabut hak asasi manusia. Anak – anak banyak yang diculik untuk dididik secara Nasrani, wanita diperkosa oleh pelaut, dan kaum laki – laki dibunuh atau diminta upeti sebagai bayaran. Aksi itu disebut sebagai genosida dan pembantaian paling keji sepanjang sejarah Spanyol.
Pada 1614, warga Morisco sudah lenyap selamanya dari semenanjung Iberia. Rasa pedih dan terluka serta terusir dari tanah tempat tinggal tak terlukiskan dengan kata – kata.
Cahaya gemilang Islam sudah memudar di tanah Andalusia.
Menurut seorang Padri dari Portugis, pengusiran tersebut telah mengosongkan semenanjung Iberia karena migrasi besar – besaran. Perdagangan dan perekonomian terkena dampaknya karena banyak tenaga kerja yang lenyap dan mengurangi pajak penghasilan negara.
Sementara itu, warga Morisco yang sudah sampai di Afrika utara juga bernasib tak jauh berbeda. Kemiskinan dan kelaparan melanda para pengungsi. Selama ratusan tahun, warga Morisco berusaha untuk membaur dengan warga asli Afrika utara. Namun, mereka tetap mempertahankan akar budaya Morisco yang berasal dari Spanyol.
Bahkan, bisa dilihat hingga kini, pemukiman dan kota – kota di Afrika masih memiliki garis keturunan Morisco dari Spanyol. Seperti gaya arsitektur bangunan, buku dan literatur, tradisi sejarah, serta perpaduan wajah tirus yang tidak bisa dipungkiri berasal dari tanah Andalusia.
Warga Morisco yang terus eksis hingga kini seolah mengingatkan setiap umat Islam di seluruh dunia. Bahwa dahulu mereka pernah berjaya menaklukkan Spanyol hingga berabad - abad.
Membawa kesejahteraan bagi seluruh masyarakat tanpa memandang agama. Membuktikan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Namun, dibalik kisah historis yang gemilang itu, terbersit luka yang dalam tentang pengusiran Morisco dan genosida umat Muslim di Granada sebagai kisah pembantaian paling pedih sepanjang sejarah di Eropa.