Ketahui Highly Sensitive Person, Gangguan atau Kepribadian?

Muslimahdaily - Sahabat Muslimah, kamu pernah enggak sih punya teman atau saudara yang lebih sensitif? Saat kalian pergi jalan-jalan ke suatu tempat, tiba-tiba temen kamu nyeletuk, “Eh, kamu nyium bau ini enggak, sih?,” atau “Kamu dengar enggak sih kayak ada suara aneh gitu?,” Padahal sebenarnya, kamu tuh sama sekali enggak mencium ataupun mendengar apapun yang ditanyakan temanmu itu.

Kebanyakan menyebut orang yang sensitif sama saja dengan orang yang mudah baper (bawa perasaan). Namun kenyataannya, kedua perasa ini berbeda, lho Sahabat Muslimah.

Baper itu istilah bagi orang-orang yang mudah tersinggung. Label ini diberikan sebagai bentuk asumsi bagi orang yang reaktif secara emosional. Makanya, terkadang kalimat “Gitu aja kok baper,” sering diucapkan ketika temanmu tersinggung sama ucapanmu.

Sedangkan sensitif merujuk pada seseorang yang responnya cepat terhadap stimulus tertentu. Stimulus ini bisa berpengaruh pada panca indera seperti penciuman bau, pendengaran suara, penglihatan cahaya atau respon pengaruh secara eksternal berupa sensabilitas emosional; perasaan senang dan sedih dari teman atau keluarga. Nah, orang-orang yang sangat sensitif atau peka secara stimulus ini disebut Highly Sensitive Person.

Wah, apa tuh Highly Sensitive Person?

Highly Sensitive Person atau yang disingkat menjadi HSP dicetuskan oleh seorang psikolog bernama Elaine N. Aron. HSP juga bisa disebut sensory processing sensitivity (SPS), yang mana kondisi ini ditandai dengan adanya peningkatan sensitivitas dari saraf pusat dan proses kognitif terhadap stimulus emosional, fisik, dan sosial. Mengutip dari laman Healthline, menurut Elaine bahwa orang yang mengalami HSP hanya 15-20 persen dari populasi manusia.

HSP bukan bagian dari gangguan kesehatan mental melainkan aspek kepribadian. Jadi, HSP bisa dikatakan terlalu sensitif terhadap stimulus tertentu. Orang yang menderita HSP itu lebih mendalam ketika mengolah informasi tertentu.

Mayoritas menganggap HSP lebih mengganggu dibandingkan perasaan tegang dan overwhelmed (kewalahan). Akibatnya, mereka penderita HSP menghindari situasi yang memungkinkan suatu hal terjadi.

Di balik kepribadian sensitivitas yang cukup tinggi ini memiliki kekurangan, sebetulnya HSP punya beberapa manfaat, nih. Pertama, mereka memiliki perasaan tentang banyak hal akan tetapi rasa emosionalnya mereka sembunyikan; kedua, mereka terlihat enggak nyaman dalam situasi kerumunan karena kondisi ini melibatkan beragam stimulasi seperti banyaknya orang yang berbicara, dan lain sebagainya; terakhir, mereka yang hendak memulai hubungan baru akan mencari jaminan.

Seperti apa rasanya menjadi orang yang memiliki Highly Sensitive Person?

Sebelum itu, kepribadian HSP ini diduga disebabkan oleh genetik. Namun tak dapat dipungkiri, terdapat beberapa gen yang ikut serta menjadi faktor terjadinya meningkatnya sensitivitas seperti serotonin, dopamine, dan hormon stres. Bagaimanapun juga, lingkungan berperan aktif dalam terbentuknya kepribadian HPS ini.

Tentunya, menjadi seorang yang menderita HSP akan menemui banyak tantangan. Mereka penderita HSP mungkin akan sulit beradaptasi dalam keadaan baru dengan menunjukkan respon emosionalnya berupa ketidaknyamanan akan situasi sosial ataupun sensasi fisik tertentu. Walaupun begitu, mereka membentuk ikatan yang mendalam dengan orang lain.

Bagaimana cara mengatasi Highly Sensitive pada seseorang?

Sebenarnya, tidak ada perawatan khusus untuk mengobati sensitivitas tinggi tersebut. Pasalnya, HSP ini termasuk ke dalam sifat kepribadian bukan gangguan mental. Dikarenakan tak jarang disertai dengan tantangan emosional atau interpersonal kemudian bisa terjadi bersamaan adanya rasa kecemasan dan depresi, terapi bicara memungkinkan untuk kesejahteraan batin seseorang.

Gimana sahabat udah tau kan sekarang, HSP itu bukan gangguan melainkan sifat kepribadian seseorang. Jadi, sudah tahu betul dong kalo HSP itu bukan seperti orang yang mudah baper, ya. Semoga bermanfaat.

Add comment

Submit