Muslimahdaily - Menikah merupakan hal yang sangat dinantikan bagi dua individu yang saling jatuh cinta, maka ketika mempersiapkan hari pernikahan biasanya calon pasangan begitu mempersiapkan segala pernak –pernik dari hari akad hingga respesi agar tidak ada yang terlewatkan. Namun sayangnya, banyak dari pengantin hanya mempersiapkan bagian tekhnis untuk hari kebahagiaan dan mengabaikan hal yang tak kalan penting lainnya, salah satunya untuk memeriksa kesehatan sebelum nikah atau yang disebut dengan test PreMarital Check Up.
Menurut Cahyadi Takariawa Penulis buku serial Wonder Family dan konsultan pernikahan Rumah Keluarga Indonesia (RKI) mengatakan bahwa bagi pasangan yang ingin menikah diperlukan untuk test kesehatan pra nikah untuk memastikan bahwa kedua calon mempelai dinyatakan secara fisik dan psikis.
“Sebelum menikah sangat direkomendasikan bagi calon pengantin laki laki dan calon pengantin wanita untuk melakukan Pre-Marital Checkup, adapun bertujuan untuk memasikan kedua calon mempelai dinyatakan sehar secara fisik dan psikis dalam menjalankan pernikahannya” ungkapnya dalam web laman RumahkeluargaIndonesia.com
Selain itu, menurut konsultan Jogja Family Center juga mengatakan pentingnya test kesehatan bisa mengantisipasi masalah yang berujung perceraian.
“ banyak yang berujung pada perceraian dipicu karena kesehatan, kesuburan dan keturunan. Makanya pre marital check up untuk megantisipasi, kalaupun jika dalam test ditemukan masalah justru itu bisa mencari solusi bukan untuk membatalkan” lanjutnya.
Adapun waktu melakukan test kesehatan pranikah umumnya bisa dilakukan saat enam bulan sebelum hari pernikahan.
"Idealnya 6 bulan sebelum hari pernikahan, maksudnya agar kalau ada kelainan seperti hepatitis, infeksi, TBC, bisa memberi waktu ke pasangan untuk disembuhkan dulu," ujar dr Frizar Irmansyah, SpOG, dokter kandungan dari RS Pusat Pertamina dikutip detik.com
Adapun bentuk test pemeriksaan dari PreMarital Check Up sebagai berikut dikutip dari berbagai sumber :
1. Berbagai pemeriksaan darah
Berupa pemeriksaan laju endap darah atau yang dikenal juga hematologi rutin (complete blood count) untuk mengetahui kesehatan individu secara umum dengan memeriksa komponen darah untuk mendeteksi kondisi anemia, leukemia, reaksi inflamasi dan infeksi, penanda sel darah tepi, tingkat hidrasi dan dehidrasi, polisitemia pada individu. Selain itu, pemeriksaan hematologi rutin juga bertujuan untuk mengetahui adanya risiko melahirkan keturunan dengan thalassemia dan hemofilia, namun juga perlu diperkuat dengan pemeriksaan hemoglobin HPLC, ferritin, dan badan inklusi HbH serta hematologi faal hemostasis.
2. Pemeriksaan golongan darah dan rhesus
Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui kecocokan rhesus dan efeknya terhadap ibu dan bayi. Jika calon pasangan memiliki rhesus yang berbeda, kemungkinan ibu akan mengandung anak dengan rhesus yang berbeda. Hal ini dapat berbahaya bagi kesehatan anak dalam kandungan karena dapat merusak sel darah dan menyebabkan anemia dan organ dalam bayi.
3. Pemeriksaan kadar gula darah
Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan kadar glukosa puasa untuk menentukan kondisi hiperglikemia seseorang. Hal diperlukan untuk mencegah dan penanganan dini dari komplikasi yang disebabkan oleh diabetes saat hamil.
4. Pemeriksaan urin
Dikenal juga dengan pemeriksaan urinalisa, untuk mendeteksi penyakit metabolik atau sistemik serta mendeteksi gangguan ginjal berdasarkan karaktertistik kimia (berat jenis, pH, leukosit esterase, nitrit, albumin, glukosa, keton, urobilinogen, biliubin, darah), sedimen mikroskopis (eritrosit, leukosit, silinder, epitel sel, bakteri, kristal), dan makroskopis (warna dan kejernihan).
5. Deteksi infeksi menular seksual
Dilakukan dengan uji VDRL atau RPR dengan menggunakan sampel darah. Keduanya berfungsi untuk mendeteksi antibodi yang bereaksi terhadap bakteri penyakit sifilis, Treponema pallidum. VDRL dapat menghasilkan hasil postif yang salah terhadap penyakit sifilis jika seseorang juga menderita beberapa penyakit infeksi seperti HIV, malaria, dan pneumonia saat pemeriksaan.
6. Deteksi infeksi hepatitis B
Hal ini dilakukan dengan deteksi penanda awal infeksi Hepatitis B. Bila HBsAg menetap dalam darah selama lebih dari 6 bulan, berarti telah terjadi infeksi kronis. Pemeriksaan HBsAg bertujuan untuk mencegah transmisi hepatitis B kepada pasangan melalui hubungan seksual, dan dampak buruknya kepada janin seperti cacat dan kematian akibat penularan kongenital selama kehamilan.
7. Deteksi penyakit penyebab kelainan selama masa kehamilan
Di antaranya penyakit yang disebabkan oleh kuman Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex (TORCH) berdasarkan aktivitas imunitas humoral IgG sebagai penanda infeksi. Infeksi akut TORCH pada saat hamil atau di atas 4 bulan sebelum hamil akan berisiko pada kehamilan berupa keguguran, bayi lahir prematur, dan dapat juga menyebabkan kelainan janin.