Muslimahdaily - Suasana penuh haru dan khidmat menyelimuti studio podcast #CloseTheDoor Deddy Corbuzier dalam sebuah episode yang tak biasa. Kehadiran dua ulama besar dunia, Habib Umar bin Hafidz dari Yaman dan Habib Jindan bin Novel bin Jindan dari Indonesia, menjadi momen langka yang diakui Deddy membuatnya tergetar hingga sulit tidur. Berbeda dari tamu biasanya, perbincangan kali ini menyelami kedalaman makna kehidupan, ketenangan hati, dan hikmah di balik ujian.

Getaran Hati Sang Tuan Rumah

Deddy Corbuzier, yang biasanya tampil lugas dan kritis, kali ini menunjukkan sisi emosionalnya. Ia membuka podcast dengan rasa syukur dan sedikit rasa tak percaya atas kesediaan kedua Habib hadir di studionya.

Baginya, ini bukan sekadar wawancara, melainkan kesempatan emas untuk mencari jawaban atas kegelisahan batin dan memahami perspektif yang melampaui hiruk-pikuk duniawi.

"Biasanya saya duduk di depan saya selebriti, tokoh politik, ilmuwan... Tapi kali ini saya duduk di depan dua orang yang mungkin bicaranya bukan soal dunia, tapi soal hati untuk mengubah dunia," tutur Deddy, suaranya sarat kekaguman. Ia mengakui bahwa di tengah ketenaran, ketenangan jiwa menjadi pencarian utamanya, dan berharap perbincangan ini dapat mencerahkan.

Energi Dakwah yang Tak Pernah Padam

Rasa penasaran Deddy terusik oleh stamina Habib Umar yang seolah tak terbatas dalam menjalani jadwal dakwah yang begitu padat. Ia menanyakan rahasia di balik energi tersebut, mengingat di hari yang sama Habib Umar telah mengisi acara di Masjid Istiqlal, Haul di Cidodol, sebelum akhirnya tiba di podcastnya.

Habib Jindan, yang mendampingi Habib Umar, menjelaskan bahwa kekuatan tersebut bersumber dari pertolongan Allah ('aun) dan dukungan ilahi (imdad). Kuncinya terletak pada niat yang tulus semata karena Allah (iradah wajhih) serta kebiasaan (nasyu' 'ala dzalik) yang telah tertempa sejak muda. Mengutip doa Nabi, Habib Jindan mengingatkan bahwa Allah Maha Kuasa menjadikan segala kesulitan terasa mudah jika Dia berkehendak.

Pertanyaan Kemanusiaan: Mengapa Anak-anak Tak Berdosa Menderita?

Di tengah suasana yang semakin mendalam, Deddy memberanikan diri menyuarakan pertanyaan yang kerap menggema di benak banyak orang ketika menyaksikan tragedi kemanusiaan, khususnya yang menimpa anak-anak tak berdosa di Palestina.

"Kalau Tuhan memang ada," Deddy memulai dengan hati-hati, "Kenapa anak-anak di Palestina itu yang umurnya masih kecil harus meninggal seperti itu?" Pertanyaan ini, meski berat, diajukan Deddy sebagai representasi kegelisahan banyak orang yang mencoba memahami keadilan Tuhan di tengah penderitaan.

Hikmah di Balik Musibah: Jawaban Mendalam Habib Umar

Menanggapi pertanyaan krusial ini, Habib Umar bin Hafidz memberikan jawaban yang menenangkan sekaligus membuka cakrawala pemahaman. Beliau mengawali dengan mengingatkan bahwa alam semesta ini adalah milik mutlak Allah, dan segala yang terjadi berada dalam kendali dan hikmah-Nya yang terkadang sulit dipahami akal manusia secara instan.

Habib Umar kemudian memberikan sebuah analogi yang kuat:

"Ibaratnya seperti dokter yang mengoperasi pasiennya. Mungkin terlihat menyakitkan, bahkan mungkin perlu diamputasi sebagian anggota tubuhnya. Tapi itu dilakukan demi menyelamatkan nyawa pasien tersebut. Apakah kita akan mengatakan dokter itu jahat? Tentu tidak, karena kita tahu tujuannya baik."

Analogi ini menggambarkan bahwa apa yang tampak sebagai penderitaan di mata manusia, bisa jadi merupakan bagian dari "operasi" ilahi yang memiliki tujuan lebih besar dan kemaslahatan jangka panjang yang hanya diketahui oleh Allah Sang Maha Bijaksana. Musibah dan ujian, lanjut Habib Umar, juga berfungsi untuk membedakan mana hamba yang benar-benar sabar dan tulus (shabir shadiq) dengan yang tidak, sekaligus untuk mengangkat derajat mereka yang mampu bertahan dalam keimanan.

Khusus mengenai anak-anak yang wafat dalam usia belia akibat tragedi, Habib Umar menjelaskan bahwa mereka adalah penghuni surga yang berada dalam pengasuhan Nabi Ibrahim AS, terbebas dari segala kesusahan dunia. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah yang lain. Perspektif ini mengajak kita untuk tidak sekadar mempertanyakan "mengapa", tetapi lebih fokus pada "apa" yang bisa kita lakukan: membantu, mendoakan, dan berusaha memahami hikmah di baliknya.

Air Mata dan Ketenangan Deddy Corbuzier

Penjelasan Habib Umar yang penuh hikmah dan disampaikan dengan ketenangan tampak begitu meresap di hati Deddy Corbuzier. Ia terlihat beberapa kali menyeka air mata, mengakui bahwa jawaban tersebut sangat menyentuh dan memberikan perspektif baru yang menenangkan kegelisahannya.

"Saya merinding," aku Deddy. "Ini jawaban yang... saya belum pernah dapat jawaban seperti ini. Terima kasih banyak, Bib." Ketenangan tampak terpancar dari wajahnya, seolah beban pertanyaan yang selama ini menghantuinya telah terangkat.

Doa Penutup dan Pesan Harapan

Sebagai penutup perbincangan yang berharga itu, Deddy Corbuzier dengan rendah hati meminta doa khusus dari Habib Umar, terutama untuk putranya yang belum memeluk Islam, serta untuk kedamaian dan kebaikan bangsa Indonesia. Habib Umar pun memimpin doa dengan khusyuk, memohon hidayah, keberkahan, dan perlindungan bagi keluarga Deddy, bangsa Indonesia, dan seluruh umat manusia.

Pertemuan langka di studio #CloseTheDoor ini tidak hanya menyajikan dialog antar-tokoh, tetapi lebih jauh lagi, menjadi momen refleksi tentang iman, kesabaran, hikmah di balik ujian, dan pentingnya mencari ketenangan sejati di tengah riuhnya kehidupan dunia. Sebuah pengingat bahwa di balik setiap peristiwa, tersimpan kebijaksanaan Ilahi yang tak selalu terselami oleh keterbatasan akal manusia.