Muslimahdaily - Setiap menjelang Idul Fitri atau Lebaran, mudik merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Banyak masyarakat Indonesia yang bersiap-siap mudik untuk melepas rindu dengan keluarganya.

Ada kalanya saat mudik, muncul pertanyaan di kepala tentang asal muasal mudik dan sudah berapa lama tradisi mudik di Indonesia berlangsung? Berikut penjelasan tentang asal muasal tradisi mudik di Indonesia.

Mudik, tradisi yang dilakukan oleh banyak masyarakat Indonesia menjelang Idul Fitri atau Lebaran untuk melepas rindu dengan keluarga di kampung halaman, memiliki dua arti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu berlayar atau pergi ke udik (hulu, sungai, pedalaman) kemudian pulang ke kampung halaman.

Dikutip dari laman ugm.ac.id, kata mudik berasal dari bahasa Melayu, udik, yang berarti hulu atau ujung. Tradisi ini dimulai ketika masyarakat Melayu di hulu sering melakukan perjalanan ke hilir. Prof. Heddy Shri Ahimsa-Putra, seorang Antropolog di UGM, menjelaskan bahwa saat orang mulai merantau karena ada pertumbuhan di kota, kata mudik mulai dikenal dan dipertahankan hingga sekarang saat mereka kembali ke kampung halaman.

Sementara itu, menurut Silverio Raden Lilik Aji Sampurno, seorang Dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta, tradisi mudik sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Mataram Islam. Pada masa itu, para pejabat ditempatkan di berbagai wilayah untuk menjaga wilayahnya dan akan kembali ke pusat kerajaan untuk menemui Raja dan mengunjungi kampung halaman mereka. Hal ini yang dikaitkan dengan fenomena mudik saat ini.

"Awalnya, mudik tidak diketahui kapan. Tetapi ada yang menyebutkan sejak zaman Majapahit dan Mataram Islam,” ujar Silverio.

"Selain berawal dari Majapahit, mudik juga dilakukan oleh pejabat dari Mataram Islam yang berjaga di daerah kekuasaan. Terutama mereka balik menghadap Raja pada Idul Fitri,” lanjut Silverio.

Pada tahun 1970-an, kata mudik menjadi populer di Indonesia. Setelah era Orde Baru, pembangunan pusat-pusat pertumbuhan di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan menyebabkan urbanisasi dan pindah ke kota untuk menetap dan mencari pekerjaan. Hal ini membuat masyarakat yang pindah ke kota merasa rindu kampung halaman, sehingga mereka akan kembali ke kampung halamannya dalam waktu singkat.