Muslimahdaily - Penyesalan selalu datang terlambat. Namun, tak ada penyesalan yang lebih tragis dan lebih sia-sia daripada penyesalan para penghuni neraka. Di dunia, mereka sombong dan menolak kebenaran. Di akhirat, mereka merengek dan memohon, namun semua pintu harapan telah tertutup rapat.
Kitab Tanbihul Ghafilin mengabadikan sebuah riwayat yang melukiskan dialog paling menyayat hati di akhirat. Sebuah drama tentang harapan palsu, penantian yang menyiksa, dan jawaban final yang membungkam mereka untuk selamanya.
Panggilan Pertama: Memanggil Malaikat Malik
Setelah merasakan dahsyatnya siksa neraka, para penghuninya mulai mencari pertolongan. Mereka berteriak bersama-sama memanggil sang penjaga utama neraka.
"Wahai Malik! Biarlah Rabb-mu mematikan kami saja!" (QS. Az-Zukhruf: 77).
Mereka lebih memilih kematian daripada harus terus-menerus disiksa. Namun, apakah Malaikat Malik langsung menjawab? Riwayat dalam Tanbihul Ghafilin menyebutkan, Malik tidak akan menjawab panggilan mereka selama empat puluh tahun.
Empat puluh tahun dalam hitungan akhirat, di tengah siksaan yang tak henti-henti, mereka berteriak tanpa mendapat jawaban. Setelah penantian yang menyiksa itu, barulah Malik menjawab dengan dingin:
"Sesungguhnya kalian akan tetap tinggal (di sini selamanya)."
Panggilan Kedua: Memanggil Allah SWT
Harapan mereka kepada Malik telah pupus. Mereka pun mencoba peruntungan terakhir, memanggil langsung Sang Pencipta yang dulu selalu mereka durhakai.
"Ya Rabb kami, keluarkanlah kami darinya (neraka), maka jika kami kembali (berbuat dosa), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Mu'minun: 107).
Mereka memohon kesempatan kedua, berjanji akan menjadi hamba yang taat. Namun, lagi-lagi, jawaban tidak datang seketika. Riwayat itu menyebutkan, Allah tidak akan menjawab mereka selama waktu yang setara dengan dua kali lipat usia dunia.
Bayangkan. Penantian dalam keheningan total, di tengah kobaran api dan siksaan, selama miliaran tahun. Setelah penantian yang tak terbayangkan itu, datanglah jawaban final yang menghancurkan sisa-sisa harapan mereka.
Jawaban Terakhir yang Membungkam Selamanya
Allah SWT berfirman dengan penuh kemurkaan: "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kalian berbicara dengan-Ku." (QS. Al-Mu'minun: 108).
Inilah vonis terakhir. Setelah kalimat ini, riwayat itu mengatakan, "Demi Allah, kaum itu tidak akan pernah bisa mengucapkan satu kata pun setelahnya. Yang ada setelah itu hanyalah suara rintihan (zahir) dan tarikan napas (syahiq) di dalam api neraka."
Suara mereka akan menyerupai suara keledai; tarikan napas yang berat di awal, dan hembusan yang menyakitkan di akhir. Tidak ada lagi percakapan, tidak ada lagi permohonan. Yang tersisa hanyalah penyesalan abadi dalam siksaan yang kekal.
Qatadah, seorang ulama tabi'in, setelah meriwayatkan kisah ini akan berkata, "Wahai kaum, apakah kalian sanggup menanggung ini? Apakah kalian punya kesabaran untuk ini? Sungguh, menaati Allah (di dunia) jauh lebih mudah bagi kalian, maka taatilah Dia."
Pesan ini sangat jelas. Kesempatan untuk berbicara, memohon, dan bertaubat hanya ada di sini, di dunia. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang nanti di akhirat merindukan kesempatan untuk mengucapkan satu kali "Astaghfirullah", namun pintu itu telah tertutup untuk selamanya.