Kisah Haru Bocah SD Yang Ingin Menyelamatkan Ayahnya

Muslimahdaily - Kisah mengharukan tentang birrul walidain sering kali datang dari aksi bocah kecil yang sangat mencintai orang tuanya. Beragam kisah pengorbanan mereka sering kali dikisahkan media dan membuat pembacanya terharu. Bukan hanya di Indonesia, di belahan dunia lain pun kisah bakti bocah kecil tak ada habisnya.

Kisah ini sudah berlalu dua tahun lamanya, namun pelajaran yang bisa diambil tak pernah lekang oleh masa. Inilah kisah Cao Yinpeng, bocah delapan tahun yang berusaha keras menyelamatkan ayahnya dari derita leukemia.

Sebuah foto Yinpeng dan ayahnya di masa lalu menunjukkan keakraban dan kebahagiaan. Keduanya nampak sedang berlibur di sebuah tempat wisata dengan wajah yang ceria. Kala itu, ayahnya masih nampak sehat. Sementara Yinpeng seceria teman sebayanya.

Musibah terjadi ketika sang ayah divonis dokter bahwa ia hanya dapat bertahan hidup enam bulan saja akibat kanker darah yang dideritanya. Kecuali jika ada pendonor sumsum tulang yang sesuai dengan kebutuhan sang ayah. Namun nyatanya, tak ada satu pun donor yang sesuai dengan tubuh pria asal Xuzhou, Tiongkok tersebut.

Betapa berdukanya Yinpeng. Ia tak ingin kehilangan ayahnya. Namun tak ada anggota keluarganya yang bisa memberikan donor untuk transplantasi ayah tercinta. Waktu terus berjalan, kondisi sang ayah semakin buruk.

Yinpeng pun dengan berani mengajukan diri ke dokter. Ia berkata ingin menjadi pendonor sumsum tulang untuk sang ayah. Namun tentu saja usia Yinpeng saat itu masih terlalu belia. Syarat usia pendonor sumsum tulang, berdasarkan aturan negeri tirai bambu, ialah minimal 18 tahun. Sementara Yinpeng baru berusia 8 tahun.

Namun Yinpeng terus saja memohon. Ia begitu mencintai ayahnya dan tak dapat membayangkan jika kehilangan sosok ayah. Akhirnya, pihak dokter dan rumah sakit pun mengizinkan. Namun ada syarat yang diajukan. Itu pun bukan syarat yang mudah.

Yakni Yinpeng harus menaikkan berat badannya sebanyak 10 kilogram selama dua bulan. Pasalnya, syarat berat badan minimal pendonor adalah 45 kilogram. Dengannya, si pendonor dapat menghasilkan cukup darah untuk tubuhnya dan saat proses donor nanti.

Jangankan Yinpeng, menambah berat badan bukanlah hal mudah bagi orang dewasa. Apalagi, si bocah kurus itu pun dikejar tenggat waktu karena harus menambah berat 10 kilogram dalam dua bulan. Artinya, setiap pekan, ia harus menambah berat badan sedikitnya 1,25 kilogram!

Meski akan sangat sulit dilakukan, Yinpeng menyetujui syarat luar biasa itu. Ia berkeinginan keras untuk menyelamatkan sang ayah. Tekadnya sangat kuat dan ia meyakinkan diri agar berhasil melakukannya.

Selama dua bulan, Yinpeng mengubah seluruh jadwal rutinnya. Satu hal yang terberat ialah, ia harus olahraga jalan cepat selama satu jam setiap malam. Olahraga ini dipilih karena Yinpeng terlalu belia untuk melakukan jenis olahraga berat. Sementara ia harus menaikkan massa tubuhnya.

Sebuah program penggemukan dilakukan Yinpeng dengan sangat ketat. Selain makan dan olahraga, sistem keseimbangan tubuh juga harus dijaga. Pasalnya, bukan perkara positif jika seseorang berubah berat badannya secara drastis. Kenaikan berat badan dengan cepat dapat menyebabkan komplikasi serius.

“Itu bukan keputusan mudah,” ujar ibu Yinpeng yang tak tega melihat putranya berusaha keras menaikkan berat badan. Namun sang ibu tak bisa berbuat apapun kecuali dengan mendukung putranya. Karena itulah satu-satunya cara, secara medis, untuk menyelamatkan suaminya.

Ketika ditanya pengorbanannya untuk sang ayah, Yinpeng mengutarakan isi hatinya yang membuat haru, “Aku harus memberikan kehidupan kepada ayah, sebagaimana yang ayah lakukan untukku.”

Usaha Yinpeng pun berhasil. Ia menjadi bocah gendut dalam dua bulan dan menjadi pendonor sumsum tulang untuk ayahnya. Operasi yang menyakitkan itu pun berjalan lancar. Transplantasi sang ayah cocok dan diterima tubuhnya dengan baik. Tak butuh waktu lama untuk ayah Yinpeng sembuh dari sakitnya. Yinpeng pun sangat bahagia.

Ketika ayahnya telah sehat dan keluar dari rumah sakit, Yinpeng menghabiskan waktu dengan sang ayah di rumah. Keduanya asyik di dapur memasak bersama. Yinpeng tak mengeluh tentang rencana liburan yang harus dibatalkan karena besarnya tunggakan biaya rumah sakit. Padahal, setiap tahun, Yinpeng selalu berwisata bersama sang ayah.

Masya Allah, yang dilakukan Yinpeng sangatlah sesuai dengan ajaran Islam tentang birrul walidain. Anak-anak muslim pun semestinya bersikap jauh lebih berbakti kepada orang tua, dibanding apa yang dilakukan Yinpeng untuk ayahnya. Sosok Yinpeng menjadi inspirasi tentang bagaimana rasa cinta, kasih sayang, dan pengorbanan seorang anak untuk ayah.

Sumber: sg.theasianparent.com dan www.straitstimes.com

Add comment

Submit