Muslimahdaily - Terhitung lebih dari dari 8 bulan sudah virus COVID-19 mewabah di seluruh dunia, tak terkecuali negara kita ini. Kini, sudah lebih ratusan ribu jiwa yang menjadi korban keganasan virus yang awalnya muncul di kota Wuhan, China. Sementara jutaan jiwa lainnya masih berjuang agar dapat sembuh dari virus ini.
Di samping itu, pandemik yang terjadi juga mengakibatkan berbagai kegiatan terpaksa berjalan kurang maksimal bahkan harus dihentikan secara mendadak. Transaksi ekonomi turun drastis dibanding biasanya dan ribuan orang harus menerima kenyataan pahit di-PHK. Belum lagi berbagai rencana harus dibatalkan lantaran khawatir meningkatkan resiko penyebaran virus.
Sama seperti kebanyakan musibah lainnya, pandemik corona tidak dapat diprediksi oleh siapapun. Tak ada yang menyangka bahwa satu virus yang tidak terlihat juga dapat melemahkan hampir seluruh insan manusia di bumi. Lewat perisitwa ini, Allah nampaknya hendak menguji hamba-Nya dengan berbagai macam ragamnya.
Tinggal bagaimana kita menghadapi dan menjalani salah satu ujian yang Allah berikan ini. Di balik Allah menurunkan ujian tersebut, Allah juga yang mencipatakan penawarnya. Penawar tersebut merupakan sabar.
Allah berfirman,
“Dan pasti Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Innaâ lillâhi wa innâ ilaihi râji‘ûn” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmah dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-Baqarah: 155-157).
Mengutip dari kitab Tanbihul Ghafilin karya Imam Abu Laits Rahimahullah, dijelaskan,
“Dari Abu Warrad, dari Muhammad bin Muslim, ‘Seorang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Ya Rasulullah habis hartaku, dan sakit badanku.’ Maka dijawab Nabi, ‘Tidak baik seorang hamba yang tidak habis hartanya dan tidak sakit badannya, sesungguhnya Allah jika cinta kepada hamba maka diujinya dengan bala' dan bila telah ditimpa bala' maka Allah memberinya kesabaran.”
Pada riwayat lain, Rasulullah pernah bersabda, “Sabar adalah separuh dari iman.” (HR. Abû Na‘îm dan al-Khathîb).
Anjuran untuk senantiasa bersabar dalam menghadapi cobaan Allah begitu utama, sampai-sampai porsinya mencapai separuh dari kesempuraan iman seseorang.
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sabar bagi keimanan laksana kepala dalam tubuh. Apabila kesabaran telah lenyap maka lenyap pulalah keimanan.” (Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya).
Selain itu, salah satu keutaaman sabar lainnya adalah dibersamai dengan Allah Ta’ala.
Allah berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153).
Sabar Tak Ada Batasanya
Mungkin sebagian dari kita sudah mampu untuk bersabar di satu hingga dua bulan pertama. Tapi hingga kini, virus corona belum terlihat akan segera usai. Begitu pula dangan kesulitan dan ujian yang kian lama semakin sulit dijalani. Mungkin saja muncul pertanyaan di benak kita, “Sampai kapan kita harus bersabar?”
Melalui salah satu video yang diunggah di Youtube, penceramah Gus Syakur menyampaikan bahwasanya sabar tidak ada batasnya. Dalam surat AL Baqarah ayat 153 di atas, Allah berfirman bahwanya Ia bersama dengan orang-orang yang sabar. Seperti yang menjadi pengetahuan umum kita, Allah sendiri tidak memiliki batasan. Oleh sebab itu, sabar disebut tidak ada batasnya.
Lebih lanjut Rasulullah pernah bersabda,
“Maka bersabarlah kamu sampai bertemu di telaga haud.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Telaga haud sendiri merupakan telaga Rasulullah yang Allah berikan kepada beliau di hari kiamat kelak. Maka dengan adanya hadits di atas, dapat dikatakan bahwa batasan manusia adalah seumur hidup, hingga akhir hayatnya, hingga kiamat kelak.
Maka sungguh tidak pantas bagi kita sebagai muslim mempertanyakan sampai kapan kita harus bersabar. Mengutip perkataan Sayyidina Ali di atas, jika seseorang telah habis kesabarannya, maka habis pula keimanannya.
Wallahu ‘alam.