Muslimahdaily - Islam adalah agama yang luas, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Islam pun tidak luput daripada pengajaran akhlak dan adab yang baik di dalam diri manusia, sehingga seorang Muslim mampu menjalankan kehidupannya dengan baik, baik itu hubungan dengan Tuhan, dengan dirinya sendiri, dan juga dalam kehidupan bermasyarakat.
Salah satu bentuk pengajaran Islam kepada manusia adalah dengan perintah dan larangan. Di sebalik itu tentunya selalu terselip hikmah dan pelajaran, maksudnya di sebalik setiap perintah pasti Allah selipkan tujuan yang baik untuk hamba-Nya. Begitu pula di sebalik setiap larangan tentunya Allah ingin menghindarkan hamba-Nya dari kerusakan dan efek negatif.
Salah satu ajaran adab yang diberikan oleh agama adalah larangan marah. Betapa banyak manusia yang tidak bisa menahan marahnya, bahkan hingga mengatakan hal yang buruk dan berbuat hal yang tidak diinginkan kepada orang lain. Padahal Rasulullah telah melarang untuk marah dan mencontohkan adab yang baik yaitu dengan tidak marah walaupun Beliau mendapat perlakuan buruk dari orang lain.
Seperti sebuah kisah Rasulullah dengan Yahudi berikut ini: Suatu hari Aisyah yang tengah duduk santai bersama suaminya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dikagetkan dengan kedatangan seorang yahudi yang minta izin masuk ke rumahnya dengan ucapan ‘assamu ‘alaikum’ (berarti: kecelakaan bagimu) sebagai ganti ucapan assalamu ‘alaikum kepada Rasulullah.
Tidak lama kemudian datang lagi yahudi yang lain dengan perbuatan yang sama. Ia masuk dan mengucapkan assamu ‘alaikum. Jelas sekali bahwa mereka datang dengan sengaja untuk mengganggu ketenangan Rasulullah.
Menyaksikan perilaku mereka, Aisyah menjadi kesal dan berteriak, “Kalianlah yang celaka!”. Rasulullah tidak menyukai reaksi istrinya, kemudian Beliau menegurnya, “Hai Aisyah, jangan kau ucapkan sesuatu yang keji. Seandainya Allah menampakkan suatu yang keji secara nyata, maka dia akan berbentuk sesuatu yang sangat buruk. Berlemah lembut atas semua yang telah terjadi akan menghias dan memperindah perbuatan itu, dan atas segala sesuatu yang akan terjadi akan menanamkan keindahannya. Kenapa engkau harus marah dan kesal?”
Aisyah menjawab, “Yaa Rasulullah, apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka ucapkan secara keji untuk menggantikan ucapan salam?”
“Ya aku telah mendengarnya. Aku pun telah menjawabnya ‘wa’alaikum’ (juga atasmu) dan itu sudah cukup.” Jawab Rasulullah.
Begitulah contoh gambaran manusia mulia, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menahan emosinya dan lisannya dari perkataan buruk, saat menerima perlakuan buruk dari orang lain.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam: “Berilah aku wasiat”, Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah”. Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Janganlah engkau marah”. (HR Bukhari)
Pengulangan wasiat untuk menahan marah itu membawa maksud bahwa marah yang tidak ditahan karena mengikuti hawa nafsu bisa menjadi pangkal daripada kejahatan dan keburukan lainnya, seperti mencaci, berkata keji, menuduh, hingga bisa membawa kepada permusuhan.
Selain itu, tentu menahan marah akan menghasilkan akhlak yang baik, yaitu menjadikan kita pribadi yang sabar, tawadhu’, menahan diri dari mengganggu orang lain, menjaga hati orang lain agar tidak tersakiti dengan perkataan buruk saat marah, hingga bisa menjaga persaudaraan tetap terjaga.
Sesungguhnya marah itu adalah dari syaitan. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam: “Bahwasanya marah itu daripada syaitan, dan bahwa syaitan itu dijadikan daripada api. Sesungguhnya api bisa dipadamkan dengan air, maka apabila marah salah seorang daripada kamu hendaklah ia mengambil air sembahyang (berwudhu)” (HR Abu Dawud dan Ahmad)
Dari hadits tersebut bisa kita ambil pelajaran bahwa Rasulullah juga memberikan petunjuk bagaimana cara meredam kemarahan, yatu dengan berwudhu.
Selain itu, agar kita tidak mudah marah maka hendaklah kita selalu melatih diri dan hati kita untuk selalu menghiasnya dengan akhlak-akhlah yang baik, dan selalu mengingat Allah dengan berzikir, selalu belajar menguasai diri ketika hendak marah, selalu belajar untuk bersabar dan menahan diri, serta selalu meminta perlindungan Allah dari godaan syaitan dengan ta’awudz (A’udzubillahi minasy syaitaanirrajim).
Petunjuk lainnya untuk menahan diri saat mau marah ada dengan mengubah posisi kita, yaitu apabila sedang berdiri hendaklah ia duduk, dan apabila ia sedang duduk maka hendaklah ia merebahkan diri.
Semoga kita dijauhkan dari segala akhlak yang buruk. Wallahu a’lam.