Muslimahdaily - Al Hawariyyun, sebutan untuk pengikut Nabi Isa, mendapat perintah berpuasa selama 30 hari. Mereka menuruti, namun di ujung bulan, sebuah permintaan yang sangat besar diajukan Al Hawariyyun kepada Nabi Isa.

"Wahai Isa putra Maryam, mintalah Tuhanmu mengirimkan kepada kami sebuah hidangan dari surga," pinta mereka.

Nabi Isa terkejut bukan kepalang. Sang nabiyullah tak menyangka umatnya akan meminta sesuatu yang dapat membuat Allah murka. Bagaimana tidak, permintaan mereka seakan mempertanyakan keagungan Allah dan menguji kenabian beliau.

Permintaan mereka bukan lain adalah mempertanyakan mukjizat yang Allah anugerahkan pada beliau. Padahal telah banyak mukjizat pada diri Isa Al Masih yang disaksikan Al Hawariyyun. Namun rupanya mereka tak puas dan meminta hal luar biasa lain, yakni hidangan dari surga. Al Masih pun enggan memenuhi permintaan itu.

"Takutlah kepada Allah jika kalian beriman," jawab Nabi Isa menimpali permintaan umatnya yang melampaui batas. Ia murka pada pengikutnya yang meminta hal tak patut.

Sang nabiyullah berpaling. Ia teringat kisah umat para nabi pendahulunya yang sering kali meminta hal luar biasa. Namun apa yang terjadi setelahnya? Mereka semua ingkar dan berujung pada datangnya azab.

Keesokan harinya, Al Hawariyun kembali meminta hal sama kepada nabi mereka. Rupanya jawaban Al Masih tak membuat mereka sadar betapa melampaui batas keinginan mereka. Layaknya bocah yang merengek pada ibunya, demikian gambaran Al Hawariyun kepada Nabi Isa. Mereka terus saja membujuk sang Rasul Allah untuk menurunkan hidangan dari langit.

"Kami meminta hidangan itu karena kami ingin memakannya dan agar tenteram hati kami, agar keimanan kami menjadi lebih kuat dan supaya kami mengetahui bahwa kau memang menyampaikan hal yang benar dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu," ujar mereka memberikan alasan kepada Al Masih.

Al Hawariyyun terus saja bersikeras, hingga Nabi Isa tak sanggup menolak mereka. Beliau kemudian bersiap untuk meminta hidangan tersebut kepada Allah Ta’ala. Putra Maryam mengenakan pakaian bagus kemudian pergi ke tempat peribadatannya. Menengadahkan tangan, sang nabi berdoa,

"Ya Rabb kami, turunkanlah kepada kami sebuah hidangan dari langit, yang hari turunnya akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau. Berilah kami rezeki dan Engkaulah sang Maha Pemberi rezeki," demikian doa yang dipanjatkan Al Masih.

Allah kemudian mengabulkan doa utusan-Nya. Tentu tak ada yang mustahil bagi Allah. Ar Rahman Ar Rahim kemudian berfirman kepada Nabi Isa, "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu. Barang siapa yang kafir sesudah turun hidangan itu, maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia," demikian firman-Nya.

Lalu tiba-tiba, sebuah meja besar berisi makanan turun dari langit. Meja suci itu dibawa oleh dua buah awan yang kemudian di letakkan di hadapan Nabi Isa. Al Hawariyyun menyaksikan hal menakjubkan nan luar biasa itu dengan mata terbelalak. Sementara Nabi Isa dilanda kekhawatiran dan berharap agar hidangan dari surga itu akan menjadi rahmat dan bukan azab.

Nabi Isa kemudian hendak membuka kain penutup hidangan di atas meja tersebut. Beliau membukanya sembari berucap, "Dengan nama Allah sebaik-baik pemberi rezeki," ujar Al Masih.

Begitu penutup dibuka, aroma harum semerbak segera menyeruak. Hidangan itu terdiri dari beragam jenis pangan, di antaranya roti, ikan, buah-buahan, dan masih banyak lain. Nabi Isa pun kemudian segera menyungkur sujud kepada Allah. Al Hawariyyun pun mengikuti apa yang dilakukan Nabi Isa.

Kejaiban hidangan dari langit itu pun makin nampak saat disantap. Ribuan orang menyantapnya, namun hidangan tak kunjung habis. Bahkan, mereka yang sakit menjadi sembuh setelah memakannya. Mereka yang cacat pun kembali normal setelah menyantapnya. Saat itu, Al Hawariyyun pun bersuka cita dan menjadikan hari turunnya hidangan sebagai hari raya.

Hidangan inilah yang disebut dengan Al Maidah seperti yang termaktub dalam Al Qur’an. Nama Al Maidah bahkan diabadikan menjadi nama surat di dalam kitabullah. Al Maidah pun kemudian menjadi salah satu tanda kebesaran Allah dan kebenaran Nabi Isa sebagai Rasul Allah.

Afriza Hanifa

Add comment

Submit