Muslimahdaily - Apa yang terbayang di benak kita ketika memikirkan pakaian yang dikenakan oleh seorang pemimpin besar, seorang utusan langit, di akhir hayatnya? Mungkin kita membayangkan kain sutra terhalus atau pakaian terindah. Namun, realitas kehidupan Rasulullah Muhammad Shalallahu alaihi wassalam jauh dari itu semua. Justru di situlah letak kemuliaan tertingginya.
Sebuah riwayat dari Aisyah RA, yang terekam dalam Asy-Syama'il Al-Muhammadiyyah, memberikan kita tamparan kesadaran tentang hakikat kehidupan dunia melalui pakaian terakhir beliau.
Dua Helai Kain Saat Wafat
Abu Burdah meriwayatkan bahwa ia pernah mengunjungi Aisyah RA. Sang Ummul Mukminin kemudian mengeluarkan sesuatu yang membuat hati bergetar. Beliau mengeluarkan:
- Sehelai kain sarung (izar) yang tebal dan kasar.
- Sehelai baju (kisa') yang bertambalan (mulabbadah).
Lalu, Aisyah RA bersumpah, "Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam wafat dengan (mengenakan) dua pakaian ini."
Bayangkan, manusia paling mulia, yang jika beliau mau, gunung emas akan mengikutinya, memilih untuk mengakhiri hidupnya di dunia yang fana ini dengan pakaian yang paling sederhana: kain kasar dan baju bertambalan.
Ini adalah puncak kezuhudan. Sebuah pelajaran bahwa nilai seorang manusia sama sekali tidak terletak pada apa yang ia kenakan, melainkan pada ketakwaan dan kesucian hatinya. Kesederhanaan ini adalah pilihan, bukan keterpaksaan, sebuah cerminan hati yang tidak pernah terikat oleh kemewahan duniawi.
Standar Pakaian: Jauh dari Sombong (Isbal)
Kesederhanaan beliau juga tercermin dari cara beliau mengenakan pakaiannya sehari-hari, terutama kain sarung (izar). Beliau sangat menentang segala bentuk kesombongan, termasuk dalam cara berpakaian.
Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam menetapkan standar pakaian bagi pria agar tidak menjulur di bawah mata kaki, sebuah praktik yang dikenal sebagai isbal. Salamah bin Al-Akwa' meriwayatkan bahwa Utsman bin Affan mengenakan kain sarungnya hingga pertengahan betis, dan ketika ditanya, ia berkata:
"Beginilah cara sahabatku (maksudnya Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam) mengenakan sarungnya."
Pakaian yang menjulur ke tanah pada masa itu adalah simbol status sosial dan kesombongan. Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam merombak total standar itu. Beliau mengajarkan bahwa kemuliaan justru terletak pada ketawadhuan.
Bagi kita hari ini, pelajarannya sangat jelas. Di tengah gempuran tren fashion yang tiada henti, sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam mengingatkan kita untuk selalu mengutamakan kesederhanaan, menjauhi kesombongan, dan mengingat bahwa pakaian terbaik kita di sisi Allah adalah pakaian takwa.