Ilustrasi

Muslimahdaily - Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memiliki banyak sahabat yang mulia dan senantiasa setia menemani beliau, termasuk Abu Dzar RA. Abu Dzar RA masuk ke golongan pertama yang memeluk agama Islam. Melansir dari Shahih Sirah Nabawiyah oleh Ibnu Katsir terjemahan M. Nashiruddin Al Albani, dikatakan dalam sebuah riwayat bahwa Abu Dzar RA adalah orang keempat yang memeluk Islam. Imam Al Baihaqi meriwayatkan dari Imam Al Hakim dengan sanadnya dari Abu Dzar RA berkata,

"Aku adalah orang keempat yang masuk Islam. Sebelumku telah masuk Islam tiga orang, dan aku yang keempat. Aku mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam seraya mengucapkan Assamu'alaika wahai Rasulullah. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Pada waktu itu aku menyaksikan keceriaan pada raut muka Rasulullah SAW."

Sebelum masuk Islam, Abu Dzar RA adalah seorang perampok. Ia merupakan keturunan Al-Ghiffar yang tumbuh besar di lingkungan perampok. Mengutip buku The Great Sahabat oleh Rizem Aizid, Abu Dzar bernama lengkap Abu Dzar Jundub bin Junadah bin Sufyan al-Ghifari.

Sejak kecil, Abu Dzar sudah ditempa dengan kekerasan dan teer, sehingga ia tumbuh menjadi perampok yang ditakuti dan disegani. Namun, itu semua berubah Ketika hidayah Allah menyentuh Abu Dzar. Kerusakan yang ia ditimbulkan menjadi celah masuknya cahaya ilahi untuk masuk ke hatinya.

Setelah datang hidayah Allah subhanahu wa ta'ala, Abu Dzar RA menyesali perbuatannya. Kerusakan dan cerita yang ia timbulkan dari aksinya menjadi celah cahaya ilahi masuk ke dalam hati. Selain itu, ia tak pernah bosan untuk mengajak teman-temannya bertaubat. Alih-alih menuruti apa yang dikatakannya, mereka justru menolak dan mengusir Abu Dzar RA. Bersama ibu dan saudara laki-lakinya Anis al-Ghiffari, mereka pindah ke Najd Atas.

Di Najd Atas, Abu Dzar RA banyak melahirkan ide-ide revolusioner. Sayangnya, tak ada satu pun ide Abu Dzar RA yang disambut baik sampai akhirnya beliau hijrah ke Makkah. Setibanya di Makkah, kondisi kota tersebut sedang kacau, kaum muslimin dan kafir Quraisy mengalami pertentangan.

Abu Dzar RA, yang dikenal sebagai sosok pemberani, secara terbuka mengumumkan keislamannya di hadapan kaum kafir Quraisy. Tindakannya ini membuatnya mengalami penyiksaan dari mereka. Namun, hal ini tidak membuat Abu Dzar RA gentar. Ia terus mengulangi tindakan tersebut hingga akhirnya mereka berhenti menyiksanya setelah mengetahui bahwa ia berasal dari suku Ghifar. Setelah resmi memeluk Islam, Abu Dzar RA kembali ke kaumnya di Madinah. Di sana, ia mengajak ibu dan saudaranya untuk masuk Islam, hingga hampir seluruh kaum Ghifar akhirnya memeluk agama Islam.

Salah satu kisah terkenal tentang Abu Dzar RA adalah ketika ia berani menentang Khalifah Utsman bin Affan RA. Utsman, yang saat itu menjadi Khalifah kedua, dikenal sebagai salah satu sahabat yang kaya dan hidup dalam kemewahan. Abu Dzar RA melihat bahwa Utsman telah menggunakan sebagian dari kekayaan publik untuk keperluan pribadi.

Abu Dzar RA secara terbuka mengkritik Utsman dan mengecam tindakannya. Namun, Nabi Muhammad SAW menasihati Abu Dzar RA dengan lembut, mengingatkannya agar tidak menghina dan menyakiti saudaranya sendiri.

Nabi juga menjelaskan bahwa Utsman telah memberikan banyak sumbangan besar untuk kepentingan umat Islam. Mendengar nasihat ini, Abu Dzar RA dengan rendah hati menerima dan menarik kembali kritiknya.

Abu Dzar RA terus hidup dalam kesederhanaan dan kesalehan. Ia tinggal di sebuah gubuk kecil di luar Madinah dengan sedikit harta benda. Ia sering berpuasa dan beribadah sepanjang malam. Abu Dzar RA juga dikenal karena kejujurannya yang luar biasa dan ketegasannya dalam menegakkan keadilan.

Pada tahun 652 M, Abu Dzar RA meninggal dunia di wilayah Syam (sekarang Lebanon). Kepergiannya merupakan kehilangan besar bagi umat Islam, dan Nabi Muhammad SAW pernah menyebutnya sebagai "raja" dari Bani Ghifar. 

Aleda Fanesya Maharany

Add comment

Submit