Muslimahdaily - Di masa saat ini banyak sekali remaja yang lebih memilih menghabiskan waktu untuk bermain dengan teman-temannya dibanding dengan keluarga. Meskipun tidak bermain di luar, gadget akan lebih menarik ketika berada di rumah dibanding sekedar berbincang atau bertukar cerita dengan orangtua. Padahal Allah sangatlah memuliakan derajat kedua orangtua, tapi pada kenyatanyanya kecanggihan teknologi sudah mengalahkan segalanya.
Masih berkaitan dengan masa remaja dan orangtua, ada sebuah kisah seorang pemuda yang rela menghabiskan masa remajanya untuk berbakti kepada kedua orangtuanya. Tidak tergiur dengan kesenangan saat bermain dengan remaja seumuran, pemuda ini lebih memilih orangtuanya sebagai satu-satunya sahabatnya.
Somalia, adalah sebuah negara di Benua Afrika yang terkenal gersang dan tandus. Tidak hanya kekeringan dan kekurangan pangan, beragam konflik internal antar masyarakat pun bukan hal asing di negara ini.
Di tengah tandusnya kawasan tersebut, hiduplah sepasang suami istri dengan satu anak laki-lakinya. Bukan anak tunggal, pada awalnya sepasang suami istri tersebut memiliki 11 anak. Sayangnya, dengan musibah kelaparan yang terus menyerang Somalia, satu persatu anaknya pun meninggal dan hanya menyisakan satu putera.
Dengan keadaan pedih atas kepergian anak-anaknya, cobaan lainnya juga menimpa mereka. Kebutaan dan kelumpuhan yang menyerang sang istri, serta rabun yang menyerang sang suami menjadi pelengkap kisah haru mereka.
Kesulitan ekonomi juga menjadi penambahnya, bahkan pagar sebagai pelindung rumah dari serangan hewan pun tidak mampu mereka miliki. Hingga dedaunan dan rumput kering menjadi penggantinya.
(Baca juga : Bekerja Jauh dari Orang Tua? Ini 6 Cara Berbakti Kepada Mereka)
Namun, di balik kesedihan dan kesulitan yang dialami mereka berdua, Allah menghadiahkan nikmat terindah bagi mereka yaitu sang anak lelaki. Tidak seperi pemuda seusia lainnya yang masih senang bermain dan bersenang-senang dengan kerabatnya, pemuda ini lebih memilih menghabiskan segenap kemampuannya untuk berbakti kepada orangtuanya.
Mulai dari memasak, menyuapi, menggendong dan kegiatan lainnya ia lakukan dengan kedua tangannya. Selayaknya memiliki 11 anak, sang pemuda ini menyanggupi segala kebutuhan kedua orangtuanya seorang diri.
Sebelum tiba waktu makan, maka sang pemuda akan bergegas mencari bahan-bahan yang bisa diolah menjadi makanan dan kemudian memasaknya. Dalam usia yang sudah lanjut, sepasang suami istri tersebut hanya bisa memakan makanan yang sangat lembut, maka sang pemuda tersebut hanya menyiapkan makanan yang lembut agar bisa dinikmati oleh orangtuanya.
Meskipun tidak seenak makanan lainnya, pemuda itu tidak pernah mengeluh. Menurutnya, makanan yang bisa dinikmati oleh kedua orangtuanya adalah makanan yang paling lezat di dunia.
Saat pagi tiba, maka ia akan membersikan badan kedua orangtuanya dan menggendong sang ibu yang lumpuh ke luar rumah untuk berjemur. Lantunan ayat suci Al-Qur’an juga selalu diperdengarkan sang pemuda agar kedua orangtuanya senang dan bisa mendengar ayat suci meski sudah tidak bisa membaca karna kebutaaan.
Jika ada yang bertanya apakah ia memiliki teman sepantaran, maka ia akan menjawab, “Ibu dan ayahku adalah sahabat terbaikku satu-satunya di dunia."
Sebagai penopang segala kebutuhan kedua orangtuanya, tidak ada sedikitpun keluh kesah yang ia ucap karena tidak bisa bermain dengan teman-temannya. Ridha kedua orangtua dan tanggung jawabnya sebagai anak menjadi penguatnya. Begitu besar rasa cinta dan kasih sayang sang anak terhadap kedua orangtuanya, bahkan ramainya sorak sorai yang keluar dari teman-temannya saat bermain tidak menggentarkannya.
Semoga dengan kisah ini, kita semua akan lebih bersemangat untuk berbakti kepada kedua orangtua kita. Ingat, surga terletak di bawah kaki sang ibu. Jadi, sayangilah orangtua kamu selagi mereka hidup, karena ketika meninggalnya orangtua maka tertutuplah satu pintu berkah pembuka surga bagi sang anak.