Muslimahdaily - Lebaran di Indonesia identik dengan pakaian baru, makanan manis, kue kering, dan ketupat. Namun rupanya, perayaan sukacita menyambut Idul Fitri ternyata ikut dirasakan oleh negara – negara Muslim lain di seluruh dunia. Ini adalah perayaan 3 hari penuh kebahagiaan yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan.

Semua umat Muslim berkumpul bersama keluarga dan kerabat masing – masing untuk saling mengunjungi dan bersilaturahim. Nah, apa saja tradisi menyambut Idul Fitri dari negara satu ke negara lain. Mari kita lihat ragam keunikannya berikut ini.

Abu Dhabi, Uni Emirat Arab

Hari pertama Idul Fitri di Abu Dhabi kebanyakan orang akan menghabiskan waktu bersama keluarga dan kerabat. Usai sholat Ied di pagi hari, mereka akan berkunjung ke rumah kakek – nenek untuk pesta jamuan makan siang.

Hidangan tradisional Uni Emirat Arab saat Idul Fitri yang populer seperti Harees (bubur dari gandum dan daging) dan Balaleet (mie bihun manis dengan telur dadar atau telur goreng). Ini adalah menu wajib sarapan pagi.

India / Pakistan

Sebagai bagian dari persiapan menyambut Idul Fitri, kaum wanita di India akan menghiasi tangan dengan Mehndi (daun pacar) sehari sebelumnya. Kemudian, mereka akan memakai pakaian meriah, perhiasan dan gelang berwarna – warni.

Rumah – rumah umat Muslim di India atau Pakistan juga akan diterangi lampu – lampu hias yang meriah. Di samping itu, hidangan Idul Fitri yang disajikan adalah Nasi Biryani dan daging kambing. Serta hidangan penutup berupa khurma atau puding yang terbuat dari susu, kismis dan kacang cincang.

Turki

Di Turki, umat Muslim yang merayakan Idul Fitri akan memakai baju baru. Mereka saling bersalaman dan mengucapkan Bayramınız Mübarek Olsun yang diterjemahkan menjadi 'Semoga Idul Fitri Anda diberkati'.

Sama seperti negara Muslim lain, setiap keluarga akan saling berkunjung terutama ke orang tua. Sajian khas Lebaran di Turki seperti Baklava atau kue pastry khas Turki.

Maroko

Usai melaksanakan sholat Ied, Muslim di Maroko akan menghabiskan hari dengan keluarga dan menyantap kue kering atau pancake Maroko. Kue ini disebut Msemen dan Baghrir yang dimakan dengan teh daun mint.

Para pria akan memakai sepatu tradisional Maroko, balgha. Sedangkan, wanita akan memakai kaftan yang paling indah.

Amerika Serikat

Dikenal sebagai negara multikultural, rupanya White House atau Gedung Putih juga punya tradisi menyambut Ramadhan. Dimulai pada 1996, ketika ibu negara, Hillary Clinton mengadakan jamuan makan malam perayaan Idul Fitri dan mengundang anggota terkemuka komunitas Muslim Amerika, termasuk politisi, tokoh masyarakat dan mahasiswa.

Selain itu, Presiden ke-3 Amerika, Thomas Jefferson, juga pernah mengadakan makan malam di White House dengan Sidi Soliman Mellimelli pada 9 Desember 1805 ketika Ramadhan. Tradisi ini menjadi acara tahunan yang digelar di White House oleh presiden berikutnya, seperti Presiden Bill Clinton, Presiden George W. Bush, hingga Presiden Barack Obama.

Sayangnya, pada tahun 2017, Presiden Donald Trump melanggar tradisi White House ini dengan menghapuskan acara makan malam atau berbuka puasa di White House. Perilakunya itu mendapatkan cibiran dari berbagai media di seluruh dunia termasuk kalangan pers Amerika.

Hingga pada 13 Mei 2019, Presiden Donald Trump akhirnya mau menggelar tradisi makan malam berbuka puasa di White House meski hanya dihadiri staf gedung putih saja, tanpa mengundang komunitas Muslim manapun.