Muslimahdaily - Hari yang fitri telah datang bersamaan dengan datangnya bulan baru. Setelah sebulan penuh melaksanakan puasa. Suka cita berdatangan kepada siapa saja yang menyambut baik hari ini. Musuh besar telah ditaklukkan. Hawa nafsu telah kalah bagi para pemenang. Layaknya diberikan hadiah surga, senyuman menghiasi umat muslim di hari Idul Fitri.
Tak terkecuali bagi manusia paling mulia, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Senyuman terindah telah disiapkan untuk menyapa para sahabat dan umatnya. Setelah sebelumnya dikeluarkan zakat atas dirinya, dilantunkanlah takbir setelah datangnya maghrib pada awal tanggal 1 Syawal. Bacaan tersebut terdengar merdu hingga menjelang shalat Id tiba.
“…hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.”
(QS. Al Baqarah: 185)
Pagi sekali, beliau bergegas membersihkan tubuhnya. Pakaian terbaiknya menggantung indah siap digunakan oleh kekasih Allah. Sungguh hanya kesederhanaan yang menyelimuti suasana hari kemenangan ini. Dibasahi pakaiannya tersebut dengan minyak wangi terbaiknya.
Dari Hasan As Shibti Radhiallahu ‘Anhu disebutkan: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kepada kami agar pada kedua hari raya memakai pakaian yang terbagus, memakai wangi-wangian yang terbaik dan berkurban dengan hewan yang paling berharga.” (HR.Al Hakim)
Tak lupa beberapa butir kurma sebagai santapan sebelum melaksanakan shalat Id. Beliau tak pernah lewatkan rutinitasnya ini di hari raya.
Dari Anas Radhiallahu ‘Anhu, ia berkata: “Pada waktu ‘idul fithri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak berangkat ke tempat shalat sebelum memakan beberapa buah kurma dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Ahmad dan Bukhari)
setelah itu beliau ajak seluruh sanak keluarga untuk datang ke sebuah lapangan yang akan dijadikan tempat dilaksanakannya shalat Id. Bahkan beberapa dari mereka adalah perempuan yang sedang haid. Namun tak mengurangi niat untuk mendengarkan khotbah dari sang khatib mulia dan merasakan kegembiraan umat di hari ini. Sambil terus mengucap takbir, ditapakinya jalan-jalan kota Mekkah hingga sampai pada sebuah lapangan yang luas.
“Termasuk sunnah untuk keluar menunaikan shalat Id dengan jalan kaki.”(HR Tirmidzi)
“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan para perawan, budak, wanita yang berada dalam pingitan, serta wanita haid. Adapun wanita haid, maka mereka memisahkan diri dari tempat shalat dan mereka menyaksikan dakwah kaum muslimin. Salah seorang di antara mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, salah seorang di antara para wanita tidak memiliki jilbab.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya.'” (HR. Tirmidzi)
Setelah sampai, beliau dirikan shalat Tahiyatul Masjid sebagai ungkapan penghormatan terhadap rumah Allah. Kemudian setelah setelah shalat Id. Beliau pulang dengan melewati jalan yang berbeda dari ia gunakan untuk pergi.
“Aku menghadiri shalat Ied bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Abu Bakar, Umar dan Ali, semua melakukan shalat sebelum khutbah.” (HR Bukhari, Ahmad, Muslim)
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada hari raya biasa mengambil jalan yang berlainan (ketika pergi dan ketika kembali)” (HR Bukhari)
Beliau kemudia bersilaturahmi dengan sanak keluarga, sahabat, dan para tetangga. Tak lupa saling mendoakan agar diberikan rahmat oleh Allah. Kadang beliau sebuah permainan di rumahnya. Tentu bukan permaianan yang dilarang oleh Islam. Sekedar menambah kegembiraan di hari yang fitri ini.
“Seseungguhnya orang-orang Habsyi suka mengadakan permainan di hadapan Rasulullah saw. pada hari raya dan sayapun menjengukkan (memunculkan) kepala di atas bahu beliau hingga saya menyaksikan permainan itu dari atas bahu beliau. Saya melihatnya sampai puas, kemudian saya berpaling.”(HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim)