Cindy Caroline, “Dalam Shalat, Kutemukan Kedamaian.”

Muslimahdaily - Ramadhan merupakan salah satu bulan yang penuh dengan keberkahan. Pada bulan itu, Allah limpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya. Allah memberikan kesempatan bagi orang-orang yang ingin mendekat kepada-Nya, tanpa terkecuali, bahkan bagi orang yang tak pernah mengenal Allah sebelumnya. Inilah yang dirasakan oleh seorang wanita cantik yang akhirnya memutuskan untuk memeluk Islam di bulan yang Mulia ini.

Namanya Cindy Caroline, ia adalah salah satu influencer yang aktif di media sosial. Setelah pemberitaan mengenai kabar keislamannya tersebar di berbagai media, Cindy mencoba untuk menceritakan kehidupannya sebelum akhirnya memilih Islam sebagai jalan hidup. Semua ia ceritakan lewat Youtube pribadinya.

Kehilangan yang Menyesakkan Dada

Cindy adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, besar dalam keluarga yang normal dan harmonis. Ayahnya adalah seorang pelayar yang tentunya jarang berada di rumah, oleh karena itu ia dan ketiga kakaknya dibesarkan oleh sosok ibu yang menurutnya sangat hebat dan paling mengerti keadaan dirinya, senang ataupun susah.

Baginya, ibu adalah orang yang paling bisa ia andalkan saat itu. Cindy dan kakaknya berharap bisa terus bersama sang ibu yang kuat dan tangguh dalam mengurus mereka meski sendiri. Tapi, takdir berkata lain. Di usia 13 tahun, Cindy harus menelan pahit kehidupan, sang ibu pergi meninggal ia dan ketiga kakaknya.

Saat itu, rasanya ia sangat tak terima dengan takdir Tuhan, gadis remaja itu diluputi rasa kekecewaan dan kesedihan yang amat mendalam. Ia seperti kehilangan tumpuan dan sandaran dalam hidup, tak ada lagi orang yang akan memahami dirinya seperti sang ibu.

Tak bisa dipungkiri, hidup harus tetap berjalan. Cindy mencoba untuk tegar dan menjalani hidup seperti remaja pada umumnya.

Kebahagiaan Semu

Seiring berjalannya waktu, saat masuk ke SMA ia memutuskan untuk mengurus semua kebutuhannya sendiri. Meskipun ada kakak-kakaknya yang senantiasa membantu, tetapi ia selalu merasa kosong dan kehilangan tanpa kehadiran ayah dan ibunya.

Semenjak sang ibu pergi meninggalkannya, Cindy merasa hidupnya dipenuhi dengan kegagalan. Mulai dari ranking yang anjlok, tak lagi pernah menang dalam olimpiade bahkan kegagalan dalam pertemanan dan percintaan. Cindy merasa keberuntungannya telah hilang seiring dengan kepergian ibunya.

Hampa, kecewa, sedih dan marah. Semua rasa itu akhirnya selalu mengantarkan wanita cantik ini pada kebahagiaan semu. Keluar malam, meneguk segelas alkohol, bebohong pada orangtua dan hal lain yang saat itu ia kira bisa meredakan segala amarah dan mengisi kekosongan dalam hatinya.

Saat itu, Cindy bahkan mengabaikan orang-orang yang sebenarnya sayang pada dirinya. Satu yang ia pikirkan hanyalah bagaimana bisa bahagia dan melupakan masalah sejenak, meski hanya dalam satu malam.

Cahaya dalam Mimpi

Di tengah kekacauan hidupnya, saat duduk di kelas satu SMA ia pernah bermimpi sesuatu yang sangat aneh. Dalam mimpi tersebut, wanita berusia 19 tahun itu seperti dihadapkan pada dua pintu, A dan B.

Saat ia mendekat dan berdiri di depan pintu A, ia merasa tak nyaman dan ketakutan. Setelah itu ia menangis di depan sana dan mencoba untuk keluar.

Rasa penasaran membawa Cindy untuk menghampiri pintu B. Ia berdiri dan masuk di depan pintu itu. Seketika, ia melihat cahaya yang sangat terang, tentunya membawa kedamaian dan ketenangan yang selama ini ia cari. sanking bahagianya, dalam mimpi itu Cindy bersujud sambil menangis bahagia.

Setelah itu, Cindy terbangun dalam keadaan bingung. Mengira-ngira apa maksud dari mimpinya semalam. Tetapi, hal itu tak berlangsung lama, ia kemudian melupakannya sampai tiba di usia 19 tahun.

Di awal tahun 2020 ini, ia mulai mencoba untuk bertanya-tanya pada temannya mengenai keimanan. Tenta surga dan neraka serta hal-hal lain yang bisa memuaskan pertanyaan yang ada dalam dirinya. Namun, ternyata semua itu belum juga mendatangkan hidayah dari Allah.

Cindy merasa belum percaya bahwa sampai usianya 19 tahun ia masih belum memiliki keimanan dan tiang kehidupan. Tetapi, ia tak pernah lelah untuk bertanya dan terus mencari.

Tangis di Sujud Pertama

Tibalah di bulan Ramadhan, penuh kemuliaan. Di hari pertama puasa, tiba-tiba hatinya tergerak untuk belajar shalat. Tetapi, saat itu ia masih takut untuk sekedar bertanya ataupun mencari tahu pada teman-temannya. Juga masih banyak keraguan dalam diri Cindy. Akhirnya ia memberanikan diri untuk mencari segala informasi yang ia butuhkan di Youtube.

Mulai dari tata cara berwudhu, gerakan shalat, doa dan bacaan-bacaan shalat lainnya. Semuanya ia catat dengan rapih sebagai bekal untuk menunaikan shalat pertamanya. Shalat yang pertama kali ia lakukan adalah shalat subuh dua rakaat.

Saat itu, Cindy berpikir bahwa mungkin shalatnya tak akan khusuk. Karena ia masih butuh bimbingan bacaan dan terbata-bata. Tetapi Allah berkata lain, saat sujud pertama, Cindy menangis sesenggukan dan terus melanjutkan shalatnya.

Setelah shalat, instingnya pun mengarahkan dia untuk berdoa dan melupkan seluruh pikiran dan perasaannya selama ini kepada Allah. Cindy mengatakan bahwa ia seperti sedang curhat pada seseorang, namun kali ini berbeda, tak ada yang ia tutupi dan sembunyikan di hadapan Allah.

Air mata banjir pada pengalaman shalat pertamanya, Cindy merasa telah menemukan apa yang ia cari selama ini. Kekosongan dan kehampaan, saat ini telah terisi oleh limpahan kasih sayang yang Allah berikan dalam shalat pertamanya. Kini ia tahu, kemana harus berkeluh kesah dan bersandar serta bersujud. Yaitu Allah semata. Sang Maha Pemilik Hati.

 

 

Add comment

Submit