Muslimahdaily - Isra' dan Mi’raj adalah salah satu peristiwa besar dalam sejarah Islam. Seluruh umat Islam sangat mengenal peristiwa ini karena saat itulah turunnya wahyu dari Allah kepada Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam tentang perintah yang mewajibkan shalat lima waktu sehari semalam. Bahkan, kita juga merayakan peristiwa ini untuk mengingat kembali sejarah yang pernah terjadi dan membangkitkan semangat keislaman dalam diri dan generasi penerus.
Adapun kata Isra' bermaksud perjalanan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari Masjidil Haram (Mekkah) ke Masjidil Aqsha (Palestina) di waktu malam hari. Sedangkan Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari alam bawah (bumi) ke alam atas (langit) sampai tujuh petala langit, dan terakhir sampai ke Sidratul Muntaha, yakni dari Masjidil Aqsha di Palestina naik ke alam atas melalui beberapa planet yang bertingkat-tingkat, lalu naik lagi ke Baitul-Makmur, ke Sidratul Muntaha, dan terakhir ke Arsy dan Kursy dimana Beliau menerima wahyu dari Allah yang mengandung perintah kewajiban shalat lima waktu.
Allah menceritakan tentang peristiwa Isra' dan Mi’raj melalui firman-Nya di dalam surah Al-Isra’ ayat 1: “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. Juga ayat-ayat seterusnya dalam surah tersebut.
Para ulama berbeda pendapat tentang waktu terjadinya peristiwa Isra' dan Mi’raj. Namun, sebagian besar ulama berpendapat bahwa peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Rajab.
Demikian pula tentang tahun terjadinya Isra' dan Mi’raj, para ulama pun berselisih pendapat. Ada yang mengatakan pada tahun ke-5 setelah diangkat menjadi Nabi, pendapat lainnya pada tahun ke-12 kenabian, yang lain mengatakan pada tahun kurang setahun dan lima bulan dari hijrah, pendapat lainnya pada tahun sebelum Nabi shallallahu‘alaihi wasallam pergi hijrah ke Thaif, ada ulama mengatakan pada tahun kurang tiga tahun dari hijrah Nabi shallallahu‘alaihi wasallam ke Madinah, dan juga pendapat-pendapat lainnya.
Hikmah Peristiwa Isra dan Mi’raj
Untuk memahami intisari dan hikmah dari peristiwa Isra' dan Mi’raj, hendaklah kita mengurainya dengan memperhatikan kembali kehidupan Baginda sebelum kejadian luar biasa tersebut.
Kita bisa mengenang bagaimana pedihnya perjuangan Beliau di medan dakwahnya yang penuh rintangan, ditolak disana-sini, dicaci maki, dan merasakan kesusahan yang bertubi-tubi. Allah Yang Maha Mengetahui tetap memberikan perlindungan dan pertolongan dengan cara yang tidak disangka dan tidak diketahui oleh orang lain.
Dengan peristiwa Isra' dan Mi’raj, berarti Allah telah memerintahkan Nabi shallallahu‘alaihi wasallam untuk merantau dan mengembara dari kota kelahiran dan masa kecilnya, melewati gunung dan padang pasir menuju Baitul Maqdis, dengan kendaraan secepat kilat. Rasul juga diperlihatkan bekas kota-kota besar yang pernah mengalami kemajuan dan tempat-tempat bersejarah meski dalam waktu yang singkat.
Selanjutnya, Beliau dinampakkan susunan alam semesta di angkasa, yang lebih indah dan luas daripada bumi. Dengan melihat alam semesta ciptaan Allah, Nabi shallallahu‘alaihi wasallam dapat melihat dan menyadari bahwa kekuasaan dan kebesaran Allah lebih Agung melebihi segenap kuasa dan kebesaran makhluk. Segenap kekuatan dan kekuasaan manusia pun belum ada nilainya sedikit pun dibandingkan dengan keagungan dan kebesaran Allah.
Setelah melewati perjalanan dan peristiwa Isra' dan Mi’raj tersebut, bertambah kuat dan kokohlah iman dalam hati Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam. Serta bertambah teguh keyakinannya bahwa dakwah Beliau memperjuangkan agama Allah akan menang dengan gemilang.
Oleh sebab itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terus berdakwah dengan semangat yang tidak pernah padam dan terus menerus berdakwah dalam menyampaiakan kebenaran dan wahyu dari Allah, baik kepada kawan maupun lawan. Beliau juga tetap menghadapi lawan-lawan yang menentangnya dengan penuh kesabaran.
Itulah salah satu hikmah dan intisari dari perjalanan Baginda shallallahu ‘alaihi wasallam ketika Isra dan Mi’raj yang seharusnya kita renungkan sebagai umat Islam dengan penuh kesadaran. Sehingga semakin memberikan semangat bagi para pejuang dakwah untuk tidak menyurutkan langkahnya walaupun dihadang banyak rintangan.
Sumber:
Kitab “kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad” Jilid 1, oleh K.H.Moenawar Chalil.