Muslimahdaily - Sebagai seorang muslim, kehidupan kita selama ini lekat dengan yang namanya doa. Berdoa dianggap sebagai salah satu wujud ikhtiar manusia ketika menghadapi suatu masalah demikian juga ketika kita mengharapkan sesuatu.

Namun pernahkah Sahabat Muslimah, berada di situasi dan pilihan sulit? Atau mengharapkan sesuatu dengan amat sangat? Sebagai jalan terakhir, alhasil kita berdoa kepada Allah dengan keadaan memaksa.

Jika pernah, maka hendaknya Sahabat Muslimah memperhatikan penjalasan berikut ini.

Memang benar bahwa Allah memerintahkan hambanya untuk berdoa kepadaNya. Hal ini tercantum dalam surat Ghafir ayat 60.

“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”

Lebih lanjut, Ustadz Najihun S.Thi., dalam salah satu video yang diunggah di Youtube channel Muslimahdailycom, mengatakan bahwa berdoa merupakan inti dari segala ibadah. Hal tersebut dijelaskan oleh Syekh Ibnu Athaillah Al Iskandari dalam kitab Al Hikam.

Mengenai ayat di atas, Ustadz Najihun S.Thi juga menjelaskan bahwa Allah memerintah seluruh umat Islam agar berdoa. Perintah ini tidak membeda-bedakan, baik mereka yang memiliki derajat tinggi maupun derajat rendah, berdoalah di siang maupun malam hari.

Lantas bagaimana dengan doa yang memaksa?

Di kitab yang sama, dijelaskan, “Sebuah permintaan yang dikaitkan dengan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam rangka meminta apalagi memaksa adalah perbuatan tidak baik dan tercela.”

Lebih jelasnya, permintaan atau doa sebenarnya diperintahkan oleh Allah dalam rangka sebuah etika kita sebagai mahkluk kepada Allah. Kedua, hamba yang berdoa bertujuan untuk mengamalkan perintah Allah, sebagaimana dalam Surat Ghafir di atas.

Ketiga, dalam rangka menampakkan ketidakmampuan kita sebagai hamba dalam hal menggapai segala sesuatu yang diharapkan. Oleh karena itulah kita meminta kepada Allah.

Hikmah Berdoa

Melansir dari laman NU Online, Syekh Ibnu Athaillah menuliskan, “Jangan maknai permintaanmu sebagai sebab atas pemberian Allah yang itu menunjukkan kekurangpengertianmu terhadap-Nya. Hendaklah sadari bahwa permintaanmu adalah pernytaan kehambaan dan pemenuhan atas hak-hak ketuhanan.”

Selanjutnya, Syekh Syarqawi mengulas maksud Syekh Ibnu Athaillah bahwa segala bentuk ibadah dan amal shaleh termasuk doa yang dapat dipahami sebagai bentuk tawajuh seorang hamba kepada Allah, maka jangan diniatkan sebagai sebab atas anugerahNya. Niatan itu semua sebagai bentuk pengabdian manusia kepada Allah Ta’ala.

Pada akhirnya, Syekh Ibnu Athaillah bukannya tidak menyarankan kita untuk berhenti berdoa. Namun, sebaiknya kita mengubah sudut pandang kita terhadap doa sebagai ikhtiar yang sama statusnya dengan bentuk ikhtiar manusia. Berdoa tidak harus hanya ketika kita mendapat masalah atau mengingkan sesuatu, namun di kondisi apapun, sebagai bentuk kehambaan kita terhadap Allah.

Wallahu ‘alam.