Muslimahdaily - Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Sebagaimana yang dapat kita lihat dari banyaknya ayat dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menganjurkannya. Dengan ilmu, kita dapat membedakan yang baik dan yang buruk, yang halal dari yang haram. Dengan ilmu pula, kita bisa mengerjakan ibadah sesuai landasan hukum dan ajaran agama, sehingga tidak melenceng. Ilmu juga menerangi kehidupan kita di dunia hingga ke akhirat kelak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Menuntut ilmu itu diwajibkan atas setiap orang Islam” (HR Ibnu Majah)
Pada hadits yang lain, “Barangsiapa yang menginginkan urusan dunia, maka wajiblah baginya berilmu. Dan barangsiapa yang ingin urusan akhirat (selamat di akhirat) maka wajiblah ia memiliki ilmu juga. Dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah ia memiliki ilmu tentangnya juga.” (HR Bukhari dan Muslim)
“Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah sehinggalah ia kembali” (HR Turmudzi)
Allah juga telah menjelaskan tingginya derajat orang-orang yang berilmu di dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Mujaadilah ayat 11: “Hai orang-orang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Adab-Adab Menuntut Ilmu
Dari kitab Hidayatus-Salikin yang disusun oleh Syekh Abdus Samad, yang merupakan terjemahan daripada kitab Bidayatul-Hidayah karangan Imam Al-Ghazali, dijelaskan beberapa adab orang yang menuntut ilmu, seperti berikut ini:
1.Apabila berpapasan dengan gurunya, maka hendaklah ia memberi salam terlebih dahulu;
2.Janganlah memperbanyak berkata-kata di hadapan seorang guru;
3.Janganlah ia mengatakan sesuatu yang tidak ditanyakan oleh gurunya;
4.Janganlah ia bertanya, sebelum ia meminta izin kepada gurunya;
5.Janganlah menyangkal perkataan guru, dengan mengatakan bahwa si fulan berbeda pendapat dengan gurunya tersebut, atau dengan perkataan lainnya;
6.Janganlah menyalahi pendapat seorang guru, dengan merasa bahwa ia lebih benar dari gurunya, atau ia lebih mengetahui daripada gurunya. Karena sesungguhnya yang demikian itu termasuk ke dalam sifat kurangnya adab dan membuat ilmu itu kurang berkah;
7.Janganlah berbisik-bisik dengan orang lain di hadapan seorang guru;
8.Janganlah memalingkan muka ke kiri atau ke kanan saat berada di hadapan gurunya. Hendaklah seseorang itu duduk tenang dan beradab di hadapan gurunya;
9.Jangan banyak bertanya kepada guru, jika kita melihat dirinya sedang letih atau sedang tidak ingin berkata-kata;
10.Apabila gurunya berdiri, maka hendaklah ia berdiri juga untuk menghormati gurunya tersebut;
11.Janganlah berburuk sangka terhadap seorang guru, jika ia ternampak gurunya secara zahir melakukan sesuatu yang berbeda dari ilmu si murid, pengetahuannya ataupun kebiasaannya. Karena sesungguhnya gurunya tersebut lebih mengetahui dengan apa yang dikerjakannya tersebut. Seperti kisah Nabi Musa dan Nabi Khidr saat memecahkan perahu seorang yang miskin dan membunuh seorang anak, yang menurut syariat adalah perbuatan yang salah, namun sesungguhnya Nabi Khidr mengetahui hikmah disebaliknya, sebagaimana yang diceritakan di dalam surah Al-Kahfi.
Imam Syafi’i memiliki 6 nasehat yang harus diamalkan dan dimiliki oleh seseorang penuntut ilmu, sebagaimana ia telah berkata: “Wahai saudaraku, ilmu tidak akan kamu peroleh kecuali dengan 6 perkara, akan saya beritahukan kepadamu secara terperinci: 1. Kecerdasan, 2. Semangat, 3. Kesungguhan, 4. Berkecukupan, 5. bersahabat dengan guru, dan 6. Waktu yang panjang.”
1.Cerdas, bermaksud memiliki kemampuan untuk memahami ilmu yang disampaikan dan yang ingin diketahui,
2.Semangat, seorang penuntut ilmu hendaklah bersemangat dalam belajar dan memahami ilmu, serta bersemangat mengikuti majelis dan kajian ilmu.
3.Kesungguhan, yakni bersungguh-sungguh dan tekun dalam menuntut ilmu, serta sabar dari segala godaan dan rintangan yang harus dilalui,
4.Berkecukupan, baik dari segi materi dan kemampuan untuk menggapai cita-citanya,
5.Hendaklah ia belajar dari dan dengan bantuan seorang guru, agar memahaminya sesuai dengan kaidah ilmu, berdasarkan dalil, dan jauh dari kekeliruan,
6.Waktu, karena sesungguhnya menuntut ilmu membutuhkan waktu yang panjang, bukan hanya sehari dua.
Semoga kita memiliki niat yang ikhlas, dan memiliki ilmu yang bermanfaat untuk seterusnya kita sampaikan kepada orang lain.