Muslimahdaily - Apakah Sahabat Muslimah ingat pernah membuat sebuah perjanjian dengan Allah? Perjanjian tersebut terjadi sebelum kita dilahirkan ke dunia. Namun sayangnya, tidaklah seorangpun ingat akan perjanjian tersebut bahkan rasul Allah sekalipun.
“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (QS. Al Insaan: 1).
Kisah ini dimulai pada suatu masa sebelum manusia diciptakan, belum memiliki wujud bahkan nama sekalipun. Sementara pendapat lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah masa ketika Nabi Adam sama sekali belum diciptakan dan belum disebut oleh makhluk manapun.
Kemudian berlanjut ke saat Allah menciptakan Nabi Adam ‘Alaihissalam. Allah mengusap punggung sang Nabi sehingga jatuhlah jiwa-jiwa keturunan Nabi Adam dari awal zaman hingga hari Kiamat kekal. Allah pancarkan sinar dari tiap jiwa-jiwa yang berjatuhan tersebut.
Rasulullah bersabda, “Sewaktu menciptakan Nabi Adam, Allah mengusap punggungnya. Maka berjatuhanlah dari punggungnya setiap jiwa keturunan yang akan diciptakan Allah dari Adam hingga hari Kiamat. Kemudian, di antara kedua mata setiap manusia dari keturunannya Allah menjadikan cahaya yang bersinar. Selanjutnya, mereka disodorkan kepadanya. Adam pun bertanya, “Wahai Tuhan, siapakah mereka?” Allah menjawab, “Mereka adalah keturunanmu,” (HR. at-Tirmidzi).
Kemudian pada saat calon keturunan Adam dikeluarkan dari punggungnya, Allah mengambil janji dan sumpah setia dari tiap-tiap jiwa tersebut. Hal ini sebagaimana dalam Al Qur’an.
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka," (QS. Al A‘raf: 172).
Isi perjanjiannya dijelaskan pada lanjutan ayat tersebut.
“(Allah berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Benar (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (QS. Al A’raf: 172).
Sahabat Nabi Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu ‘anhu menjelaskan mengenai ayat dan hadits di atas. Beliau berkata, “Mereka (ruh tersebut) dikumpulkan, lalu dijadikan berpasang-pasangan, kemudian mereka dibentuk. Setelah itu diajak berbicara dan diambil janji dari kesaksian, ‘Bukankah Aku Tuhanmu?’, mereka menjawab, ‘Benar’.
Sesungguhnya Aku akan mempersilakan langit tujuh tingkat dan bumi tujuh tingakt untuk menjadi saksi terhadap kalian, serta menjadi nenek moyang kalian Adam sebagai saksi, agar kalian tidak mengtakan pada hari kalimat kelak, ‘Kami tidak pernah berjanji mengenai hal itu’.
Kemudian Adam diangkat di hadapan mereka dan ia (Adam) pun melihat kepada mereka, lalu ia melihat orang yang kaya dan orang yang miskin, ada yang bagus dan ada juga yang sebaliknya. Lalu Adam berkata, ‘Ya Tuhanku, seandainya Engkau menyamakan di antara hamba-hamba-Mu itu.’ Allah menjawab, ‘Sesungguhnya Aku sangat suka untuk Aku disyukuri.’ Dan Adam melihat para nabi di antara mereka seperti pelita yang memancarkan Cahaya pada mereka.” (HR. Ahmad).
Tiap keturunan Adam tersebut pasti dan telah melakukan perjanjian dengan Allah. Janji tersebut kelak akan dipertanggungjawabkan pada hari kiamat.
“Dan sungguh, mereka sebelum itu (sebelum ruh ditiupkan ke dalam janin) telah berjanji kepada Allah tidak ada berbalik ke belakang (mundur). Dan perjanjian dengan Allah itu akan diminta pertanggung jawabannya.” (QS. Al Ahzab: 15).
Namun demikian, secara fitrah kita akan lupa dengan kejadian dan perjanjian tersebut. Oleh karenanya Allah mengutus para Rasul-Nya untuk berseru agar manusia ingat dengan janji tersebut dan tidak lagi berkata, ‘Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)’.
“Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia (Allah) telah mengambil perjanjianmu, jika kamu adalah orang-orang yang beriman.” (QS. Al Hadiid: 8).
Wallahu ‘alam.