Muslimahdaily - Tak pelak lagi bahwa Nabi Isa terlahir sebagai anak yatim. Tanpa ayah, beliau ‘Alaihissalam tumbuh besar di bawah asuhan ibunda Maryam. Tentang Nabi Isa, Al-Qur’an mencatat ucapannya, “Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32).

Ibunda Maryam membesarkan dan mengasuh Isa seorang diri dengan luar biasa. Hingga sang bayi tanpa ayah itu dapat tumbuh dengan baik sebagaimana anak pada umumnya. Ia bahkan menjadi pemuda yang gagah lagi cerdas dan gemar membaca Al Kitab.

Sejak remaja, Nabi Isa pun mulai memosisikan diri sebagai pelindung ibunda. Ia selalu menemani ibunda Maryam acap kali sang ibu pergi. Ia sangat berbakti kepada ibunda dan tak pernah membantah ucapannya. Ia pula tak pernah membuat ibunya marah apalagi murka.

Jika ada satu peristiwa yang membuat Maryam khawatir, maka itu terjadi saat Isa berusia 12 tahun. Kala itu ia pergi menemani ibunda ke pusat kota Yerusalem. Ketika ibunda Maryam sibuk dengan urusannya, Isa tertarik memasuki tempat ibadah yang ramai dikerumuni manusia.

Ia pun berjalan menuju tempat ibadah tersebut, lalu masuk ke dalam kerumunan. Ternyata seorang Rabbi, yakni imam Bani Israil, tengah memberikan ceramah agama. Isa pun bergabung mendengarkan ceramah tersebut meski semua yang hadir adalah pria dewasa. Tak ada satu pun pemuda apalagi anak-anak. Namun dengan santainya Isa duduk di antara mereka.

Awalnya Nabi Isa hanya berniat melongok kerumunan orang di tempat ibadah hingga meninggalkan ibunda Maryam. Namun ternyata ia keasyikan dengan ceramah sang Rabbi.

Sementara ibunda Maryam mencari-cari di mana putranya. Namun karena sudah sering ke Yerusalem, ibunda pun berpikir Isa telah pulang lebih dulu bersama teman-temannya. Ia pun akhirnya memutuskan pulang seorang diri.

Ibunda Maryam tak tahu bahwa putranya tengah asyik melontarkan pertanyaan-pertanyaan sulit kepada sang Rabbi. Pertanyaan bocah 12 tahun itu pun tak mampu dijawab oleh Rabbi yang justru berusaha membungkamnya.

Si Rabbi terganggu dengan kehadiran bocah di majelisnya. Namun Isa terus saja melontarkan pertanyaan dan argumennya. Hingga waktu berlalu tanpa Isa sadari dan ia lupa pulang ke rumah, lupa bahwa ia tengah menemani ibunda.

Adapun Maryam telah tiba di rumah tanpa Isa. Sesampainya di rumah, ia pun segera mencari putranya. Ternyata tak didapati Isa di sana. Dugaan Maryam bahwa putranya telah pulang ternyata salah. Ia pun segera kembali ke Yerusalem dengan kekhawatiran akan putranya. Ia begitu khawatir dan cemas akan putranya.

Ibunda Maryam mencari-cari putranya di Yerusalem. Namun tak dijumpai putranya di tempat umum ataupun tempat bermain. Hingga kemudian Maryam pun memasuki tempat ibadah.

Ia kemudian melihat putranya tengah asyik berdiskusi dengan para pelajar dewasa. Ia bahkan nampak santai seakan-akan bagian dari mereka. Nabi Isa benar-benar lupa waktu karena diskusi perihal agama.

Mayam yang sangat khawatir pun menjadi marah. Isa telah membuatnya sangat cemas hingga mengira putra satu-satunya dan kesayangannya itu telah menghilang. Begitu melihat ibunda, Nabi Isa pun tersadar bahwa ia telah lupa waktu. Dentang jam berlalu tanpa ia sadari.

Segera Nabi Isa pun menuju ibunda dan meminta maaf kepadanya. Ia meyakinkan ibunda bahwa berdiskusi di bait suci telah membuatnya lupa waktu. Ia meminta maaf karena terlalu asyik belajar hingga meninggalkan ibunda seorang diri.

Nabi Isa sangat menyesal. Ia pun tak menyangka bahwa waktu yang ia habiskan untuk berdiskusi sangatlah lama hingga ibunda pulang seorang diri.

Maryam pun memaafkannya. Sejatinya ia tahu betul bahwa sejak kecil putranya telah menunjukkan kepribadian berbeda dengan teman sebayanya. Sedari belia, Isa selalu unggul dalam kecerdasan bahkan memiliki tanda nubuwah yang luar biasa.

Keduanya pun kemudian pulang ke rumah bersama-sama. Setelah hari itu, Nabi Isa tak lagi meninggalkan ibunda. Hingga ia tumbuh dewasa, diangkat menjadi nabi, dan ibunda lebih dulu pergi ke rahmatullah.

Rujukan: Stories of the Prophets karya Ibnu Katsir.

Afriza Hanifa

Add comment

Submit