Muslimahdaily - Sebelum memutuskan berhijrah, Dewi Sandra dikenal sebagai penyanyi papan atas Indonesia. Saat itu, lagu-lagunya selalu di putar di berbagai radio dan televisi. Namun siapa yang tau bahwa ternyata dibalik segala kesuksesan karirnya yang diraih banyak sekali perjuangan dan air mata.

Ibunya menjadi salah satu saksi perjuangan tersebut, ketika terasa ingin menyerah, sang ibu selalu meyakinkan dan memberikan semangat pada Dewi untuk melanjutkan perjuangannya.

“Ibuku selalu pesan, ‘Dewi, dalam apapun yang sedang kamu kejar, ketika kamu berhenti setengah jalan, pasti akan ada orang yang lebih giat lagi yang akan langsung mendahului kamu, hanya karena kamu usahanya ga maksimal, karena doanya ga maksimal,’” ujar Dewi mengingat pesan sang ibu.

Saat di puncak karirnya, Dewi merasa bahwa dirinya diberi kesempatan oleh Allah, ditutup semua kekurangannya. Ia juga merasa dipertemukan dengan orang yang tepat pada waktu yang tepat, sehingga ia mendapatkan kesempatan yang baik untuk meraih mimpi dan cita-citanya saat itu.

Kebahagaiaan telah menyelimuti Dewi Sandra, ia merasa sangat puas atas pencapaiannya.

“Karena itu adalah cita-cita yang selama ini aku impikan, popularitas, materi, tampil di atas panggung, ini adalah hasil dari kerja keras dan izin Allah,” kata Dewi Sandra pada Muslimahdaily.

Namun seiring berjalannya waktu, Dewi merasa bahwa semua kebahagiannya itu bersifat semu. Ia justru merasa kekosongan dan hampa dalam hati. Kemudian Ia mulai bertanya-tanya pada diri tentang semua hal yang telah dilakukannya selama ini, ‘apakah semuan ini benar?’

“Ketika melihat pakai mata, itu mungkin indah, tapi kalau melihat lewat mata hati, aku galaunya habis-habisan,” ujar wanita cantik itu.

Semenjak kekosongan itu, Dewi mencoba mulai berpikir, mulai merubah visi misi kehidupannya dan berpikir lagi tujuan apa yang sebenarnya ia cari dalam hidup. Dewi juga berpikir tentang bagaimana nanti ia akan mempertanggungjawabkan semuanya pada Sang Pencipta.

Kehidupan terus berjalan, semakin hari Dewi merasa hidupnya semakin diatur oleh orang lain. Mereka yang membayar Dewi untuk tampil, kadang kala menginginkan sesuatu yang sebenarnya tak ingin ia lakukan. Seperti berpakaian seksi dan tampil dengan konsep yang klien atur.

Dewi saat itu merasa sangat risih dan pada akhirnya memilih untuk memberontak.

“Ketika itu benar-benar terjadi, aku merasa bahwa, wah gila ya aku benar-benar dibeli, menjadi boneka, diatur-atur sama orang, dan hati aku sebenarnya ga suka. Tapi aku lakukan karena kontrak karena sudah di bayar, berarti kan murah banget ya aku kok mau ya?” tanyanya pada diri.

Setelah melalui perjalanan panjang, dialog antara hati dan pikiran selam dua atau tiga tahun lebih, akhirnya Dewi Sandra memantapkan diri untuk berhijrah.

Perjalanan hijrah tak mudah tentunya, banyak ujian dan rintangan yang ia hadapi. Bahkan saat itu, teman-temannya tak semua mendukung. Sebagian dari mereka ada yang menasihati Dewi bahwa ia masih bisa melakukannya nanti. Tapi hati terasa sudah tak kuat untuk menerima hidayah yang selama ini ia cari.

Suatu malam, Dewi mencoba untuk berdialog dengan Allah lewat shalat tahajjudnya, ia memberanikan diri untuk membuka Al-Quran seraya meminta petunjuk dariNya.

Saat itu juga Allah seperti memberikan pertanda bagi Dewi, ia dihadapkan oleh QS. Al-Ahzab ayat 59 yang berbicara tentang kewajiban menutup aurat. Tanpa ragu lagi, Dewi memantapkan hati untuk berhijab juga memanjatkan doa agar senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

“Ya Allah apapun yang tidak membawa manfaat, kedalam proses perjalanan ini dari saat ini sampai nanti tolong palingkanlah,” ucap Dewi dengan penuh harap pada Allah.

Sejak saat itu Dewi mulai puasa mendengarkan musik dan menjauhkan diri dari berbagai hal yang bisa membuatnya terlena kembali pada kenikmatan dunia. Setelah lama berjalan, ia merasa bahwa hidupnya terasa baik-baik saja tanpa adanya musik. Dengan begitu justru ia lebih fokus dengan proses mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

Berkat doanya yang sungguh-sungguh pada Allah, Dewi juga mulai merasakan kehadiran teman-teman yang mendukung perjalanan hijrahnya. Mengingatkannya saat ia lalai dan mempelajari banyak hal tentang Islam, membuatnya semakin jatuh cinta pada agama yang ia anut selama ini.

Semua ujian dan tantangan hidup, terutama kehilangan orang tercinta dan hal yang dahulu ia cita-citakan memberikannya pelajaran besar. Bahwa dunia ini hanya sementara.

“semakin kita mencintai sesuatu, maka Allah akan semakin mengujinya,” ujar Dewi.

Dewi juga belajar bahwa ujian merupakan salah satu bentuk cinta Allah pada hambaNya, dan cinta sesungguhnya adalah kepada Sang Pencipta.

“Popularitas akan memudar, harta dunia tidak ada apa-apanya hanya cinta Allah lah yang akan abadi selamanya.” – Dewi Sandra.

 

Suha Yumna

Add comment

Submit