Muslimahdaily - Pemerintah Israel di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memutuskan untuk menutup kantor lokal stasiun penyiaran Al Jazeera yang dimiliki oleh Qatar. Langkah ini diambil di tengah serbuan Israel ke Gaza, dengan Al Jazeera dituduh meningkatkan perseteruan dengan Israel selama perundingan gencatan senjata dengan Hamas.

Netanyahu mengumumkan keputusan secara bulat untuk memutus saluran media Al Jazeera di Israel pada Minggu (5/5/2023) di media sosial X, namun rincian lebih lanjut mengenai implementasi, termasuk kapan keputusan tersebut akan berlaku dan apakah tindakan tersebut bersifat permanen atau sementara, masih belum jelas.

Al Jazeera membantah tuduhan bahwa saluran tersebut melakukan hasutan yang merugikan Israel. Namun, beberapa koresponden Al Jazeera memberikan pemahaman mereka tentang dampak keputusan tersebut, termasuk potensi pengaruh terhadap operasi stasiun televisi tersebut di Israel dan Yerusalem timur.

Keputusan ini mengancam akan meningkatkan ketegangan dengan Qatar, yang telah memainkan peran penting dalam upaya mediasi untuk mengakhiri konflik di Gaza. Hubungan antara Qatar dan Israel telah tegang, terutama setelah komentar Netanyahu yang menyatakan bahwa Qatar tidak memberikan tekanan yang cukup terhadap Hamas.

Al Jazeera telah lama menjadi sumber kontroversi bagi Israel, dengan tuduhan bahwa saluran tersebut bias. Hubungan antara keduanya semakin memburuk sejak insiden di mana koresponden Al Jazeera tewas dalam serangan militer Israel di Tepi Barat.

Saluran tersebut juga telah menarik kecaman keras dari pemerintah AS selama pendudukan Amerika di Irak. Meskipun operasi Al Jazeera berbahasa Inggris sering mirip dengan jaringan penyiaran lainnya, cabang Arabnya sering mendapat kritik karena mendukung narasi Hamas dan kelompok militan lainnya.

Keputusan Israel untuk menutup Al Jazeera mengingatkan pada penutupan saluran tersebut di Mesir setelah pengambilalihan militer pada tahun 2013. Mesir menuduh Al Jazeera mendukung kelompok teroris, dan korespondennya bahkan dipenjara sebelum akhirnya dibebaskan karena tekanan internasional.