Muslimahdaily - Seringkali kita berandai-andai, "Ya Allah, masukkan saja aku ke surga-Mu, meskipun hanya di paling pinggir atau di level paling bawah." Pikiran ini menunjukkan kerendahan hati kita, namun kita seringkali tidak sadar, bahkan "level paling bawah" di surga itu kenikmatannya jauh melampaui imajinasi termewah sekalipun.
Kisah tentang orang terakhir yang keluar dari neraka dan menjadi penghuni surga dengan peringkat terendah adalah bukti paling nyata dari betapa Maha Pemurahnya Allah Subhanahu wa ta'ala. Kisah yang dinukil dalam kitab Tanbihul Ghafilin ini akan membuat hati kita dipenuhi harapan dan kekaguman pada luasnya rahmat-Nya.
Perjalanan Penuh Harap Seorang Hamba
Kisah ini dimulai setelah semua penghuni surga telah masuk ke dalam surga, dan semua penghuni neraka (yang kekal) telah berada di neraka. Tersisalah seorang hamba yang akhirnya berhasil keluar dari neraka setelah disiksa dalam waktu yang sangat lama.
Lolos dari Shirath: Ia adalah orang terakhir yang berhasil melewati jembatan Shirath, seringkali dengan merangkak dan sesekali disambar api neraka.
Permintaan Pertama: Setelah berhasil menyeberang, ia melihat gerbang surga dari kejauhan. Ia tak berani meminta masuk, ia hanya memohon, "Ya Rabb, cukup palingkan saja wajahku dari neraka dan hadapkan ke surga." Allah mengabulkannya.
Permintaan Kedua: Saat melihat keindahan surga dari jauh, ia tak tahan dan kembali memohon, "Ya Rabb, dekatkanlah aku ke pintu surga." Allah kembali mengabulkannya dengan syarat ia tak akan meminta apa-apa lagi.
Permintaan Ketiga: Ketika sudah di depan pintu surga dan melihat kenikmatan di dalamnya, ia tak kuasa menahan diri. Ia kembali memohon, "Ya Rabb, izinkan aku masuk ke dalam surga."
Kejutan yang Tak Terduga
Allah Subhanahu wa ta'ala dengan kemurahan-Nya tertawa dan mengizinkannya masuk. Allah kemudian menyuruhnya untuk berangan-angan, meminta apa saja yang ia inginkan. Hamba itu pun meminta semua hal yang bisa ia bayangkan.
Setelah ia kehabisan ide, Allah berfirman, "Itu semua untukmu, dan Aku tambahkan sepuluh kali lipat lagi."
Dalam riwayat lain yang lebih detail, setelah hamba itu terdiam karena merasa sudah terlalu banyak meminta, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman kepadanya:
"Bagimu apa yang setara dengan seluruh dunia dan sepuluh kali lipatnya. Inilah tingkatan penghuni surga yang paling rendah."
Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, setiap kali menceritakan bagian ini, beliau akan tertawa hingga gigi gerahamnya terlihat karena takjub akan kemurahan Allah Subhanahu wa ta'ala.
Pelajaran dari Si Peringkat Buncit
Kisah ini, bukan sekadar cerita. Ia adalah sebuah pesan harapan yang sangat kuat:
Jangan Pernah Meremehkan Rahmat Allah: Jika "hadiah hiburan" bagi orang yang nyaris kekal di neraka saja semewah ini, bagaimana dengan hadiah bagi para assabiqunal awwalun (orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama masuk Islam)?
Surga Jauh di Atas Imajinasi Kita: Kenikmatan dunia termewah yang bisa kita bayangkan istana, mobil, perhiasan hanyalah setetes air jika dibandingkan dengan lautan kenikmatan penghuni surga level terendah sekalipun.
Motivasi untuk Terus Beramal: Kisah ini seharusnya tidak membuat kita santai dan hanya menargetkan "level terendah". Justru sebaliknya, ia harus memotivasi kita untuk berlomba-lomba meraih tingkatan tertinggi, karena kita tahu betapa Allah sangat Maha Pemurah dalam memberi balasan.
Jangan pernah berkecil hati dengan amalan kita yang sedikit. Teruslah berbuat baik, sekecil apapun. Karena Allah membalas setiap kebaikan dengan balasan yang jauh lebih besar dari yang pernah kita bayangkan. Semoga kita semua dikumpulkan di surga Firdaus-Nya yang tertinggi. Aamiin.