Kaya Raya Berkat Baktinya Pada Orangtua

Muslimahdaily - Dahulu di masa Bani Israil, hidup seorang pria tua miskin lagi penyakitan. Satu-satunya yang ia miliki di dunia adalah empat orang anak yang tinggal berjauhan.

Suatu hari, si pria tua jatuh sakit yang teramat sangat. Keempat anaknya pun berkumpul dan mendiskusikan siapa yang akan merawat sang ayah. Masing-masing mereka pun terdiam. Hingga seorang dari mereka, sebut saja namanya Fulan, berkata, "Kalian mau merawat ayah? Bukankah kalian tahu ayah tak akan meninggalkan warisan apapun untuk kalian?" ujarnya.

Ketiga anak lain pun kemudian terlihat enggan. Ucapan Fulan memang benar, pikir mereka. Namun ternyata ucapan Fulan itu bukanlah tanpa maksud. Bukannya enggan, Fulan justru ingin agar saudara-saudaranya menyerahkan perawatan ayahanda padanya.

Fulan si anak berbakti lantas berkata,"Saya saja yang merawatnya. Biarlah saya tak mendapat warisan," tuturnya. Maka keputusan bulat, si pria tua akan dirawat putranya yang shaleh, Fulan.

Dirawatlah ayahanda yang sakit dengan sabar. Fulan tak mengharap balasan apapun. Semua yang dilakukannya ikhlas mengharap pahala dari Allah. Hari demi hari, kondisi ayahnya makin memburuk. Fulan pun terus merawatnya hingga ajal menemui ayahnya.

Ia kemudian mengurus jenazah ayahanda dan menguburkannya. Sebagaimana ucapannya dahulu, memang tak ada harta apapun yang dapat diwariskan sang ayah. Pun demikian dengan ketiga saudaranya yang tak bersedia merawat ayahanda, mereka tak mendapat warisan apapun.

Selepas kematian sang ayah, Fulan kembali menjalankan rutinitas sebagaimana biasa. Hingga suatu malam, ia mengalami mimpi yang aneh. Seorang berpenampilan miskin mendatanginya kemudian berkata, "Datanglah ke tempat gundukan tanah itu, lalu galilah. Kau akan mendapati uang 100 dinar, ambillah uang itu," ujar si miskin.

Masih dalam mimpinya, Fulan pun bertanya, "Apakah uang itu berbarakah?".

"Tidak," jawab pria dalam mimpinya itu.

Saat bangun, Fulan pun segera mengisahkan mimpinya pada sang istri. Ia ragu akan mimpi itu. Namun istrinya lalu menjawab, "Ambil saja uang itu. Uang itu akan berbarakah jika kau menggunakannya untuk membelikanku pakaian dan memenuhi kebutuhan kita," ujarnya.

Namun Fulan merasa tidak benar jika mengambil uang tersebut. "Aku tak mau mengambil harta yang tidak berbarakah," tuturnya kepada sang istri.

Hingga malam berikutnya, ia bermimpi lagi. Mimpi kali ini pun ia berjumpa dengan orang yang sama dan percakapan yang sama pula. Hanya beda jumlah dinar yang sebetulnya secara fitrah tentu sangat menggiurkannya. Namun ia menahan diri dari godaan nafsu.

"Datanglah ke tempat gundukan tanah itu, lalu galilah. Kau akan mendapati uang 10 dinar, ambillah uang itu," ujar pria yang kemarin juga ada di dalam mimpinya itu.

Lagi-lagi, Fulan pun bertanya, "Apakah uang itu berbarakah?".

"Tidak," jawab pria berpenampilan miskin itu.

Keesokan pagi, seperti kemarin, ia mengisahkan mimpinya pada sang istri. Wanita itu pun tetap saja menjawab hal sama alih-alih menyabarkan sang suami dari mengambil harta tak halal.

Lalu di mimpi berikutnya, Fulan kembali berjumpa dengan pria bergaya fakir itu. Namun kali ini pria itu hanya menunjukkan harta sedikit. "Datanglah ke tempat gundukan tanah itu, lalu galilah. Kau akan mendapati uang 1 dinar, ambillah uang itu," ujarnya.

Fulan tetap bertanya, "Apakah uang itu berbarakah?".

"Ya," jawaban kali ini berbeda dan membuat Fulan bahagia. "Kalau begitu, aku akan mengambilnya," ujarnya.

Keesokan hari, Fulan pun pergi ke lokasi yang ditunjukkan dalam mimpinya. Benar, ia mendapati uang 1 dinar disana. Ia pun mengambilnya.

Saat perjalanan pulang, Fulan berjumpa dengan seorang pengail ikan yang hendak menjual hasil tangkapannya. Ada dua ekor ikan yang kemudian dibeli Fulan dengan harga 1 dinar.

Sesampainya di rumah, ia memberikan ikan itu pada istrinya untuk dimasak. Lalu hal mengejutkan terjadi. Saat mencuci ikan tersebut, si istri menemukan sebuah intan berkilauan di dalam perut ikan. Saat mencuci seekor yang lain, sebuah intan yang sama pun ada di dalam perut ikan itu.

Ternyata dua buah intan permata itu merupakan perhiasan yang tengah dicari raja. Sang raja akan membayar berapa pun untuk memiliki perhiasan cantik tersebut.

Maka datanglah Fulan ke istana. Ia menunjukkan intan tersebut pada raja. Sang raja pun begitu senang melihatnya. "Berapa harga intan ini?" tanya raja.

"Emas sebanyak 30 angkutan kuda," ujar Fulan. Ia pun mendapatkan harta melimpah itu dari menjual satu intan kepada raja.
Saat raja telah memiliki sebuah intan, ia merasa bahwa perhiasan itu akan makin cantik jika berpasangan. Maka dibelilah satu buah intan lagi dari Fulan dengan harga yang sama.

Fulan pun menjadi hartawan dengan harta emas sebanyak 60 angkutan kuda. Ia benar-benar kaya mendadak layaknya mendapat warisan. Ia yang bersedia merawat ayahnya meski tanpa warisan itu, kini mendapat balasan dari arah yang tak disangka-sangka.

Berkat budi baktinya pada ayahanda, kesalihannya, serta penjagaan dirinya dari harta haram, membuat Fulan mendapat hadiah yang tak terkira dari Allah Ta'ala.

Kehidupan anak berbakti Fulan tersebut dikisahkan dari Ma’mar, dari Ibnu Thawus, dari bapaknya. Kisah ini ada dalam buku Kisah-Kisah Teladan Bakti Anak kepada Ibu Bapak karya Ibrahim bin Abdullah Musa Al Hazmi.

Sumber : Kisahmuslim.com

Add comment

Submit