Keutamaan dan Upaya dalam Menghidupkan Malam Idul Fitri

Muslimahdaily - Kehadiran Idul Fitri kerap menjadi momen yang paling dinantikan kala umat Muslim telah menjalankan ibadah puasa, shalat tarawih, witir, dan amalan terpuji lainnya di bulan Ramadhan selama sebulan penuh. Akan tetapi, hal ini bukan berarti dapat menurunkan semangat kita dalam beribadah sesudah bulan Ramadhan dan seterusnya.

Justru, seharusnya kita semakin bersemangat untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Melansir laman NU online, salah satu wujud ketakwaan umat Muslim sesudah bulan Ramadhan adalah menghidupkan malam Idul Fitri dengan gema takbir dan ibadah lainnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

“Siapa saja yang qiyamul lail pada dua malam Id (Idul Fitri dan Idul Adha) karena Allah demi mengharap ridha-Nya, maka hatinya tidak akan mati pada hari di mana hati manusia menjadi mati.” (HR As-Syafi’i dan Ibn Majah).

Dari hadist tersebut, kita dapat mengetahui bahwa keutamaan menghidupkan malam Idul Fitri ini dhaif atau lemah. Namun, demikian menurut para ulama hadits tersebut masih termasuk dalam kategori dapat diamalkan karena berkaitan dengan keutamaan menjalankan ibadah.

Dari sisi dirayah, maksud ‘hati tidak akan mati’ dalam hadits tersebut adalah hati tidak akan mengalami kebingungan di saat banyak orang mengalaminya, yaitu pada saat sakaratul maut, saat ditanya oleh dua malaikat (di alam barzakh), dan ketika hari kiamat kelak.

Dalam hal ini, pakar fikih Maliki asal Mesir, Syekh Ahmad As-Shawi menjelaskan,

“Makna ‘tidak mati hati orang yang menghidupkan malam hari raya’ adalah tidak bingung hatinya ketika naza’ (sakaratul maut), ketika ditanya oleh dua malaikat (di alam barzakh), dan di hari kiamat. Bahkan hatinya tenang penuh keteguhan pada momen-momen tersebut.”

Pada hari raya Idul Fitri terkadang kita lupa untuk menahan lisan, sehingga kerap terselip kata-kata atau senda gurau yang sebenarnya kurang berguna. Oleh karena itu, hikmah dari menghidupkan malam hari raya adalah agar cahaya ibadah pelakunya dapat terpancarkan sepanjang hari serta terhindar dari kelalaian akibat begitu bahagianya di hari tersebut, demikian menurut Sayyid Ali Al-Khawash.

Berbeda halnya dengan orang yang menghabiskan malam hari raya hanya untuk tidur semalaman suntuk atau melakukan kegiatan-kegiatan yang membuat lalai dari Tuhannya, maka ia akan terjerumus dalam kelalaian di sepanjang hari.

Pendapat yang paling shahih menyatakan dengan menggunakan mayoritas waktu malam hari raya untuk beribadah. Pendapat kedua, mengatakan cukup beribadah sesaat saja dari malam hari raya.

Hal ini juga diperkuat dengan keterangan dari Imam As-Syafi’i yang mengisahkan bahwa ketika malam hari raya Idul Fitri dan Idul Adha para masyayikh kota Madinah datang ke masjid, berdoa, dan berzikir sampai lewat beberapa saat saja waktu malam tersebut.

Sedangkan pendapat ketiga, dari Ibn Abbas Radhiyallahu 'anhu mengatakan, keutamaan menghidupkan malam hari raya dapat diperoleh dengan shalat Isya’ secara berjamaah dan bertekad untuk melakukan shalat subuh di pagi harinya secara berjamaah pula.

Sahabat Muslimah, mari kita hidupkan malam Idul Fitri bersama-sama dengan berbagai ibadah shalat wajib, sunnah, takbir, dzikir dan amalan terpuji lainnya. Serta jangan lupa untuk senantiasa terus bersemangat dalam menjalankan ibadah di bulan Syawal dan seterusnya.

Wallahu a‘lam.

Add comment

Submit