Muslimahdaily - Alkisah, Sahabat Rasulullah Umar bin Khattab selalu penasaran pada suatu hal. Beliau ‘alaihi salam sangat penasaran dan sangat ingin bertemu dengan seseorang yang bernama Uwais Al Qarni. Sejak era kehidupan Rasul, hingga ia menjadi khalifah umat Islam, Umar selalu mencari-cari sosok Uwais tersebut.
Suatu hari Al Faruq yang tengah menjabat sebagai khalifah kedatangan tamu rombongan gubernur dari Yaman. Ia pun segera bertanya kepada sang gubernur, “Apakah di antara kalian ada yang bernama Uwais bin Amir?” Namun tak ada seorang pun yang bernama Uwais.
Pada kunjungan berikutnya, rombongan Yaman itu kembali ditanya oleh sang khalifah, “Apakah diantara kalian ada yang bernama Uwais bin Amir?” tanya Umar. Namun lagi-lagi, tak ada seorang pun yang bernama Uwais. Demikian peristiwa itu terjadi berulang-uang. Umar selalu bertanya perihal Uwais kepada setiap rombongan yang datang dari Yaman. Pasalnya, ia tahu betul bahwa Uwais akan datang ke Madinah bersama rombongan dari negeri ujung selatan jazirah Arab tersebut.
Hingga kemudian di suatu masa, Umar akhirnya dapat berjumpa dengan Uwais. Padahal Uwais sendiri tak mengenali Umar bin Khattab. Saat berjumpa, Umar pun meyakinkan dirinya bahwa ia telah bertemu dengan orang yang selama ini ia cari-cari, “Engkau Uwais bin Amir?” tanya sang shahabat Rasul.
“Betul,” jawab Uwais.
Kembali memastikan, Umar kembali bertanya, “Engkau dahulu tinggal di Murrad kemudian tinggal di daerah Qorn?” tanya sang khalifah.
“Betul,” jawab Uwais lagi.
Masih harus memastikan, Umar bertanya lagi, “Dahulu engkau pernah mengidap penyakit belang, kemudian sembuh. Akan tetapi, benarkah masih ada belang di tubuhmu sebesar uang dirham?” tanya Umar yang ternyata mengenal Uwais dengan sangat baik.
Uwais kembali menjawab, “Betul.”
Setelah yakin bahwa yang ditemuinya adalah Uwais Al Qarni, Umar pun kemudian menjelaskan alasannya mengapa ia selalu mencari pria muda itu. Umar pula mengungkapkan mengapa ia sangat ingin bertemu dengan pria bernama Uwais. Jawabannya, dikatakan oleh khalifah Umar Al Khattab,
“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Uwais bin Amir akan datang bersama rombongan orang dari Yaman. Dahulu ia tinggal di Murrad, kemudian tinggal di daerah Qorn. Dahulu ia pernah terkena penyakit belang, lalu sembuh, akan tetapi masih ada belang di tubuhnya sebesar uang dirham,” ujar Umar.
Belum usai hadits Rasulullah, sang khalifah melanjutkan, “Dia memiliki seorang ibu, dan dia sangat berbakti kepada ibunya. Seandainya dia berdoa kepada Allah, pasti Allah akan mengabulkan doanya. Jika engkau bisa meminta kepadanya agar memohonkan ampun untukmu kepada Allah maka usahakanlah untuk meminta kepadanya berdoa untukmu kepada Allah,” demikian hadits Rasulullah yang disampaikan Umar.
Bahkan Uwais yang tak pernah muncul di kalangan sahabat itu disebut namanya oleh Nabiyullah Muhammad dengan keutamaan yang sangat menakjubkan. Keutamaan itu didapatkannya karena sikap baktinya kepada ibunda. Adakah kebahagiaan yang lebih menggembirakan dari disebut Rasulullah sebagai sosok yang memiliki keutamaan bahkan menjadi sosok yang dapat diminta untuk mendoakan.
Umar pun kemudian meminta kepada Uwais untuk memohonkan Ampun Allah kepadanya, “Mohonkanlah ampun kepada Allah untukku, wahai Uwais,” pinta sang khalifah tanpa ragu.
Maka Uwais Al Qarni pun menengadahkan tangan dan memohonkan ampun kepada Umar bin Khattab. Usai memenuhi permintaan sang khalifah, Uwais pun beranjak pergi.
Umar segera bertanya, “Engkau hendak pergi ke mana?”
“Kuffah,” jawab Uwais.
Umar pun menawarkan bantuan kepada pria mulia yang berbakti tersebut, “Maukah kau kutiliskan sebuah surat kepada Gubernur Kuffah agar ia melayanimu dengan baik?”
Namun tawaran tersebut ditolak Uwais dengan halus. Ia berkata bahwa ia lebih senang jika tak dikenali sebagai sosok yang berbeda dari orang kebanyakan. Meski Rasulullah menyebut kemuliannya, Uwais lebih senang hidup sebagai warga biasa.
“Berada di tengah-tengah banyak orang sehingga aku tidak dikenali, itu lebih aku sukai,” jawab Uwais si anak berbakti.
Kisah Umar dan Uwais ini dikabarkan oleh Imam Muslim dari perawi Asir bin Jabir. Semoga kita bisa meneladani sosok Uwais dan mendapat keutamaan sepertinya dengan berbakti kepada orang tua.