Muslimahdaily - Berbicara tentang jodoh, tak sedikit dari kita yang masih merasa ragu dengan ketentuan Allah yang satu ini. Apakah benar kelak kita akan bertemu separuh jiwa? Kapankah hal itu akan terjadi? Apakah jodoh kita benar-benar yang terbaik bagi kita? Serta kekhawatiran-kekhawatiran lainnya.

Untuk menjawab dan mengurangi kecemasan tersebut, kita bisa sedikit belajar dari salah seorang sahabat Nabi, Julaibib namanya. Julaibib Radhiyallahu ‘anhu merupakan keturunan hitam yang memiliki tubuh yang kecil. Wajahnya terkesan sangar dan menakutkan.

Pakaiannya lusuh, kakinya tidak bealas sehingga pecah-pecah. Dirinya adalah seorang fakir yang tidak memiliki rumah. Setiap malam, Julaibib tidur di pasir berkerikil berbantalkan tangan. Ia biasa minum dari kolam umum yang diambil dengan telapak tangan.

Bahkan nama Julaibib sendiri bukanlah nama lengkap dan biasanya digunakan bangsa Arab dahulu kala. Julaibib lahir tanpa mengetahui siapa ayah dan ibunya. Pada saat itu, tidak memiliki nasab dan tidak bersuku merupakan sebuah aib besar bagi masyarakat Madinah.

Mengenai kondisi Julaibib, seorang pemimpin Bani Asal, Abu Barzah bahkan pernah berkata, “Jangan pernah biarkan Julaibib masuk di antara kalian! Demi Allah jika dia berani begitu, aku akan melakukan hal yang mengerikan padanya!”

Mengerti dengan keadaanya tersebut, tentu saja Julaibib kurang percaya diri. Perihal jodoh, ia tidak yakin ada yang mau menjadikan dirinya sebagai pendamping hidup. Pernah suatu ketika, Rasulullah berbincang dengan Julaibib.

“Julaibib, tidakkah engkau menikah?” tanya Rasulullah dengan lembut.

“Siapakah orang yang mau menikahkan putrinya dengan diriku, wahai Rasulullah?” jawab Julaibib dengan tersenyum. Sungguh, tidak ada rasa menyesal dari perkataannya tersbebut. Mungkin memang tidak akan orangtua yang mau menikahkan putri mereka denganku, begitu piker Julaibib.

Hari berikutnya, Rasulullah kembali menanyakan hal yang sama. Begitu pula dengan jawaban Julaibib. Diceritakan bahwa Rasulullah dan Julaibib melakukan perbincangan tersebut selama tiga hari berturut-turut.

Pada hari ketiga, Rasulullah menarik lengan Julaibib. Beliau hendak membawa sahabatnya ke rumah salah satu pemimpin kaum Anshar.

“Aku ingin menikahkan putri kalian,” ucap Rasulullah pada pemilik rumah.

Mendengar anaknya akan dinikahkan dengan pemimpin umat, tentu saja pemilik rumah tersebut senang. Ia menyambut baik niat Rasulullah hingga akhirnya sang nabi berkata lagi.

“Tetapi bukan untukku. Aku pinang putri kalian untuk Julaibib,” imbuh Rasulullah.

Si pemilik rumah terpekik. Ia tak menyangka bahwa lamaran tersebut datang dari Julaibib, orang yang selama ini dihindari oleh seluruh penduduk Madinah.

“Ya Rasulullah, saya harus meminta pertimbangan dengan istri saya terlebih dahulu,” katanya kemudian hendak pergi ke belakang rumah menemui sang istri.

“Bagaimana bisa dengan Julaibib? Ia berwajah lusuh, tidak bernasab, tidak berkabilah, tidak berpangkat, dan tidak berharta. Demi Allah tidak, tidak akan pernah putri kita menikah dengan Julaibib,” jawab sang istri geram.

Sementara itu, di balik tirai, putri mereka ternyata mendengarkan perdebatan ibu dan ayahnya. Tak disangka-sangka, sang putri justru berkenan menerima lamaran Julaibib tadi.

“Apakah kalian hendak menolak permintaan Rasulullah? Demi Allah kirim aku padanya. Demi Allah, karena Rasulullah yang meminta, maka tidak akan memawa kehancuran dan kerugian bagiku,” ucap si gadis dengan tenang. Ia kemudian melanjutkan ucapannya dengan membaca Quran Surat Al Azhab ayat 36.

Allah berfirman, “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.”

Demikianlah ucap si gadis menerima lamaran Julaibib. Sementara Julaibib sendiri merasa senang tak terkira. Ia tak menyangka dirinya berjodoh dengan wanita cantik jelita dan baik akhlaknya.

Namun nampaknya, kebahagiaan Julaibib di dunia tak berlangsung lama. Lantaran Julaibib harus ikut ke dalam barisan pasukan Muslim dalam pertempuran di Uhud. Julaibib yang ditakdirkan Allah gugur di medan perang ternyata telah lama dinantikan oleh para bidadari surga.

Rasulullah yang berdiri tak jauh dari dari jenazah Julaibib melihat begitu banyak bidadari yang menjemput Julaibib. Mereka saling berebut untuk meraih tubuh Julaibib.

Masya Allah, demikianlah kisah Julaibib menjemput jodohnya. Sungguh tak ada yang menyangka siapa dan bagaimana Allah menentukan jodoh bagi hamba-Nya. Wallahu ‘alam.