Muslimahdaily - Samar-samar terlihat cahaya kekuningan berpendar di tengah malam, diiringi dengan sayup-sayup suara yang meneriakkan keadilan, menggema di jalanan. Sambil memegang lilin, ratusan ribu wanita berbaris sepanjang malam di berbagai kota di India untuk memprotes aksi pemerkosaan dan pembunuhan yang menewaskan seorang dokter muda.
"Kami datang ke sini untuk menuntut keadilan karena saya juga punya anak perempuan. Saya takut mengirimnya ke mana pun. Saya takut mengirim anak perempuan saya untuk belajar," kata Rinky Ghosh, salah satu warga yang ikut serta dalam protes di Kolkata, dilansir dari Reuters.
Aksi protes yang bertajuk "Reclaim the Night" sudah berlangsung sejak Rabu malam (14/8/2024) menjelang Hari Kemerdekaan ke-78 India. Aksi ini merupakan bentuk kecaman masyarakat terhadap kurangnya keamanan bagi wanita di India.
Kasus meninggalnya seorang dokter perempuan berusia 31 tahun akibat pemerkosaan dan pembunuhan di tempatnya bekerja mengejutkan berbagai pihak. Ia ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan di aula rumah sakit R.G. Kar Medical College, Kolkata, pada Jumat (9/8/2024). Sebelum ditemukan tewas, ia baru saja bertugas selama 36 jam dan sedang mengambil istirahat.
Mengutip dari India Today, hasil otopsi mengungkapkan bahwa korban diserang secara seksual dan dibunuh dengan cara dicekik. Selain itu, ditemukan pula lebih dari 14 luka di sekujur tubuh korban. Yang tak kalah mencengangkan, laporan postmortem mengungkapkan temuan sekitar 150 ml air mani di area genital korban. Dokter pun menduga bahwa korban diperkosa secara berkelompok, demikian dijabarkan oleh Dr. Subarna Goswami melalui The Times of Hindia.
Peristiwa tersebut menyulut amarah dan emosi masyarakat. Banyak rumah sakit pemerintah di seluruh India menghentikan semua layanan kecuali unit gawat darurat sebagai bentuk protes, menuntut keadilan bagi korban. Terpantau hingga Senin, (19/8/2024), ratusan dokter masih berujuk rasa. Kali ini mereka berunjuk rasa di dekat Kementerian Kesehatan India, dilansir dari AP News. Mereka menuntut undang-undang yang ketat untuk melindungi pekerja kesehatan dari kekerasan.
Spanduk bertulisakan “Keadilan yang tertunda berarti keadilan yang ditolak” menghiasi aksi protes tersebut. Polisi sempat membubarkan massa saat mereka mencoba mendirikan layanan rawat jalan gratis bagi pasien di luar kementerian kesehatan di New Delhi. Layanan tersebut merupakan bagian dari demonstrasi dan rapat umum yang sudah berlangsung lebih dari seminggu.
Untuk diketahui, kekerasan seksual terhadap wanita merupakan masalah serius yang terjadi di India. Banyak kasus kejahatan terhadap perempuan tidak dilaporkan di India karena stigma seputar kekerasan seksual, serta kurangnya kepercayaan terhadap polisi. Pada tahun 2022, polisi mencatat 31.516 laporan pemerkosaan — meningkat 20% dari tahun 2021, menurut Biro Catatan Kejahatan Nasional.
Pada tahun 2012, pemerkosaan massal dan pembunuhan seorang mahasiswa berusia 23 tahun di sebuah bus di New Delhi memicu protes besar-besaran di seluruh India. Peristiwa ini mendorong para anggota parlemen untuk memerintahkan hukuman yang lebih berat untuk kejahatan semacam itu, serta pembentukan pengadilan jalur cepat yang khusus menangani kasus pemerkosaan.