Muslimahdaily - Islam adalah agama syumuliyah (menyeluruh) setiap aspek dalam kehidupan diperhatikan dalam agama ini. Mulai dari perkara ibadah, perilaku bertetangga, hingga urusan makan dan minum pun diatur dalam agama Muhammad ini. Bagi orang yang belum mengenal Islam pasti menganggap itu sebagai hal yang rumit. Padahal, ada keindahan yang dirasakan jika kita melaksanakannya dengan penuh rasa yakin.
Hal ini seperti yang dirasakan oleh Nicholson, seorang pria berusia 45 tahun asal Selandia Baru. Seperti dikutip dari Republika, saat pertama kali mendapatkan gambaran mengenai Islam, Nicholson menilai Islam sebagai agama yang rumit karena banyak peraturan. Tidak bisa minum minuman keras dan jauh dari pergaulan bebas. Menjadi seorang muslim hanya akan membuat dirinya semakin terbatas.
Beruntungnya, mahasiswa Muslim disekitarnya tak berhenti memberikan nasihat dan wawasan tentang Islam. Nicholson dan teman-temannya sering melakukan diskusi mengenai Islam. Lama-kelamaan ia mulai tertarik untuk mempelajari Islam.
Nicholson terpikat dengan Sirah Nabawiyah. Ia terinspirasi dengan sosok Nabi Muhammad yang tetap sabar meski mendapatkan banyak cacian, fitnah, dan peperangan. Agama yang semula dikira puritan ternyata memiliki peradaban yang maju.
Pada tahun 1995 setelah melakukan diskusi panjang dengan teman-temannya, Nicholson memutuskan untuk memeluk Islam. Ia mengucapkan syahadat di rumah sahabatnya. Kemudian ia bersyahadat untuk yang kedua kalinya di Masjid Hamilton, Selandia Baru.
Pria yang berganti nama menjadi Shadiq ini belajar shalat dan membaca Al Qur'an dari temannya yang bernama Mustafa. Nicholson mengaku lebih banyak mempelajari Islam secara mandiri karena di daerah tempat ia tinggal tidak ada sekolah Islam. Pemuda ini banyak membaca buku mengenai shalat, doa, dan Al Qur'an.
Dua tahun setelah menjadi mualaf, Nicholson memutuskan untuk menikah dengan seorang perempuan India asal Fuji. Hanya berkenalan selama dua pekan, keduanya memutuskan untuk menikah. Dari hasil pernikahannya itu pasangan ini dikaruniai dua orang anak.
Awal mengetahui Nicholson menjadi seorang muslim, keluarganya menanggapi aneh. Namun kini orangtuanya sangat mendukung keputusan itu. Bahkan saat bulan puasa sang ibu selalu menyiapkan makanan untuk sahur dan berbuka. Ia selalu bersemangat menunggu waktu maghrib tiba meski belum menjadi muslim.
Nicholson mempelajari bahasa Arab untuk memperdalam khazanah keilmuan dalam Islam. Ia juga turut bergabung dengan komunitas Islam dan mendapatkan beasiswa kursus imam di Malaysia selama tiga bulan. Selama kursus itu, banyak hal yang ia pelajari mengenai Islam.
Ilmu yang didapat ia gunakan untuk berdakwah di negara asalnya. Nicholson menjadi pengajar agama Islam di Masjid Hamilton tempat ia bersyahadat dulu. Menjadi seorang pendakwah mengantarkannya pada rezeki yang tak terduga. Bapak beranak dua ini mendapat undangan dari Raja Saudi untuk menunaikan ibadah haji bersama para mualaf lainnya dari Selandia Baru.
Melaksanakan ibadah haji ke Arab Saudi memberikan pengalaman yang luar biasa bagi Nicholson. Ia bisa merasakan suasana beribadah ditempat yang berbeda. Di Selandia Baru masjid dilarang mengumandangkan adzan menggunakan pengeras suara, di Saudi ia bersyukur karena bisa mendengar suara azan bersahut-sahutan saat memasuki waktu shalat. Hal ini sungguh pengalaman yang baru bagi Nicolshon.