Muslimahdaily - Ratusan orang, sebagian besar merupakan warga Tunisia, pada hari Senin (9/6/2025) meluncurkan sebuah konvoi darat menuju Jalur Gaza. Aksi ini bertujuan untuk "mematahkan pengepungan" terhadap wilayah Palestina, yang oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) digambarkan sebagai "tempat paling lapar di Bumi" akibat krisis kemanusiaan yang parah.

Para penyelenggara menyatakan bahwa konvoi yang terdiri dari sembilan bus ini tidak secara khusus membawa bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar. Sebaliknya, tujuan utama mereka adalah melakukan sebuah "tindakan simbolis" dengan berusaha menembus blokade yang diberlakukan oleh Israel selama 21 bulan terakhir.

Konvoi yang diberi nama "Soumoud," yang berarti "ketabahan" dalam bahasa Arab, turut menyertakan para profesional medis seperti dokter dan ditargetkan akan tiba di perbatasan Rafah, Gaza selatan, "pada akhir pekan ini," kata aktivis Jawaher Channa kepada kantor berita AFP.

Menghadapi Rintangan Diplomatik di Mesir

Konvoi tersebut direncanakan akan melintasi Libya dan kemudian Mesir untuk mencapai Gaza. Namun, para penyelenggara menghadapi rintangan diplomatik yang signifikan. Channa mengungkapkan bahwa pemerintah di Kairo (Mesir) hingga saat ini belum memberikan izin resmi bagi konvoi untuk melintasi perbatasannya.

"Kami memulai perjalanan dengan sekitar seribu orang, dan akan ada lebih banyak lagi yang bergabung di sepanjang jalan," ujar Channa, yang juga merupakan juru bicara Koordinasi Tunisia untuk Aksi Bersama bagi Palestina, kelompok yang mengorganisir karavan ini. "Mesir memang belum memberi kami izin untuk melintas, tetapi kami akan melihat apa yang terjadi ketika kami tiba di sana," tambahnya, menunjukkan tekad mereka untuk melanjutkan perjalanan.

Channa menyatakan bahwa konvoi tersebut diperkirakan tidak akan menghadapi masalah berarti saat melintasi Libya, "yang rakyatnya secara historis sangat mendukung perjuangan Palestina," meskipun negara tersebut masih terbagi antara dua pemerintahan. Rombongan ini juga dilaporkan menyertakan aktivis dari negara-negara tetangga seperti Aljazair, Mauritania, Maroko, dan Libya.

Bagian dari Gelombang Aksi Sipil Internasional

Aksi konvoi "Soumoud" ini menambah daftar panjang upaya masyarakat sipil internasional untuk memecah blokade dan membawa perhatian dunia pada krisis kemanusiaan di Gaza. Upaya ini dilakukan di tengah meningkatnya tekanan internasional terhadap Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan masuk guna meringankan kekurangan pangan dan pasokan dasar yang meluas.

Sebelumnya, pada hari yang sama saat konvoi "Soumoud" diluncurkan, Senin (9/6/2025), dilaporkan bahwa Israel telah mencegat kapal bantuan Madleen. Kapal tersebut, yang berlayar dari Italia pada 1 Juni 2025, ditumpangi oleh sejumlah aktivis internasional terkemuka, termasuk aktivis iklim Swedia Greta Thunberg dan anggota parlemen Eropa berdarah Prancis-Palestina, Rima Hassan, yang juga bertujuan untuk mencapai Gaza.

Kini, mata dunia tertuju pada perjalanan konvoi "Soumoud" saat mereka bergerak melintasi Afrika Utara, menantikan apakah mereka akan diizinkan melintasi perbatasan Mesir dan mencapai tujuan akhir mereka di Rafah.