Muslimahdaily - Akibat lonjakan kasus COVID-19 di Wilayah Tepi Barat Palestina, pemerintah menetapkan lockdown selama lima hari. Karantina wilayah itu berlangsung mulai dari senin (15/3). Hal tersebut disampaikan oleh juru bicara pemerintah Palestina, Ibrahim Melhem, mengatakan, seluruh pergerakan antarkota akan dilarang kecuali petugas kesehatan.
Sementara, sekolah dan perguruan tinggi akan tetap ditutup. Karantina tidak termasuk di wilayah jalur Gaza yang dikuasai Hamas.
Otoritas kesehatan Palestina mengkonfirmasi 27 kematian dan 1.784 infeksi baru COVID-19 pada Sabtu (13/3). Dengan demikian total kasus COVID-19 di Tepi Barat dan Jalur Gaza menjadi 234.449 kasus, dan 2.494 kematian.
Otoritas Palestina sebelumnya juga telah mengkonfirmasi, 10 persen dari 12 ribu dosis vaksin COVID-19 didistribusikan untuk tim sepak bola nasional palestina, menteri pemerintah, pengawal presiden, dan anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Sementara itu, 200 dosis lainnya dibagikan kepada kerajaan Yordania, setelah ada permintaan dari Amman.
Ada sebanyak 90 persen vaksin COVID-19 yang akan dialokasikan untuk petugas kesehatan yang merawat pasien infeksi virus corona, departemen kedaruratan, dan petugas Kementrian Kesehatan. Hal tersebut sudah dijamin oleh Kementerian Kesehatan Palestina.
Kementerian Kesehatan Palestina juga mengatakan, para menteri dan pejabat keamanan yang menerima vaksin adalah mereka yang kerap melakukan kontak langsung dengan presiden dan perdana menteri. Vaksin juga diberikan kepada petugas komisi pemilihan umum. Sementara itu, tim sepak bola nasional Palestina membutuhkan vaksin agar dapat bertanding membawa nama Palestina.
Beberapa kelompok hak asasi manusia dan masyarakat sipil Palestina mendesak transparansi pemberian suntikan Vaksin COVID-19 ini. hal inilah yang membuat Kementerian Kesehatan memberikan pernyataan dari beberapa kritik tersebut.
“informasi dan kesaksian yang masuk menunjuk pada kasus yang sedang berlangsung di mana vaksin diperoleh oleh beberapa pihak, dengan mengabaikan prinsip prioritas dalam distribusi.” Kata kelompok itu dalam pernyataan bersama pada Senin (1/3) lalu, yang kami lansir dari laman Republika, Selasa (16/3).
Para warganet juga meramaikan sosial media dengan tagar dalam bahasa Arab #WhereisTheVaccine. Seorang aktivis ternama asal Hebron, Issa Amro menulis di halaman Facebooknya bahwa Otoritas Palestina gagal mendistribusikan vaksin secara adil.
Wilayah Tepi Barat dan jalur Gaza yang diduduki oleh Israel telah menerima sekitar 34.700 dosis vaksin hingga saat ini. Vaksin tersebut berasal dari sumbangan kecil oleh Israel dan Rusia, serta 20.000 lainnya dikirim oleh Uni Emirat Arab ke Gaza.