Muslimahdaily - Kejayaan kesultanan Utsmaniyah merupakan salah satu bukti bahwa umat muslim pernah jadi bangsa yang paling disegani pada masanya. Berdiri selama lebih dari 600 tahun, banyak peninggalan dari Kesultanan Ustmaniyah yang dapat menggambarkan betapa besar dan megahnya kesultanan ini.
Ialah Osman Gazi, pendiri Kesultan Utsmaniyah. Tak banyak kisah mengenai dirinya karena pada masa itu pencatatan sejarah baru ditulis pada abad ke-15 M. Saking sedikitnya, para sejarawan kesulitan untuk membedakan antara fakta dan mitos mengenai dirinya.
Osman Gazi diperkiran lahir pada pertengahan abad ketiga belas, sekitar tahun 1254 atau 1255. Ayahnya adalah Ertugrul yang merupakan pemimpin suku Kayi. Beliau memiliki daerah kekusaan dari Asia Tengah hingga Anatolia.
Setelah sang ayah meninggal, Osman mewarisi jabatannya dan memikiki gelar Bey atau adipati di bawah kepemimpinan Kesultanan Seljuk. Saat Kesultanan Seljuk hampir runtuh, Osman memerdekakan diri dan memilih membangun kadipaten berdaulat dengan ia sebagai pemimpin. Ia menolak membayar upeti kepada Kaisar Mongol dan memulai konflik panjang untuk tanah-tanah bizantium.
Mimpi Osman
Pada sebuah kisah, Osman sedang tidur di kediaman Syaikh Edebalo, tokoh sugi terkemuka di wilayahnya. Dalam tidurnya, ia bermimpi rembulan muncul di dada Syaikh Edebali dan masuk ke dalam dada Osman. Syaikh Edebali menafsirkan mimpi tersebut bahwa Osman akan mendapatkan keturunan melalui putri Syikh Edebali.
Dalam mempi tersebut pula ia melihat cabang-cabang pohon tumbuh dari pusar dirinya dan menutupi daerah-daerah di Eropa, Asia, dan Afrika. Angin kemudian bertiup dan mengarahkan dedaunan pohon ke arah Konstantinopel, yang mana di masa depan mejadi tempat kejayaan Kesultanan Utsmaniyah.
Memperbanyak Tentara
Banyak tantara bayaran yang akhirnya datang kepada Osman dengan harapan dapat melemahkan monarki Ortodoks. Selain itu, Osman juga kedatangan orang-orang yang melarikan diri dari Mongol secara terus-menerus. Dari sinilah, akhirnya Osman memiliki kekuatan tentara yang cukup kuat dan tangguh.
Bersama anak buahnya, Osman mampu merebut benteng-benteng dan kota-kota penting Eskisehir, Inonu, Bilecik, dan Yenisehir yang akhirnya dijadikan sebagai ibukota Utsmaniyah. Kemenangan tersebut disusul dengan rencana untuk menekan masyarakat Romawi Timur keluar dari Anatolia.
Para pemimpin Romawi Timur mulai kesulitan menghadapi Osman. Di sisi lain, Osman berusaha keras mengerahkan pasukannya untuk menyerang dari dua arah, yaitu sebelah utara sepanjang Sungai Sarkaya dan barat daya menuju Laut Marmara. Serangan tersebut berhasil pada tahun 1308.
Pada tahun yang sama, pasukannya turut andil menaklukkan salah satu kota Romawi, Ephesus dan mampu menduduki tepi pantai terakhir milik Romawi.
Pertempuran terakhirnya mampu menaklukkan daerah Bursa. Walau tak terjun langsung dalam peperangan, Bursa menjadi poin penting dalam pertempuran melawan Romawi Timur di Konstantinopel. Kota ini kemudian dijadikan ibukota pada masa kekuasaan putra dan penerus Osman, Orhan.
Wasiat Osman
Osman Gazi dipekriran meninggal pada 1323 atau 1424. Sebelum menghembuskan nafas terkahir, Osman sempat memberikan nasihat kepada anaknya. Nasihat ini mengandung makna peradaban dan manhaj Syariah yang menjadi pedoman dalam pemerintahan Utsmaniyah.
Osman berwasiat, “Wahai anakku, janganlah kamu menyibukkan dirimu dengan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Rabb alam semesta. Jika kamu menghadapi kesulitan dalam masalah hukum, maka bermusyawarahlah dengan ulama-ulama yang mengerti agama.
Wahai anakku, hormatilah orang yang taat kepadamu dengan penuh bangga, dan berbuat baiklah kepada para tentara, dan janganlah setan memperdayakanmu karena banyaknya tentara dan harta. Janganlah engkau menjauhi ahli Syariah.
Wahai anakku, sesungguhnya kau tahu tujuan kita semua adalah mencari ridha Allah, Rabb alam semesta; dan sesungguhnya jihad meliputi semua cahaya agama kita di seluruh cakrawala sehingga ridha Allah akan turun kepada kita.
Wahai anakku, kita bukanlah golongan manusia yang berperang karena dorongan nafsu untuk menguasai. Kita ini hidup di atas Islam dan untuk Islam pula kita mati. Inilah anakku apa-apa yang mesti kamu perhatikan."
Hingga meninggal, Osman masih mempertahakan gelarnya sebagai Bey dibanding sultan. Gelar sultan baru resmi digunakan pada tahun 1383 pada masa kekuasaan cucunya, Murad. Sementara namanya dijadikan sebagai nama dinasti oleh para keturunannya.