Muslimahdaily - Minggu (11/4), dinding sebuah masjid di Prancis barat telah dirusak dengan coretan Islamofobia oleh para pelaku vandalisme masjid.
Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin melaknat insiden tersebut yang hanya terjadi beberapa hari setelah serangan terhadap masjid lain di Prancis barat. Ia mengatakan serangan terhadap Muslim adalah serangan terhadap negara.
Bukti insiden pencoretan tersebut ditemukan oleh seorang pengurus dan anggota komunitas Muslim lokal di kota Rennes dengan adanya coretan yang bertuliskan hinaan terhadap agama Islam dan Nabi Muhammad serta tulisan seruan "Katolik, agama negara" dan "Tidak untuk Islamifikasi" pada Minggu (11/4) pagi di dinding masjid dan pusat budaya Islam.
Insiden tersebut langsung diselidiki dan dialami oleh kantor kejaksaan di Rennes.
Melansir laman The National News (11/4), Presiden dewan daerah Muslim setempat, Mohammed Zaidouni, mengatakan “Kami menghadapi kebencian, kekerasan, dan barbarisme” tuturnya kepada AFP.
Walikota sosialis Rennes, Nathalie Appere, dan senatornya, Valerie Boyer, dari sayap kanan Partai Republik, juga mengecam insiden tersebut.
Sebelumnya, pintu masjid di bagian barat kota Nantes dibakar pada Kamis (8/4) malam lalu. Kemudian pada jumat (9/4), seorang neo-Nazi berusia 24 tahun, didakwa karena membuat ancaman terhadap sebuah masjid yang terletak di Le Mans, juga di Prancis barat.
Presiden National Observatory Against Islamophobia, Abdallah Zekri, mengecam kejadian yang ia sebut sebagai iklim anti-Islam di Prancis. “Sayangnya, pernyataan politisi tertentu hanya memperburuk keadaan,” tutur Zekri.
Sementara itu, Darmanin kerap mengunggah beberapa tweet yang berisi pesan solidaritas serta mengatakan ia akan mengunjungi masjid di kemudian hari.
Dilansir dari Republika.co.id (12/4), Darmanin juga mengatakan, perusakan tempat ibadah ini adalah serangan yang menjijikkan terhadap kebebasan fundamental untuk percaya pada suatu agama. Ia juga menegaskan, Muslim berhak mendapatkan perlindungan yang sama seperti kelompok agama lain di negara Prancis.