Muslimahdaily - Atlet basket Indonesia, Raisa Aribatul Hamidah bersama teman-temannya membuat petisi online penghapusan pelarangan memakai hijab dalam kompetisi bola basket internasional. Petisi ini akan ditunjukkan kepada presiden FIBA Mr. Horacio Muratore.

Pebasket Klub Surabaya Fever ini telah berulang kali gagal tampil dalam pertandingan bola basket nasional maupun internasional. Hal ini tak lain karena jersey yang dikenakan Raisa dinilai tak seragam dan melanggar peraturan yang ada. Pelanggaran tersebut pun terus dilakukan Raisa selama dua tahun. Akhirnya pada tahun 2007, Menpora saat itu memberikan toleransi pemakaian hijab tanpa mendapatkan Technical Foul.

(Baca juga : Dicoret dari Ajang Internasional karena Berhijab, Pebasket Raisa tak Menyerah)

Walau demikian, Raisa belum cukup puas. Peluangnya untuk unjuk kemampuan di kancah internasional terhenti karena aturan FIBA yang melarang pemainnya menggunakan perlengkapan seperti tutup kepala. Wanita asal Ponorogo ini membuat petisi yang di dalamnya juga terdapat argumen yang didasari pada Peraturan Tiga Pasal 4 tentang Tim, Poin 4.4 tentang Perlengkapan Lainnya.

Aturan tersebut tertulis, “4.4.2 Pemain tidak boleh memakai perlengkapan (benda-benda) yang dapat menyebabkan pemain lain cedera. Antara lain : tutup kepala, aksesoris rambut, dan perhiasan.”

“Saya telah melihat bagaimana dunia olahraga dengan profesional mengatasi berbagai permasalahan, akan tetapi mengapa FIBA tetap tidak mengambil tindakan cepat dalam hal ini? Jika saya tidak diijinkan memakai jilbab, mengapa beberapa pemain diperbolehkan untuk menampilkan tato agama mereka tanpa perbedaan dan tanpa masalah?? Ada banyak pemain berbakat di seluruh dunia yang diperlakukan tidak adil, ditolak haknya untuk bermain di kompetisi FIBA. Karena memakai hijab, turban atau yarmulke, beberapa juga ditolak di tempat kerja,” tulis Raisa dalam petisinya.

Hingga saat ini, petisi tersebut telah ditandatangani sebanyak 127.830 orang dan masih menunggu hingga 150.000 persetujuan untuk diberikan kepada presiden FIBA.

Itsna Diah

Add comment

Submit