SMS Ramadhan dari Teman yang Telah Meninggal

Muslimahdaily - Sebuah cerita mengharukan dikisahkan seorang pria bernama Mamduh Farhan Al Buhairi. Ia membagikan kisah nyata yang ia alami kepada sebuah majalah Saudi bertajuk Qiblati. Berikut kisahnya.

Saat itu bulan memasuki Ramadhan yang suci. Mamduh mendapat banyak sekali pesan singkat berupa ucapan menyambut Bulan Ramadhan. Lalu di antara ratusan pesan singkat tersebut, ada sebuah pesan yang membuat matanya terbelalak. Pasalnya, pesan itu datang dari temannya yang telah meninggal.

“Temanku ini telah meninggal enam tahun lalu karena sebuah kecelakaan mobil. Dia termasuk teman yang sangat baik dan aku bersyukur dapat mengenalnya,” ujar Mamduh.

Tentu saja Mamduh merasa takut untuk membuka pesan tersebut. Pikiran aneh lagi gaib terbayang sudah. Namun ia dihinggapi pula rasa penasaran. Bagaimana mungkin seorang yang telah meninggal dapat mengirimkan pesan?! Seorang yang gemar menonton film horor pastilah sudah melempar gadgetnya.

Mamduh pun akhirnya membuka pesan tersebut. dengan hati-hati ia membaca pesan itu,

“Paman Mamduh yang saya hormati, saya Ahmad, putra saudara paman, ‘Athiyah. Saya menyimpan handphone ayah hingga saya besar. Saya ucapkan selamat dan do’a keberkahan bagi setiap teman-teman ayah.

Mudah-mudahan paman senantiasa dalam kebaikan sepanjang tahun. Bulan keberkahan atas kami dan atas paman, mudah-mudahan paman berada dalam kebaikan sepanjang tahun.”

Membaca pesan tersebut, Mamduh berlinangan air mata. Ia tak menyangka pesan singkat itu datang dari putra temannya. Saat si ayah meninggal, bocah itu baru berusia empat tahun. Saat mengirim pesan, bocah itu telah berusia 10 tahun.

“Bocah kecil ini telah mengajariku bagaimana seharusnya menyambung silaturahim, bagaimana cara berbuat baik, dan bagaimana melanggengkan rasa cinta,” ujar Mamduh.

Mamduh pun merasa tergugah. Sudah seharusnya ia menyambung tali silaturahim yang pernah dijalin orang tuanya. Setelah hari itu, Mamduh pun mengunjungi paman-pamannya, kerabatnya, juga Ahmad si bocah kecil yang mengirim pesan singkat.

Tahulah ia bahwa selama ini, handphone temannya disimpan baik oleh sang istri. Lalu ketika putranya telah besar, si ibu berkata, “Hubungilah teman-teman ayahmu.”

Masya Allah, sebuah kisah yang mengharukan lagi menginspirasi. Sering kali terjadi, seseorang melupakan kerabat dan teman orang tuanya yang telah meninggal. Akibatnya, terputus banyak sekali tali silaturrahim yang seharusnya terjalin. Padahal salah satu sikap berbakti kepada orang tua yang meninggal adalah menyambung tali silaturrahim yang pernah diikat orang tua.

Apa yang dilakukan si kecil Ahmad dapat menjadi teladan muslimin. Jika seorang anak SD saja bisa melakukannya, mengapa yang telah dewasa masih enggan? Ingatlah bahwa Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
“Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya tersebut meninggal.” (HR. Muslim dari Ibnu Umar).

Hadits senada juga datang dari Abdullah bin Umar bin Khaththab, bahwasanya Rasulullah juga bersabda, “Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di kuburannya, maka sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal.” (HR. Ibnu Hibban).

Sesungguhnya ada hak orang tua yang telah meninggal dunia yang semestinya dilakukan anak mereka. Hak-hak tersebut di antaranya yakni menshalati keduanya, memohonkan ampun atau berdoa untuk keduanya, menunaikan janji orang tua, memuliakan teman keduanya, serta menyambung tali silaturrahim dengan kerabat orang tua.

Meski orang tua telah meninggal, bukan berarti seorang anak tak dapat mengamalkan birrul walidain. Jika seorang anak melakukan hal-hal tersebut di atas, maka ia telah berbuat bakti kepada kedua orang tua. Dengan cara-cara itulah mereka dapat meninggikan derajat orang tua, baik di dunia maupun di akhirat.

Sumber: kisahmuslim.com, hikmah dari kitab “Birrul Walidain” karya 'Abdul 'Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada.

Add comment

Submit